1. Tuan Putri Jemima

20.2K 1.2K 47
                                    

Happy Reading.

"Bosan sekali," ucap seorang gadis cantik yang duduk disebuah pavilliun, tangan kirinya menompang dagu sedangkan tangan kanannya mengetuk pelan meja.

"Kenapa Anda tidak membaca buku di perpustakaan atau bagaimana dengan menyulam saja, Putri Jemima," usul gadis muda berpakaian pelayan yang berdiri di dekat Tuan Putri itu.

Jemima menghela napas pelan dan melirik gadis muda itu dengan tenang. "Itu lebih membosankan, Lily."

Setelah mengucapkan itu ia sontak berdiri dan memandang Lily dengan mata berkilat jahil, Lily yang paham arti tatapan tersebut langsung menggeleng dan berlutut. "Jangan, Tuan Putri," ujar Lily dengan nada permohonan.

"Ish, kau seperti akan dihukum mati saja." Jemima terkekeh pelan melihat wajah pelayannya itu telah panik. "Berdirilah!"

Lily berdiri. "Jangan keluar istana lagi, Putri Jemima. Putra Mahkota akan marah lagi kalau Anda ketahuan," celetuk Lily dengan nada gusar.

Jemima mencolek ujung hidung Lily. "Itu tugasmu untuk menutupi apa yang aku lakukan hari ini." Ia bergegas pergi meninggalkan Lily yang termenung sejenak.

"Tidak!!" panik Lily. "Jangan kabur lagi, Tuan Putri Jemima!!!" Lily juga berlari mengejar Jemima, yang pastinya saat ini kembali ke istana Sunny kediaman gadis tersebut untuk berganti pakaian.

Setelah Jemima mengganti baju dan melakukan penyamaran dengan menggelabui para pengawal yang berjaga di istana Sunny, ia berjalan dengan wajah tersenyum senang, tangan kanannya memainkan kunci cadangan gerbang belakang yang ia curi diam-diam. Ia memiliki seribu satu cara untuk mengecoh pengawal maupun pelayan, bahkan Putra Mahkota sering menjadi korban gadis itu.

Untuk keluar istana secara diam-diam seperti ini bukanlah hal yang sulit baginya, tetapi sudah termasuk hal yang mudah karena begitu sering kabur dari istana.

"Cantik, pintar, dan menggemaskan. Kurang apa lagi diriku ini?" Jemima terkekeh pelan setelah memuji dirinya sendiri. "Sepertinya suasana hati Tuhan saat menciptakan aku begitu senang."

Jemima tersenyum melihat pasar yang ramai di depan matanya, ia berjalan pelan sesekali menyapa orang yang ia kenal. Ia begitu menyukai suasana ramai seperti ini, melihat interaksi rakyat secara langsung tanpa harus mengikuti tata krama seperti di istana adalah keinginan terbesar dalam hidupnya. Ia menghela napas pelan karena keinginan itu tidak akan pernah tercapai, gelar yang ia miliki dan darah bangsawan mengalir dirinya tidak akan mendukung keinginannya itu.

Saat ia tinggal di kediaman Ayahnya yang bangsawan Marquess dan Ayahnya sebagai Perdana Mentri saja ia sudah kegerahan karena setiap kali ia keluar bersama Ibunya, orang-orang akan menyapa ia dengan sopan. Apa lagi sekarang ia sudah diberi gelar Tuan Putri.

"Nona Jia," panggil seorang wanita paruh baya menggengam setangkai bunga mawar.

"Oh, Bibi Emma." Jemima memeluk Bibi Emma.

Bibi Emma memberikan bunga mawar dan diambil dengan senang hati oleh Jemima. "Kemana saja kau seminggu ini? Apa Tuanmu melarang kau pergi lagi?"

"Aku hanya tidak enak badan, Bibi."

Bibi Emma terlihat kesal. "Berhenti saja menjadi pelayan di rumah bangsawan itu, lebih baik kau tinggal bersamaku saja." Ia mengusap rambut Jemima dengan pelan. "Lihatlah, kau kurus karna melayani anak bangsawan itu!" ujar Bibi Emma dengan sinis.

Princess Jemima Of Bloomsytch [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang