BAB 28

31.7K 3K 1.6K
                                    

Hola semuanya.. apa kabar? Wkwk asli baru bisa nulis lagi karna jadwal bener2 lagi padat merayap. Bahkan dari bulan kemarin. Bayangin aja. Satu bulan cuma dapet libur tiga. Mantul 😂

Ok lanjut aja yaa follow ig @indahmuladiatin

Jangan lupa vote dan komentar sebanyak2nya 🥰

Happy reading!

🌼🌼🌼

Usai masalah Herdian selesai, Raka kembali disambut dengan setumpuk pekerjaan. Akibat selama ini dirinya hanya bisa fokus pada masalah itu. Pekerjaan di luar kota sudah menunggu. Ayahnya sendiri kemarin memberikan surat tugas. Dirinya harus segera pergi ke Bengkulu.

Awalnya Raka menolak untuk mengajak Lyza meski gadis itu sekarang menjadi sekretarisnya, namun, gadis itu merengek ingin ikut. Padahal menurut Raka, perjalanan ini hanya akan membuat lelah. Dua hari yang akan menjadi hari yang super sibuk. Mana sempat jalan-jalan.

Pada akhirnya, masalahnya dengan Chika harus kembali tertunda. Dirinya harus menahan diri lebih lama. Karena masih ada urusan penting yang harus diselesaikan. Sejak awal, saat ayah mengamanahkan jabatan di perusahaan, dirinya sudah sadar, kepentingan pribadi tidak boleh mengganggu pekerjaan. Karena dalam perusahaan ini, ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya.

Selama di Bengkulu, jadwal Raka dan Lyza benar-benar padat. Mereka bahkan sampai harus pulang larut. Tempat menginap mereka adalah rumah yang dulu sempat ditempati oleh bunda Fian dan mommy Stella. Rumah yang memiliki kenangan tersendiri.

Meski rumah ini sudah lama tidak dihuni, namun kebersihannya tetap terjaga karena ada orang-orang yang datang setiap hari untuk membersihkannya. Di beberapa titik rumah, ada figura berisi foto-foto Raka saat kecil, entah dengan bunda, mommy, atau dengan daddy Gavyn.

Di ruang tamu, ada foto keluarga. Bunda Fian duduk di samping Mommy Stella, di tengah keduanya Raka duduk manis, dengan senyum lucu. Dan di sisi samping mommy, ada Daddy Gavyn. Belum lagi ada foto-foto pernikahan daddy dan mommy.

Lyza seperti terlempar pada masa-masa itu. Rumah ini membuatnya merasa pulang. Meski tidak pernah menginjak tempatnya. Senyum di wajah wanita cantik itu membuatnya betah berlama-lama menatap figura.

Lelah seharian di kantor cabang itu hilang. Kantuk yang menyerang pun tidak dia hiraukan. Lyza hanya ingin duduk di sini, menatap setiap sudut rumah. Terlalu melankolis atau apapun itu, terserah. Dirinya hanya ingin istirahat sebentar dari kata kuat.

Raka sendiri pun tidak jauh berbeda. Di kamar yang dia huni, dirinya menatap langit-langit kamar. Saat itu, dirinya masih terlalu kecil hingga tidak bisa mengingat setiap detail kenangan di rumah ini. Namun, masuk ke dalam rumah membuatnya merasa dipeluk erat oleh kenangan itu.

Tok. Tok. Ketukan pintu membuat Raka menoleh. "Ya?"

"Belum tidur?" tanya Lyza.

Senyum Raka mengembang tipis. "Hm. Tidurlah, besok masih banyak yang harus kita kerjakan."

Di luar, Lyza tersenyum dan menyandarkan tubuhnya pada pintu yang masih tertutup. Baguslah Raka tidak membuka pintu itu, karena dia tidak ingin memperlihatkan wajah rapuhnya pada siapapun. "Bukankah rumah ini terasa nyaman?"

"Lumayan," jawab Raka singkat.

"Aku melihat banyak foto Mommy, apa kalian tinggal lama di sini?" tanya Lyza lagi. Masih berusaha mengatur suaranya agar tidak serak.

"Aku tidak ingat," jawab Raka. "Tapi sepertinya lumayan lama."

"Bagaimana rasanya," gumam Lyza. Pandangannya menelusuri area di sekitarnya. Itu bukan pertanyaan untuk Raka. "Pasti menyenangkan bukan? kalau saat ini Mommy masih ada denganku, apa mungkin aku bisa hidup tenang di sini. Aku, Mom, Kenneth."

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang