BAB 4

53.7K 4.4K 259
                                    

Hola semuaaa

Mohon maaf karena lama nggak up. Aku udah balik dinas jadi nggak sempet nulis. Kalau ditanya kapan up aku pun maunya up terus. Sayangnya menulis pun butuh waktu yg panjang dan tenang.

Terima kasih yang udah setia nunggu cerita-ceritaku 😘

Follow ig @indahmuladiatin

Happy reading guys 😄😄 hope you like this chapter 😉

🌼🌼🌼

Chika membantu menyiapkan sarapan di dapur. Sejak pagi-pagi sekali dia sudah bangun dan membantu Meri di dapur. Asisten rumah tangga ini menerima kehadirannya dengan senang hati. Berbeda dengan beberapa pekerja yang diam-diam menatapnya dengan pandangan penasaran.

"Non Chika bisa masak?"

"Mbak Meri, jangan panggil aku Non. Di sini aku hanya tamu, bukan majikan," jawab Chika yang kurang nyaman dengan panggilan itu.

"Hehe saya itu jadi ingat awal pertama Nyonya Fian datang ke rumah ini," kekeh Meri.

Chika mengerutkan keningnya, dia mencuci tangan dan melepas perlak yang tadi digunakan saat mencuci piring. "Kenapa?"

"Ramahnya Non ini mirip Nyonya, bisa berbaur dengan kami," kata Meri sambil menerawang pada masa-masa itu, "waktu itu Nyonya Fian berhasil buat Tuan Karel berubah. Non tau Den Raka sikapnya gimana? yaa itu Tuan Karel, tapi kalau dengan Nyonya Fian, sikapnya berubah."

Chika tersenyum, dia jadi tertarik dengan cerita itu. Dia membantu Meri memotong wortel. "Apa Om Karel sedingin itu?"

"Ck jangan ditanya Non, Nyonya aja sering gemes. Apalagi pas tau anak pertamanya ngikut sifat ayahnya, Nyonya uring-uringan," kekeh Meri sambil menggelengkan kepala. "Nyonya Fian itu ceria, banyak bicara. Nyonya Fian, Non Caramel sama Den Arkan yang bikin rumah ini ramai. Bayangin kalau semua orang di sini sikapnya kayak Tuan sama Den Raka? Den Rafan si masih bisa diajak bercanda tapi lebih banyak diem juga."

Chika tertawa, membayangkan bagaimana bahagianya keluarga ini. Kehangatan yang bahkan dapat dilihat dari luar. Tentang bagaimana keluarga ini saling menyayangi. Keluarga, yang dia tahu orang-orang di panti adalah keluarganya. Ibu angkatnya adalah keluarganya.

"Saya senang Den Raka berteman sama Non Chika," ucap Meri.

"Hem?"

Meri tersenyum hangat, tangannya menepuk pelan tangan Chika. "Saya yakin Non orang baik."

Chika terdiam, oh bagaimana di rumah ini dipenuhi dengan orang-orang yang baik. Dia hanya tersenyum dan mengangguk sebagai balasan. Raka, pria itu sudah membawanya ke tempat seindah ini. Bukan karena tempat megahnya, tapi karena tempat ini memperkenalkannya dengan orang-orang yang sangat baik. Setelah sekian lama dia berurusan dengan orang seperti ayah angkatnya.

Meja makan ramai dengan suara Caramel dan bunda. Chika terkekeh geli dan merapihkan makanan di meja makan. Dia melirik Raka yang baru menuruni tangga. Pria itu tampak benar-benar tampan dengan kemeja hitam yang masih tergulung hingga siku. Tidak berubah, selalu bisa menjadi pusat perhatian.

"Hemm, Bang Raka emang ganteng Kak," bisik Caramel.

Chika mengerjapkan mata, dia menoleh pada Caramel dengan wajah memerah. "Emm? k-kamu mau minum apa?"

Caramel tertawa geli dan menguncir rambut panjangnya. "Duduk samping Kara Kak, biar Mbak yang kerja aja yang nyiapin minuman Kara."

Chika menganggukan kepala dan duduk di samping Caramel. Pandangannya bertemu dengan tuan besar rumah ini. Pria yang memang mirip dengan Raka, yang dia temui semalam. Senyumnya mengembang tipis, dibalas dengan anggukan.

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang