BAB 10- Ruang Persidangan

1.1K 118 2
                                    

Pagi ini Soka sudah menikmati sepiring nasi yang berada di hadapannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pagi ini Soka sudah menikmati sepiring nasi yang berada di hadapannya. Dapur, merupakan tempat yang selalu ia gunakan untuk makan ketika di rumah. Ditemani oleh ocehan Bi Lastri yang selalu mencoba mengajaknya berbicara. Papanya selalu melarangnya untuk ikut makan bersama di ruang makan keluarga, Mamanya juga tidak bisa menolongnya untuk berbicara. Alhasil, dia memilih mengalah untuk makan di dapur.

"Den, tau nggak perbedaan aden dan jam 12?" tanya Bi Lastri sedikit menggoda.

Soka hanya menggelengkan kepalanya.

"Jam 12 itu kesiangan, kalo aden kesayangan."

Uhuk..

Uhuk..

Seketika Soka terbatuk mendengar gombalan yang Bi Lastri lontarkan.

"Aduh aden maaf, Bi Lastri kebablasan," Bi Lastri panik seraya mengambilkan air minum untuk Soka.

"Serius Bi, saya pertama kali denger gombalan kayak gitu," ujar Soka dengan jujur.

"HARI INI ADALAH HARI PERSIDANGAN PUTUSAN UNTUK TERSANGKA "GRAHA PRAJA ANGKARA" DALAM KASUS PEMBUNUHAN YANG DIA LAKUKAN. APAKAH HUKUMAN MATI AKAN DIA TERIMA HARI INI? KAMI DARI WATTPAD TV AKAN SEGERA MENGABARKAN UNTUK ANDA."

Soka terdiam ketika mendengar sebuah berita yang menyala pada televisi yang berada di dapur. Soka mengetahui bahwa dia adalah Ayah dari Lava, ada sesuatu hal yang tiba-tiba memenuhi otaknya ketika itu.

"Hukuman mati saja, pantas untuk manusia yang tidak beradab!" ujar Bi Lastri yang juga ikut menyaksikan berita tersebut.

"Tersangka belum tentu pelaku, Bi." ucap Soka dengan datar.

"Kok gitu, bukannya semua bukti sudah mengarah kepada dia?" tanya Bi Lastri heran dengan ucapan yang dilontarkan oleh Soka.

"Dia hanya tertuduh yang di wajibkan bersalah. Kadang, mereka terpaksa memilih keputusanya untuk mengorbankan. Walau sebenarnya, nyawa mereka lah taruhannya."

"Aden nggak papa?" tanya Bi Lastri dengan khawatir.

"Saya pergi dulu, Bi." setelah mengucapkan kalimat terakhirnya Soka pergi dari hadapan Bi Lastri. Saat melewati meja makan yang ada di ruang tengah pun dia tidak bersuara sedikit pun.

"Soka, kamu mau kemana?" tanya Anggar yang melihat Soka hanya melewatinya saja.

Soka berhenti, menatap wajah ketiga orang yang berada di sana satu persatu sebelum akhirnya dia menatap sepenuhnya kepada sang Mama.

"Soka mau keluar sebentar." tanpa menunggu balasan jawaban dari Mamanya Soka sudah terlebih dahulu menghilang dari ruang makan tersebut.


****

Suasana di dalam ruang sidang terlihat sangat menegangkan. Tidak ada satu suara yang keluar kecuali dari yang berwajib. Dari awal persidangan di mulai mata Lava tak lepas dari tubuh sang Ayah yang tidak mau menatapnya walau hanya satu detik. Persidangan berjalan dengan semestinya, diiringi dengan ketegangan yang tercipta.

DELAVA ( On Going )Where stories live. Discover now