BAB 30

19.1K 2.2K 472
                                    

Hola selamat malam, apa kabar semuanya?

Yapp selama beberapa menit kedepan, selamat tenggelam dalam cerita MCB. Tapi, jangan terlalu lama tenggelam. Ingat besok senin! 😂

Follow ig @indahmuladiatin untuk tau info2 cerita saya

Happy reading. Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya untuk dukung cerita ini 🤗

🌼🌼🌼

Ruangan luas ini terasa sempit, menyekik Raka hinga rasanya, untuk mengambil nafas saja terasa berat. Semua yang ada dihadapannya terlalu tidak nyata.

"Keluarga pasien atas nama Bapak Arga?"

"Yaa," jawab Raka.

Mereka mendengarkan penjelasan dokter tentang hasil ct scan kepala Arga dengan detail, dan rencana operasi yang akan dilakukan. Kondisi Arga yang semakin menurun membuat emosi Raka kembali memuncak.

"Kita harus ambil keputusan cepat, dia harus segera di operasi sebelum terlambat."

Tidak butuh waktu lama, operasi itu segera dilakukan. Lampu hijau masih menyala, tanda bahwa operasi masih berlangsung. Di luar, semua hanya bisa menunggu dengan pasrah. Berdoa agar operasi ini lancar. Hanya itu. Hingga beberapa jam kemudian sekelompok orang keluar, satu dokter menghampiri mereka.

Diberikan selembar kertas yang menunjukkan garis lurus, tanpa gelombang. "Maaf, tapi kondisi pasien terus mengalami penurunan selama tindakan, kami juga sudah berusaha melaksanakan semua upaya penyelamatan."

Raka melangkah, mendekat pada dokter itu.
"Tolong selamatkan dia, Dokter. Besok hari pernikahannya, tolong selamatkan dia. Apapun  caranya, tolong dia, tolong dia semampu Anda."

Dokter itu, tersenyum tipis dan mencengkram erat bahu Raka.

Tidak ada lagi kalimat yang dapat Raka dengar. Telinganya seperti berdengung. Tubuhnya terhuyung hingga menabrak dinding di belakangnya.

"Argaaaa!" isak ibu dari sahabatnya ini. Sambil dipeluk erat oleh suaminya, wanita itu terduduk rapuh. Lidahnya terasa kelu meski hanya untuk memanggil nama putranya.

Dewa menundukkan kepalanya, apa yang harus dia jelaskan pada Dita nanti, apa yang bisa dia katakan pada gadis itu. Bagaimana mereka menghadapi semua nantinya. Raka sendiri hanya bisa terduduk di lantai dingin itu dengan pandangan kosong. Cukup lama, hingga lengang dan hening itu pecah oleh suara brankar yang akan membawa Arga.

Usai memberikan kesempatan pada keluarga, Raka dan Dewa juga diizinkan untuk masuk sebentar. Kondisi Arga saat ini sudah bersih tanpa alat apapun menempel pada tubuhnya.
Tidak ada senyum cerah dan kerlingan jahil lagi. Tidak ada komentar-komentar tidak berguna lagi. Tidak ada tawa yang mewarnai persahabatan mereka selama bertahun-tahun lagi.

Kekosongan itu semakin nyata. Menyalakan kembali emosi kedua orang ini. Kehilangan sahabat secepat ini, dengan cara seperti ini, tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Sebelum wajah itu ditutup oleh kain penutup, Dewa mendekat, dan menahannya.

"Sebentar," kata Dewa.

Dewa mencoba tersenyum, di usap kepala sahabatnya itu, lagi dan lagi. "Kita akan jaga Dita. Gue janji, enggak akan ada orang yang boleh ngedeketin dia kalau dia bukan orang baik. Dia akan dapat laki-laki yang jauh lebih baik." Gemetar suara Dewa seperti menggema. "Kita akan temani Dita untuk lewatin semuanya. Lo cuma perlu nonton dari atas."

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang