BAB 18

16.7K 2.4K 828
                                    

Hola gengs.. malem. Kalian lagi pada ngapain nih?

Hmm mohon maaf ya karna aku hilang lama. Karena emang beberapa minggu ini lagi kurang sehat, jadi mau nggak mau rehat dulu.

Oke langsung aja. Follow ig @indahmuladiatin untuk tau info2 ceritaku

Happy reading gengs. Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya ❤️❤️❤️

🌼🌼🌼

Tidak banyak yang bisa Raka lakukan. Jujur saja, dirinya masih terkejut. Jantungnya berdetak cepat, seperti saat dia baru saja melakukan olahraga ekstra. Tentu saja, gadis di sampingnya ini benar-benar berani. Ini pertama kalinya ada perempuan selain keluarganya, yang berani mencium pipinya.

Kalau ini orang lain, mungkin sudah dia singkirkan orang itu jauh-jauh dari hadapannya. Selama makan malam di rumah besar ini pun, dirinya lebih banyak diam. Dan di sampingnya pun Chika terlihat lebih diam.

Raka dan Chika berpamitan setelah acara makan malam selesai. Di dalam mobil, dirinya sesekali melirik Chika yang saat ini sedang membentur-benturkan pelan kepalanya ke pintu mobil. "Aku-,"

"Stop!" potong Chika. "Jangan komentar apapun!"

Kurang ajar. Baru kali ini ada orang yang berani memotong pembicaraannya. Tapi kenapa dirinya tidak bisa marah, dan justru menurut saja. Menutup mulut rapat-rapat dan fokus pada jalan di hadapannya.

"Kenapa aku begini?" gumam Chika. "Kenapa aku menggali kuburanku sendiri?"

Chika menggelengkan kepalanya dan kembali membenturkan kepalanya. "Bodoh, kenapa aku harus pakai cara tadi?" Kepalanya menoleh pada Raka. "Sekarang kita harus bagaimana?"

Raka hanya mengangkat bahunya, dan mengabaikan Chika yang kembali bicara sendiri. Mau bagaimana lagi kalau sudah begini, tidak ada jalan mundur. Semua sandiwara itu harus berlanjut. Karena Chika sendiri sudah mengumumkannya di depan Opa.

"Ini semua karena kamu!" keluh Chika.

Sudah begini, dia pula yang disalahkan. Ini semua kan berawal dari gosip gila itu. Dan siapa yang membuat ulah dengan seenaknya. Kenapa jadi dia yang bersalah.

"Kenapa kamu diam?" tanya Chika.

"Kamu yang menyuruhku diam." Raka menepikan mobil agar dirinya bisa bicara serius dengan Chika. "Dengar aku."

"Apa? jangan komentar apapun soal caraku tadi. Jangan pikir macam-macam. Aku cuma mencari cara paling cepat agar kamu dan Opa nggak bertengkar. Kalau kamu-,"

Raka menutup mulut Chika dengan telapak tangannya. Dia abaikan tatapan protes itu. Lagipula, kenapa mulut ini bisa berisik sekali. "Bisa diam sebentar?"

"Emm, emm!"

"Diam," ucap Raka lagi. Setelah mendapatkan anggukan kepala dari Chika, tangannya menjauh. "Karena kamu sendiri yang memulai kekacauan ini, kita tidak punya pilihan lain."

"Aku begitu karena menolong kamu tau!" protes Chika.

"Oh ya?" tanya Raka. Telunjuknya mengetuk-ngetuk kepala Chika. "Kamu lupa, aku ada di situasi itu karena ulahmu."

"Aku-," Chika tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Pada intinya memang dia lah yang salah. Dia sendiri yang menggali kuburannya sendiri. Sekarang semua jadi makin kacau, bukan berakhir seperti rencana sebelumnya.

"Apa?" tantang Raka. "Sayangnya, kita tidak punya pilihan lain."

"Jadi? sandiwaranya berlanjut?" tanya Chika.

Raka berdeham pelan. "Kecuali-,"

"Kecuali apa? ada cara lain?" tanya Chika buru-buru.

Terlihat terlalu bersemangat. Raka tersenyum menyeringai, apa seburuk itu berstatus menjadi tunangannya, sampai Chika ingin buru-buru mengakhirinya. "Kecuali kamu ingin kita bertunangan sungguhan."

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang