BAB 10

52.6K 4.3K 811
                                    

Holaaa selamat malam, hehe aku balik lagi sama cerita Raka dkk.

Karena kemarin ukom jadilah ngandet lagi. Alhamdulillah udah selesai, doain hasilnya baik yaa.

Jangan lupa vote dan coment untuk cerita ini sebagai dukungan dari kalian. Follow ig @indahmuladiatin biar kalian nghak ketinggalan info cerita-ceritaku.

Happy Reading guys! Hope you like this chapter 🤗🤗🤗

🌼🌼🌼

Chika mendata ulang laporan keuangan minggu ini. Matanya menatap dokumen dan layar komputernya secara bergantian. Sejak pagi, dia memang sudah sibuk karena hari ini dia harus melaporkan pekerjaannya pada bu Nimas sebelum laporan itu dilihat oleh para atasan. Di dekatnya, Wulan juga tidak kalah sibuk. Mereka bahkan tidak ada waktu untuk sekedar bercanda seperti biasa karena harus fokus.

"Sudah berapa persen Chika?" tanya bu Nimas dibalik bilik mejanya.

Chika menghentikan kerjanya. "Udah tujuh puluh persen bu."

"Oke lanjut yaa," kata bu Nimas.

Kegiatan kerja mereka terhenti karena ada Gracia dan kawan-kawannya datang dan langsung menghampiri Chika. Membuat mereka penasaran karena ini kan jam kerja, meski bagian pemasaran memang sedang bersantai. Chika cuma mengerutkan kening dan bersedekap menunggu apa yang akan Gracia katakana padanya.

"Pembohong," kata Gracia.

Chika berdiri dan tersenyum ramah. "Apa maksudnya? maaf ini jam kerja."

"Hah masih berani berlaga? Rajendra palsu!" kata Gracia dengan senyum sinis.

Kata-kata itu membuat semua terbelalak kaget, kecuali Wulan yang memang sudah tahu semua sejak awal. Chika menghela nafas panjang, menetralisir rasa kagetnya. Tidak, meski lemah dia tidak bisa memperlihatkannya pada orang lain. "Kalau aku Rajendra palsu memang apa urusanmu?"

"Ohh ternyata orang sekecil lo bisa berani juga, akuin ke semua kalau lo itu cuma benalu yang ditolong Pak Raka tapi dengan nggak tahu dirinya ngaku-ngaku keluarga!" seru Gracia dengan suara yang suka naik satu oktaf. Mengabaikan pandangan disekitar yang makin penasaran. Bahkan dari divisi lain pun ikut menonton dari luar.

Chika maju untuk menghadapi Gracia. "Bisa bahas masalah ini nanti?"

"Nggak," kata Gracia. Tanpa diduga Gracia menampar pipi Chika. Beberapa yang menonton cuma bisa terpekik kaget. Gracia memang sudah gila. Tamparan itu keras hingga pipi Chika memerah. "Kalau tau diri, pergi sana!"

Chika mengusap pipinya dan tersenyum tipis. "Apa udah banyak yang kamu labrak begini?

"Apa?" tanya Gracia.

Senyuman Chika mengembang sinis. "Kalau memang Kaka milik kamu, untuk apa kamu susah payah melabrak aku? yaa aku kan cuma benalu, tapi kenapa si benalu ini bisa buat seorang ratu kayak kamu khawatir? Apa sekarang ratu kalah sama benalu?"

"Hahh? kurang ajar!" seru Gracia sambil mejambak keras rambu Chika. Kali ini Chika tidak tinggal diam. Keduanya semakin jadi tontonan. Banyak yang mendukung Chika karena jengah dengan gaya sok berkuasa Gracia. Padahal Raka sama sekali tidak mengkonfirmasi hubungan keduanya. Memang Gracia saja yang kepedean dan sok cantik.

"Beraninya orang kayak lo ngehina gue!" bentak Gracia.

"Kamu yang duluan menghinaku. Aku berhak membalas!" jawab Chika.

Diam-diam Wulan mengabari keadaan genting ini pada Dita. Sohibnya itu pasti akan menyampaikan ini pada Raka. Dia yakin calon bos perusahaan ini akan datang untuk meolong Chika.

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang