BAB 19

20.3K 2.6K 1.2K
                                    

Holaa gengs update lagi dan part ini lebih panjang dari biasanya. Semoga puas yaa 😂

Follow ig @indahmuladiatin untuk tau info2 ceritaku

Happy reading guys! Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya ❤️

🌼🌼🌼

Dihampiri kakek dan neneknya yang sudah menunggu di depan pintu ruangan. Dengan wajah tenang seperti biasa, Raka menyalami keduanya. Sebenarnya dia sudah menduga efek dari dramanya kemarin, tapi dia cukup kaget karena reaksinya secepat ini.

"Darimana, sayang?" tanya oma.

"Ada telepon dari rekan bisnis," jawab Raka. "Kenapa tidak mengabari dulu?"

"Apa aku harus mengabari dulu saat aku ingin datang ke kantorku sendiri?" tanya opa santai. Tangannya melepas kacamata. "Luangkan waktumu malam ini, aku ingin ngobrol denganmu dan Chika."

Raka menghela nafas panjang dan menganggukkan kepala. "Oke." Tidak sesuai dengan rencana Chika, dirinya ingin melihat wajah kesal itu.

Tidak beberapa lama, Chika akhirnya datang dari lift dengan wajah sumringah yang jelas tidak natural sama sekali. Gadis ini justru terlihat sedang menahan mual. Pemandangan yang lucu untuk Raka, setidaknya dia bisa sedikit membalas gadis nakal ini.

"Maaf aku lama di toilet, gimana Oma? Kaka sibuk kan?" tanya Chika.

"Dia sudah setuju soal makan malam," jawab opa.

"Apa?" Kepala Chika menoleh kaku pada Raka. "Setuju? Haha kamu sibuk kan? iya kan?"

"Tidak terlalu."

"Bohong!" sergap Chika. Dia beralih pada opa dan oma. "Dia itu sibuk, sangat sibuk. Dia cuma ngerasa nggak enak karena ini membahas soal aku sama dia."

"Jadwalmu benar-benar padat?" tanya oma pada Raka.

Raka tersenyum tipis dan menggelengkan kepala. "Aku punya banyak waktu untuk kalian. Jangan khawatir."

Kalau bisa mencekik, Chika pasti akan mencekik Raka sekarang juga. Chika tertawa hambar dan menepuk-nepuk tangan Raka. "Aku terharu, haha. Lihat, dia baik kan?"

"Emm dasar kalian." Oma melangkah maju dan Chika langsung gerak cepat berdiri di depan pintu ruangan Raka.

"Oma, kenapa kita nggak samperin Bunda aja?"

"Oma ingin lihat sebentar ruangan kerja Raka."

Raka berdeham pelan dan mendapatkan kode keras dari Chika. "Hanya ruangan biasa." Disentuh bahu oma dan membalik arah neneknya itu. "Kalian pergi duluan, aku menyusul."

"Opa Oma ingat ruangan Om Karel kan?" tanya Chika.

"Yaa ya tidak perlu basa-basi, kamu ingin jalan dengan Raka kan?" tanya oma.

Chika terkekeh pelan dan menganggukkan kepala. Jalan, tentu saja tidak. Dia ingin mengamuk sekarang, dan itu jelas bukan di hadapan opa dan oma. "Daa Oma,Opa."

Sikunya menyikut-nyikut tangan Raka, melihat kedua orang tua itu sudah hilang di balik lift. Chika langsung menyerang Raka. Catat, tentu serangan-serangan yang tidak ada artinya untuk Raka. Meski itu cubitan, rasanya tetap saja seperti gelitikan. Kalau benar-benar ingin menyerang, Chika harus menggunakan tenaga dalam.

"Tidak terlalu sibuk, heh?!" tanya Chika kesal.

Raka mendengus geli dan mengetuk kepala Chika. "Sana, aku akan antar Lyza ke depan."

"Urusan kita belum selesai!" omel Chika. "Sekarang coba jelaskan, apa yang akan kita bicarakan nanti malam?" Seenaknya saja mengiyakan. Kalau sudah begini, siapa yang akan repot. Raka sih mudah, pria ini tidak akan dicecar pertanyaan. Siapa yang mau susah payah banyak bertanya pada si irit bicara. Selain hanya membuat mulut berbusa, itu juga akan membuat darah tinggi.

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang