BAB 15

16.8K 2.3K 569
                                    

Holla gengs!

MCB balik lagi. Semoga alurnya nggak mengecewakan karena udah lama nggak nulis 😂

Langsung aja, jangan lupa follow ig @indahmuladiatin untuk info2 ceritaku

Okee yuk vote dan komentar sebanyak2nya untuk dukung cerita ini! Happy reading gengs...

🌼🌼🌼

Chika pikir, Raka tidak akan ikut dalam pertemuan dengan pengacara sore ini. Sayangnya, pria itu justru sudah menunggu, bahkan sebelum jam kantor usai. Jadi di sini lah mereka, di café dekat kantor. Dirinya dan Raka duduk, berhadapan dengan pengacara yang sudah ditunjuk oleh Raka untuk menangani kasus ayah tirinya.

"Aku harap hukumannya tidak terlalu berat, dia tetap Ayahku," komentar Chika setelah pembicaraan panjang selama beberapa jam itu.

"Kita tunggu saja keputusan hukum nanti, saya akan mengurus pelaporan kasus dan yang lainnya. Nona Chika nanti saya akan kabari secara berkala."

Raka bangkit dari kursinya dan menyalami pengacara itu. "Terimakasih, tolong urus semua, dan pastikan orang itu mendapat hukuman yang setimpal."

"Siap, Anda tidak perlu khawatir. Selama kita benar, mudah-mudahan semua akan dilancarkan."

Chika ikut berdiri dan tersenyum tipis. Kepalanya mengangguk saat pengacara itu pamit untuk pergi. "Jadi, sekarang aku bisa pulang?"

"Ayo."

Keduanya melangkah keluar, langit sudah gelap. Dan kondisi jalan semakin ramai. Ini malam minggu, dan tiba-tiba Chika berpikir untuk mengajak Raka ke tempat yang sejak dulu ingin sekali dia kunjungi. Bukan tempat istimewa, hanya tempat dimana banyak orang suka wisata kuliner karena banyak sekali aneka jajanan yang enak dan unik.

"Kaka, aku lapar. Bisa kita mampir nanti?"

"Hem."

Raka mengikuti petunjuk Chika sampai mereka tiba di tempat ramai itu. Agak sulit menemukan parkiran, maklum, bukan akhir pekan saja ramai, apalagi ini. "Apa tidak ada tempat lain?" Malas sekali harus berdesak-desakan dengan orang banyak hanya untuk makan, dirinya tidak nyaman dengan keramaian.

"Ck di sini makanannya enak-enak. Ayo sebentar. Yaa?" pinta Chika dengan wajah memohon. "Ayoo Kaka, kamu pasti belum pernah ke sini kan? Ayoo."

"Cih." Tangan Raka menutup wajah Chika. "Singkirkan wajah memelasmu itu."

"Ihh Kaka!" protes Chika. "Ayo, dan tolong lepas jasmu. Ini bukan kantor, Tuan Muda."

Raka melepaskan jasnya, dan menggulung lengan kemeja hingga siku. Mau bagaimana lagi, kalau begini, dia hanya bisa meloloskan permintaan Chika. Sebelum membuka pintu mobil, dirinya menghela nafas panjang. Hanya sebentar, setelah itu dia bisa menarik tangan gadis ini untuk segera pulang.

"Astaga, banyak makanan. Ayo Kaka!" Chika sudah berlari duluan karena terlalu antusias.

"Hey! Jangan lari begitu." Raka menyusul dan langsung menggenggam tangan Chika agar gadis cerewet ini berjalan di sampingnya. Melihat kekagetan di wajah cantik itu, senyum sinisnya mengembang. "Aku bukan Ayah yang sedang mengawasi putrinya."

"Enak saja," keluh Chika. Tangannya menjentik. "Daripada Ayah dan Anak, lebih baik kita pura-pura kencan. Jadi Tuan Raka, kamu belum pernah kencan kan? Selamat, temanmu ini akan mengajarimu cara kencan. Malam ini silakan ambil pelajaran yang banyak."

"Memangnya kamu pernah?"

"Belum pernah," kekeh Chika. "Ayo, makin malam, antrian makin panjang."

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang