BAB 21

22.8K 2.7K 1.3K
                                    

Hola gengs. Apa kabar? Yaampun, sebentar lagi mau puasa yaa. Mohon maaf yaa kalau saya ada salah.

Langsung aja yuk follow ig @indahmuladiatin untuk tau info2 ceritaku

Dan jangan lupa vote + komentar sebanyak-banyaknya untuk dukung cerita ini.

Happy reading sobat 🤗

🌼🌼🌼

Sejak satu jam lalu, Chika sudah tertidur pulas di sofa. Yaa setidaknya gadis ini tidak membahas soal tindakannya tadi. Raka hanya bisa menggeram kesal dan mengacak rambutnya sendiri. Dilepas dua kancing teratas kemejanya untuk melonggarkan dasi.

"Huh." Raka menggelengkan kepala dan menatap tajam pada gedung-gedung tinggi di sekitar kantornya. Kenapa ruangan ini benar-benar panas.

Gumaman pelan dar bibir Chika yang matanya masih tertutup itu membuatnya melirik kesal. Apa gadis ini bisa tidur nyenyak sedangkan dirinya sekarang merasa serba salah. Tangannya terkepal gemas. Bisa-bisanya dia tidur di situasi seperti ini.

Matanya terpejam rapat-rapat. Kembali mengumpulkan ketenangannya. Ini bukan dirinya, kenapa bisa sampai lepas kendali. Kedua tangannya tenggelam di saku celana bahan yang dia kenakan. Dengan tubuh tinggi tegap, yang menjulang. Dirinya berdiri menghadap kaca.

Chika yang tidak sengaja terbangun langsung melihat pemandangan itu. Raka, pria itu terlihat sempurna. Seperti pahatan karya seni luar biasa. Wajah yang selalu menampilkan ekspresi dingin itu terlihat bercahaya karena pantulan cahaya bulan, diantara remangnya ruangan. Dipikir dari berbagai sisi pun rasanya tidak mungkin kan Raka menyukainya.

Jemarinya menyentuh bibir pelan, hanya memikirkan saja membuat pipinya kembali memanas. Kepalanya menggeleng pelan, tidak bisa, harus dilupakan. Matanya langsung terpejam rapat karena Raka menoleh padanya. Semoga Raka tidak sadar kalau barusan dia menatap pria itu.

Selama sisa waktu beberapa jam, Raka kembali duduk di meja kerjanya dan memejamkan mata. Mungkin tidur akan membuat kegelisahan itu berkurang. Dirinya harus bekerja lagi besok.

🌼🌼🌼

Teriknya sinar matahari pagi ini membuat Chika menutup wajahnya. Dia terbangun dan melihat sekitar, matanya melebar, sudah pagi. Dan dirinya masih di ruangan Raka. Gawat. Chika langsung bangkit dan merapihkan rambutnya.

Dirapihkan berkas-berkas itu. "Kaka bangun!"

Raka yang mendengar suara berisik itu langsung membuka mata. Punggungnya terasa sakit karena tidur dengan posisi duduk dalam waktu yang cukup lama. Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul tujuh, masih ada waktu untuk merebahkan diri.

Dengan langkah gontai, Raka menghampiri sofa yang awalnya menjadi tempat Chika. "Bilang pada Dita, beri waktu aku tiga puluh menit."

"Tapi-," Chika tidak melanjutkan ucapannya karena Raka sudah kembali memejamkan mata. Ah yasudah lah, sekarang yang terpenting bagaimana caranya keluar dari ruangan ini.

Chika menghampiri pintu keluar dan mencoba membukanya lagi. Klik. Mata bulatnya melebar, bagaimana mungkin tidak terkunci. Saat pintu itu terbuka, di meja kerjanya, Dita sudah duduk manis dengan beberapa cangkir minuman di mejanya.

"Selamat pagi," sapa Dita dengan senyum polos.

Chika menyipitkan mata, "selamat pagi? Hah? Selamat pagi, katamu?!"

"Ehh oh, haha santai." Dita langsung berdiri dari kursinya. Bersiap untuk kabur. "Jadi gimana semalam?"

"Gimana?!" tanya Chika kesal. "Kemari! Biar aku tunjukkan!"

Mr. Cold BillionaireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang