Soka terus mengikuti langkah sang papa yang membawanya ke sebuah lorong bawah tanah yang berada di rumahnya. Cowok itu hanya bisa berpasrah dengan apa yang akan dia hadapi setelah ini. Sebuah pintu mengantarkan dirinya kepada sebuah ruangan gelap yang hanya di isi oleh penerangan yang sangat minim.
Soka melihat ayahnya yang bersiap mengambil sebuah cambuk yang berada di sana. Dengan cepat Soka melepas bajunya dan menjatuhkan badannya ke lantai, menunduk dalam dengan telanjang dada.
Ceter!
Ceter!
Ceter!
Sebuah cambukan melayang pada punggungnya. Awalnya Soka hanya bersikap biasa saja karena hal itu sudah sering terjadi kepada dirinya. Namun, karena Papanya mencambuk dirinya tanpa henti rasa panas mulai dia rasakan di sekujur tubuhnya. Papanya tidak memberi jeda akan cambukan yang dia lakukan.
Ceter!
Ceter!
Ceter!
Tiba-tiba ada yang memeluk tubuhnya dari belakang. Soka sangat kaget mendapati mamanya yang saat itu berada di belakangnya dengan memeluk tubuhnya erat, seakan melindunginya dari cambukan yang kini Soka terima.
"Mama ngapain kesini?" tanya Soka dengan suara yang bergetar.
Anggar, wanita paruh baya yang biasa Soka sebut mama itu hanya tersenyum getir dengan mengusap wajah sang anak yang penuh dengan keringat. Anggar berdiri menghadap suaminya yang terlihat emosi melihat dirinya berada di sana.
"Cambuk aku, mas. Jangan Soka!" hardik Anggar dengan tajam.
"Jangan ikut campur, ini hukuman untuk dia." timpal Gahar selaku suaminya.
"Apa salah dia? apa yang sudah dia lakukan sampai kamu seperti ini?" bentak Anggar tak terima melihat Soka di siksa seperti sekarang.
"SUDAH SAYA BILANG KEPADA ANAK ITU," tunjuk Gahar kepada Soka, "UNTUK TIDAK MENYENTUH GARA SEDIKIT PUN!"
Anggar maju satu langkah ke hadapan suaminya. "Apa bedanya Soka dan Gara? bukankah keduanya anak kamu?" desis Anggar tajam.
Tanpa memperdulikan suaminya kembali, Anggar dengan cepat membawa Soka pergi dari ruangan bawah tanah itu. Soka sempat menolak, ia takut mamanya akan kenapa-napa setelah ini. Tapi Anggar tetap keras untuk menariknya keluar dari sana.
"ANGGAR BERHENTI! BAWA ANAK ITU KESINI!" teriak Gahar lantang.
Anggar tidak memperdulikan teriakan tersebut, dia semakin mempercepat langkahnya membawa sang anak untuk dia obati.
"AGHHHH, ISTRI SIALAN!" Gahar mengacak rambutnya dengan frustasi. Meluapkan amarahnya dengan mencambuk dirinya sendiri disana, tidak peduli dengan rasa sakit yang dia rasakan akibat ulahnya. Karena yang terpenting adalah amarahnya tersampaikan.
Saat Anggar akan keluar dari ruang bawah tanah tersebut, dia mendapati Gara yang berdiri disana seakan menunggu sesuatu. Gara menatap mamanya tidak suka, sudah pasti karena wanita yang telah melahirkannya itu selalu membela Soka jika lelaki itu sedang di hukum.
"Mama nggak asik tau nggak!" ujar Gara merasa kecewa.
"Samperin papa kamu, jangan sampai dia ngelakuin hal yang tidak-tidak." tutur Anggar.
Gara mendengus kesal. Pasti papanya sedang melampiaskan amarahnya saat ini. Untuk itu dia menurut akan ucapan mamanya untuk menghampiri papanya di ruang bawah tanah.
"Beban!" desis Gara ketika melewati Soka.
Dengan cepat Soka menarik kerah baju Gara dengan kuat. Jika saja keadaan dia tidak seperti sekarang, mungkin Gara sudah dia habisi saat ini. Anggar yang melihat itu seketika melepas cekalan tangan Soka pada Gara. Seraya memberikan isyarat kepada Gara agar segera menghampiri sang papa.
YOU ARE READING
DELAVA ( On Going )
Teen Fiction"Gue akan bunuh dia dengan tangan gue sendiri!" Delava Angkara. Bagaimana jadinya jika gadis yang terkenal nerd dilingkungan sekolahnya ternyata gadis yang paling di takuti di lingkup yang mengenal sosok kedua dari dirinya. Dia juga, mempunyai satu...