BAB 27

23.2K 2.5K 1.2K
                                    

Hola selamat malam! Apakabar gengs?? Maaf kayak biasa masih lama updatenya tapi untuk bonusnya part ini lebih puanjang dari biasanya. So selamat menikmati 😂

Jangan lupa follow ig @indahmuladiatin
Untuk tau info2 ceritaku. Oh iya udah pada tau belum kalau tbwafs mau terbit? Cusss otw nabung yaa

Oke langsung aja happy reading guys! Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya untuk dukung cerita ini!

🌼🌼🌼

Di ruangan kerja Herdian, Raka duduk tenang, dengan tangan bersedekap. Di hadapannya, Herdian pun duduk tenang meski sebenarnya ketar-ketir karena sudah mendapatkan kabar soal pelarian Gufran yang gagal. Setidaknya data-data yang lain masih aman.

"Berita yang luar biasa," ucap Raka basa-basi.

Herdian mendengus samar, kedua tangannya bertaut di atas meja kerjanya. "Saya turut prihatin. Tapi sebagai orang yang lama berteman dengan Ayahmu, saya hanya memberi saran, jangan membuat malu perusahaan dengan menikahi seorang pelacur."

Kurang ajar. Raka mengerutkan keningnya dan mengangguk-anggukkan kepala. Masih terlihat tenang, namun itu bukan hal bagus untuk Herdian. Lebih baik amarah yang meluap-luap karena mudah dibaca daripada ketenangan ini.

"Jangan khawatir," balas Raka. Dirinya bangkit dari kursi dan merapihkan jasnya. "Jika dia bukan yang terbaik, dia tidak mungkin menjadi calon Nyonya Rajendra."

Raka berbalik untuk meninggalkan ruangan itu. Namun, saat ingin membuka pintu, Herdian kembali membuka suara. "Lalu yang tersebar itu editan? Untuk apa?"

"Apa lagi?" tanya Raka meremehkan. "Karena Anda terlalu lemah."

Kali ini benar-benar ditinggalkan ruangan itu. Di belakangnya Dita mengikuti dengan senyum tertahan. "Itu keren, Raka."

"Ada kabar dari Arga?" tanya Raka tidak menanggapi pujian itu.

Dita mengangguk antusias. Kali ini dirinya mensejajarkan langkahnya dengan Raka dan menjelaskan semua info dari Arga. Semua bukti sudah diproses, dan tidak perlu waktu lama untuk memberi surat panggilan pada Herdian.

"Semua beres," ucap Dita.

Raka berdeham dan kembali tutup mulut. Berjalan tanpa menoleh ke sekitar, meski banyak mata mencuri pandang padanya. Sudah pasti bukan, di belakang, dirinya pasti menjadi bahan pembicaraan orang-orang itu.

"Masih ada waktu setengah jam," kata Dita pada Raka. Meski begitu, Raka tidak memelankan langkahnya sama sekali. Gemas bukan, baru saja melihat pasangan itu mulai mencair. "Raka, kamu punya kesempatan ngobrol dengan Chika. Kamu percaya Chika kan?"

Tentu saja, dirinya mungkin bisa percaya pada Chika. Tapi tidak dengan orang yang bernama Aksa itu. Dan foto itu jelas menunjukkan kedekatan antar keduanya. Untuk sekarang ini, lebih baik dia selidiki dulu orang seperti apa Aksa itu.

Langkah Raka dan Dita terhenti karena di hadapan mereka opa dan oma sudah datang. Sial, cepat sekali. Baru saja tersebar, ternyata masalah ini sudah merembet kemana-mana.

"Sibuk Nak? Sampai kamu mengabaikan panggilanku?" tanya Oma dengan alis terangkat.

Raka menghela nafas panjang. "Aku ada rapat penting hari-,"

Kali ini bukan oma yang membuka suara, Opa berdeham pelan. "Ikut kami ke ruangan Ayahmu, sekarang."

Hanya itu, namun Raka tahu, perintah itu tak terbantahkan. Dirinya hanya bisa mengikuti. Sedangkan Dita masih tertinggal di tempat, bingung harus bagaimana. Ini bisa jadi masalah besar, dan Chika harus tahu itu.

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang