BAB 26

21.7K 2.6K 1K
                                    

Hola gengss. Maaf baru bisa up lagi. Bener2 jadwal padet banget. Ya pokoknya gitu.

Langsung aja ya follow ig @indahmuladiatin untuk tau info2 ceritaku

Happy reading sobat! Jangan lupa vote + komentar sebanyak2nya

🌼🌼🌼

Akibat dari serangan itu, beberapa rencananya terhambat. Raka tidak bisa muncul di kantor selama tiga hari untuk pemulihan. Secara diam-diam dirinya sudah pergi ke rumahsakit untuk memeriksa kepalanya yang terkena benturan, hari itu. Untungnya tidak ada masalah yang serius.

Tersisa Dewa dan Arga yang terus melanjutkan misi itu sesuai dengan intruksi Raka. Ketiganya berkolaborasi dengan cepat, dan ternyata penyerangan kemarin justru sangat membantunya. Orang itu terlalu bernafsu untuk membunuhnya sampai lengah.

Raka yang memantau dari apartemennya hanya tersenyum tipis. Ditatap layar tab yang ada di hadapannya. Biarkan Herdian berbangga diri sekarang, karena orang-orang di kantor mendapatkan kabar kalau dirinya kecelakaan parah dan sedang menjalani perawatan di rumahsakit.

Meski dengan menyebarkan rumor itu, bunda langsung heboh dan pergi ke apartemennya. Menangis tersedu-sedu dan histeris, lalu marah, mengomel panjang lebar karena rumor itu. Sedangkan ayah hanya bersedekap, duduk dengan tenang, tanpa berkomentar.

Ayah selalu percaya padanya, termasuk untuk kasus ini. Meski bisa ikut campur, tapi beliau memilih untuk membiarkannya menyelesaikan sendiri. Dan untuk itu, dirinya berusaha sebaik mungkin. Bukan hanya soal kedudukannya di perusahaan. Lebih dari itu, kepercayaan ayah jauh lebih berharga.

Ponselnya berdering sebentar. Pesan masuk dari Arga. Sohibnya itu sudah mengirim lokasi yang dia minta sejak pagi. Raka mendengus pelan dan segera bergegas mengambil jaket serta topi hitamnya.

Kali ini dirinya pergi dengan range rover hitam yang jarang dia gunakan. Kacamata hitam menutup mata tajamnya. Sebelum menyalakan mobil, dirinya menyelipkan airpods di telinganya. Dihubungi Arga yang juga sedang berangkat ke tempat itu.

"Tigapuluh menit sebelum penyeberangan. Gue otw sama Dita. Orang-orang kita udah memantau dari jauh." Info Arga cepat.

Raka berdeham, mobil itu menyala dan mulai meninggalkan area basement apartemennya. Sinar matahari terik menyambut, dengan kecepatan tinggi, dirinya fokus menyetir masih sambil bicara dengan Arga. Mobilnya meliak liuk menyalip mobil-mobil lainnya. Setidaknya dirinya harus sampai dua puluh menit lagi.

Di seberang, Arga pun mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Di sampingnya, Dita duduk dengan tenang. Tanpa rasa takut karena sudah biasa menemani Arga dalam beberapa misi. "Mereka mulai naik kapal," ucap Dita.

"Sial," geram Arga sambil menambah kecepatan. Dirinya tidak boleh kehilangan orang itu lagi. Setelah kemarin membuat sahabatnya celaka.

Dita dengan tenang menelepon orang yang bekerja untuk Arga. "Cegah keberangkatan kapal itu bagaimana pun caranya. Kami akan sampai di sana sebentar lagi."

Arga beberapa kali melirik spion untuk menyalip setiap kendaraan di depannya. "Ka, gue sebentar lagi sampai ke lokasi."

"Raka! Ingat, jangan bertindak apapun! Lo belum pulih!" kata Dita ikut mengingatkan.

Di mobilnya sendiri, Raka memutar bola matanya, jengah. Kedua orang ini tidak bosan-bosannya mengingatkan ini dan itu. Belum lagi Dewa dan istrinya. Dia harus mendengarkan kalimat yang sama lebih dari enam kali dalam sehari.

"Hm." Raka melepas airpodsnya. Dirinya sudah sampai di dermaga. Meski ini bukan dermaga kecil, namun beberapa kapal terparkir di sana.

Diparkirkan mobilnya agak jauh dari dermaga. Box-box container berjejer teratur. Raka menyelinap di antara celah beberapa mobil box yang terparkir, memantau situasi di sekitar. Kedua mata tajamnya menyipit. Beberapa orang dengan tubuh tegap tampak mengangkut beberapa kotak menuju kapal.

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang