BAB 1

71.9K 5.3K 300
                                    

Halohaaaa, pada akhirnya bisa update. Semoga part pertama bisa ngobatin rasa kangen kalian sama keluarga Rajendra.

Follow ig @indahmuladiatin

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😘😘😘

🌼🌼🌼

Pagi hari yang selalu ramai di rumah ini sudah menjadi rutinitas bagi Raka. Suara nyaring bunda yang memarahi ketiga adiknya juga sudah menjadi alarm rutin untuk Raka bangun dengan tidak tenang. Menjadi anak pertama dengan tiga adik memang menjadikannya harus bersikap dewasa sejak kecil.

Raka menguap dan mengurut keningnya. Dia hanya tidur selama tiga jam karena tugas kantor yang luar biasa banyak. Meski sebenarnya pemiliki kantor adalah ayahnya sendiri. Iya, dia bekerja di kantor milik orangtuanya sejak lulus kuliah. Ayahnya adalah pemilik perusahaan, dan dialah calon penerus perusahaan besar itu.

Bukan suatu yang sederhana mengingat perusahaan itu sudah berdiri lama secara turun temurun dan memiliki cabang perusahaan dimana-mana. Dirinya memikul tanggung jawab yang besar. Tidak boleh ada kecerobohan, tidak boleh ada kesalahan.

"Bang Raka! Bang Arkan sama Bang Rafan nakal!" rengek suara dari luar.

Raka mengusap wajahnya dan langsung berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya. Di depan pintu sudah ada adik perempuan satu-satunya. Dengan mata berkaca-kaca yang selalu membuatnya selalu meloloskan keinginan adik kecilnya itu.

"Kenapa?" tanya Raka.

"Itutuh Bang! masa tadi Kara dikunciin pas lagi mandi! Huaaa lampunya dimatiin juga Bang!" adu Caramel. Si bungsu di keluarganya.

Raka tersenyum geli dan mengusap puncak kepala Caramel. "Nanti biar Abang yang marahi, sekarang sarapan, nanti berangkat sama Abang."

Caramel menganggukan kepalanya dan tersenyum. Dikecup pipi kanan Raka. "Nanti mampir beli bubur dulu yaa Bang? oh iya inget Bang, nanti omelin Bang Rafan sama Bang Arkan."

Raka menganggukan kepala. Lagi-lagi ulah adik kembarnya. Sejak kecil hobi sekali menggoda Caramel yang memang sangat manja. Bahkan sampai sekarang mereka sudah berseragam putih abu-abu pun masih saja begitu.

Raka menghembuskan napas panjang, duduk di ranjangnya dengan bertumpu pada tangan. Hari ini jadwal cukup padat. Kunjungan luar, rapat dengan beberapa klien, mengecek proyek baru. Siang setelah kunjungan dia bisa mampir ke sekolah Caramel untuk menjemput adiknya itu.

Segera Raka bersiap-siap, tidak ingin adiknya menunggu lama di bawah. Dengan kemeja putih yang pas untuk tubuhnya, dan dasi hitam yang belum juga terbentuk, Raka berdiri di depan cermin.

"Butuh bantuan?" tanya bunda di depan pintu.

Raka menoleh, senyumnya mengembang tipis. Wanita yang tercantik, teristimewa, terbaik dan tersabar yang paling Raka ingin bahagiakan. "Terima kasih Bunda."

Bunda hanya tersenyum dan memasang dasi Raka. "Hari ini Kara bareng kamu?"

"Yaa, Bunda dan Ayah langsung ke kantor saja," kata Raka.

"Maaf sayang, akhir-akhir ini kamu jadi kelelahan karena banyak kerjaan. Harusnya Ayahmu enggak membebankan pekerjaan sebanyak itu, kamu ini kan baru masuk, butuh beradaptasi," kata bunda.

Raka menghela napas panjang, dasinya sudah terpasang rapih. Segera dia memakai jasnya. "Aku memang harus beradaptasi dengan semua, Bunda jangan khawatir. Jangan buat aku terlihat diistimewakan Nda, para pekerja kantor tidak akan terima jika calon pemimpin mereka hanya bisa bersantai dan mengandalkan orang tuanya terus."

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang