SEBELUM BACA PLAY MULMED DULU VREN!
HAPPY READING
_____
Anggota magma pun kembali ke markas setelah tragedi penculikan Kara. Mereka saling terdiam tanpa ada yang bersuara. Soka menatap ke arah Lava yang sepertinya merasa bingung akan kejadian malam ini.
"Kita nggak bisa tinggal diam." seru Soka bersuara membuat semua orang yang berada disana mendongak untuk menatapnya.
"Bener, kita harus cari tau siapa di balik penculikan Kara malam ini!" ujar Zein ikut menambahkan.
"Gimana dengan kasus Ayah Lava?" tanya Deo. Membuat Lava menatap lantai dengan tatapan lesu.
Semua orang menghembuskan nafas gusar.
"Kita bisa tunda dulu." ucap Lava bersuara.
"Nggak!" bantahan Soka mampu membuat Lava menatap ke arahnya dengan heran.
"Magma bisa. Bang Zein udah cari tau tentang dokter yang menjadi korban kan?"
Zein mengangguk, karena memang sebelum Fajar menerima telepon Zein sudah selesai dengan keahliannya mencari informasi secara cepat.
"Kita tuntaskan kasus Ayah Lava bersamaan dengan penjagaan cewek Bang Fajar. Gue yakin magma mampu," jelas Soka membuat semua anggota yang berada disana saling pandang satu sama lain.
"Hidup mereka yang disini bukan untuk magma aja, mereka juga harus fokus terhadap hidup mereka sendiri. Gue nggak mau membebankan masalah gue kepada magma sepenuhnya." Lava berdiri dari duduknya.
"Malam ini, kalian bisa pulang ke rumah masing-masing. Kita bahas masalah ini besok aja." setelah mengucapkan kalimat terakhirnya Lava pergi keluar markas.
Deo akan berdiri untuk menyusul kepergian Lava namun dia kalah cepat dengan Soka yang sudah mendahului dirinya. Deo mengepalkan tangannya dengan kuat, tanpa dia sadari dia memukul meja yang ada di depannya sampai berlubang. Inti magma yang lain merasa kaget akan tindakan yang di lakukan oleh Deo tersebut. Begitu juga dengan Opi yang saat itu tengah tertidur ikut terlonjak kaget.
Rama menepuk pundak Deo keras mencoba untuk menyadarkan cowok itu. "Lo kenapa?"
Nafas Deo memburu, seakan ada emosi yang masih ia simpan disana. Rama menatap ke inti magma lainya, saling bertanya satu sama lain namun tidak ada jawaban yang bisa mereka temukan. Dengan tangannya yang berdarah Deo pergi menuju ke lantai atas di markas mereka.
"Kenapa tuh anak?" tanya Opi yang merasa bingung akan amarah Deo yang secara tiba-tiba memuncak.
Rama hanya bisa menaikkan bahunya karena memang di juga bingung akan sikap Deo yang baru saja lelaki itu tunjukkan.
Soka mengejar kepergian Lava yang akan menuju ke motornya. Soka menggapai tangan gadis yang saat ini berada di hadapanya itu. "Pulang bareng gue, ya?" ujar Soka pelan.
"Gue bawa motor sendiri." sela Lava cepat dengan melepas cekalan tangan Soka dari tangannya. Lava bersiap untuk menaiki motor miliknya, namun lagi-lagi Soka menghentikan aksinya.
"Apa lagi?" tanya Lava sedikit emosi.
"Maksudnya, gue nebeng lo pulangnya," jelas Soka yang membuat Lava bengong ketika itu. Lava lupa bahwa cowok di hadapanya sekarang adalah seorang Soka.
"Naik!" pinta Lava dengan cepat.
Seketika itu Soka langsung naik ke atas motor Lava. Bukannya menjalankan motornya Lava justru masih diam tanpa berniat untuk menyalakan motornya.
"Kok nggak jalan?"
"Lo nggak ada niat untuk gantiin posisi gue gitu?" Lava sangat bingung dengan kepekaan cowok di belakangnya saat ini.
YOU ARE READING
DELAVA ( On Going )
Teen Fiction"Gue akan bunuh dia dengan tangan gue sendiri!" Delava Angkara. Bagaimana jadinya jika gadis yang terkenal nerd dilingkungan sekolahnya ternyata gadis yang paling di takuti di lingkup yang mengenal sosok kedua dari dirinya. Dia juga, mempunyai satu...