BAB 6- Satu Telinga

1.3K 137 0
                                    

Keadaan koridor semakin riuh melihat Dela yang semakin kesetanan memukul Rinjani

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keadaan koridor semakin riuh melihat Dela yang semakin kesetanan memukul Rinjani. Sampai pada akhirnya ada sebuah tangan yang akan mendarat kepada dirinya tetapi sebuah tangan lain dengan cepat menahan tangan tersebut.

Soka datang di waktu yang tepat ketika Gara akan mencoba untuk memukul Lava. Keduanya sempat saling pandang sangat lama sampai pada akhirnya Soka menyeret Lava untuk pergi dari sana.

Gara seketika panik mendapati wajah Rinjani yang sudah babak belur. Sudut bibirnya yang penuh dengan darah, lubang hidungnya juga terus mengeluarkan cairan bewarna merah hingga dia tidak dapat menyanggah badannya dan terjatuh ke lantai.

"Rinjani!" pekik Gara khawatir.

Dengan cepat Gara membawa tubuh Rinjani untuk pergi dari sana. Semua siswa yang masih berkerumun masih sangat kaget dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Seorang Dela yang mereka kenal cupu ternyata sangat brutal.

Soka mendorong tubuh Lava hingga terbentur tembok.

"Jangan bodoh! kalo nggak ngerasa salah kenapa harus marah?" bentak Soka keras.

Dela menatap wajah Soka dengan mata yang berkaca-kaca. "Gue nggak marah. Tapi hati gue sakit!" lirihnya pelan.

"Nggak kayak tadi caranya,"

"Apa lo akan diem aja, jika ayah lo dihina?"

Soka terdiam. Ucapan Lava benar, seorang anak tidak akan diam saja jika seorang ayah yang sangat mereka sayangi di hina.

"Gue capek. Gue capek, Soka." lirihnya pelan.

Soka mendekat dimana Lava berada. Mengelus punggung gadis itu yang sempat ia benturkan pada tembok sewaktu ia emosi tadi.

"Maafin gue," ujarnya merasa bersalah.

"Lo nggak salah."

"Lava, lo tau kan apa akibat yang akan lo terima setelah kejadian tadi?"

Lava membisu, memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini. Rinjani, merupakan salah satu siswa yang ditakuti di sekolah ini setelah Bara. Bukan karena orang tuanya pemilik sekolah, melainkan donatur terbesar pertama di sekolah ini. Bahkan, Lava sudah pasrah hukuman apa yang akan ia terima setelah ini.

Saat dia memikirkan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi Soka secara tiba-tiba menggapai tangannya. Lelaki itu mengeluarkan sapu tangan yang sangat familier bagi Lava. Sapu tangan yang pertama kali Soka pinjamkan untuknya. Lelaki itu terlihat membersihkan tangan Lava dengan seksama, padahal tidak ada noda sama sekali di sana.

DELAVA ( On Going )Where stories live. Discover now