"Gue disini."
Lava mendapati sosok Soka yang berdiri tak jauh dari belakang wanita paruh baya itu. Dia tersenyum kearahnya dengan wajah yang masih penuh akan luka. Perlahan Lava mulai melangkahkan kakinya untuk mendekat hingga hanya tersisa jarak sekat diantara mereka berdua.
"Maafin gue, gue gagal jaga lo." ujar Soka merasa bersalah.
Lava menggelengkan kepalanya kuat. "Enggak. Gue yang gagal menyelamatkan lo." tanpa diduga Soka langsung membawa tubuh Lava kedalam dekapannya. Mereka merasakan rindu yang sempat mereka tahan sebelumnya.
"Jangan sakitin diri lo demi gue lagi, gue mohon!" titah Soka dalam pelukannya.
"Mangkanya jangan dalam bahaya. Gue nggak suka." jawaban Lava membuat segaris senyum terbit di wajah Soka.
Anggar menghampiri keduanya yang telah selesai berpelukan. Anggar pun tak menyangka bahwa Soka mempunyai sosok perempuan yang terlihat sangat menyayanginya.
"Lava, bagaimana kalau kamu nginep saja? lagian ini udah malem banget. Gimana?" awalnya Lava hanya terdiam mendapat tawaran tersebut. Berbeda dengan Soka yang sepertinya tengah memikirkan sesuatu.
"Biar____" ucapan Soka terpotong.
"Iya. Aku nginep aja deh tante." jawab Lava dengan mantap.
Entah kenapa jawaban yang Lava berikan menimbulkan kegelisahan dalam diri Soka. Dibalik itu juga ada sosok Gara yang sedari tadi menguping pembicaraan diantara mereka semua.
"Sialan!" desisnya emosi akan kehadiran Lava malam ini.
Soka pun mengantarkan Lava untuk menginap di kamarnya malam ini. Sesampainya di dalam dia melihat penampilan Lava dari atas hingga bawah, gadis cantik didepannya itu hanya memakai setelan baju rumah sakit tanpa alas kaki.
"Pasti capek ya?" Lava bingung akan ucapan Soka. Sampai akhirnya Soka menunjuk pada kakinya yang polos tanpa apapun, kaki Lava terlihat merah akibat rasa sakit yang dia tahan saat berusaha untuk mencari Soka tanpa alas apapun.
Soka mendudukkan tubuh Lava di ranjang kamarnya. "Pasti sakit. Jalan tanpa apapun dari tadi, Lo bingung cari gue ya? padahal lo bisa aja diam disana, supaya gue yang cari lo. Dan kaki lo nggak perlu sakit kayak sekarang. Sekali lagi Gue selalu gagal."
"Soka?"
"Diem. Gue mau lo diem aja." Soka terus memijat kaki Lava yang kemerahan. "Lo boleh ngomong kalo ada yang sakit." tambahnya semakin membuat Lava terenyuh. Lava menangis disana, menatap Soka yang terlalu peduli terhadapnya. Padahal jika dipikir Soka juga memiliki luka yang sama saat dia berada dipenjara.
Lava memegang wajah Soka pelan, mendongakkan kepala lelaki itu agar menatapnya. "Sakit banget ya?"
Soka mengangguk. "Sakit banget. Tapi sekarang nggak papa," Soka menatap Lava dengan tenang.
"Kenapa gitu? lukanya masih terlihat. Pasti perih banget deh," ujar Lava yang dapat ikut merasakan luka lebam yang ada di beberapa bagian wajah Soka.
"Karena ada lo. Cuma lo obat yang gue butuhin saat ini, Va." Lava tersenyum.
Saat ini Soka hanya bisa tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Lava yang masih berdiri di depan lemari bajunya untuk menentukan baju mana yang akan dia pinjam malam ini.
Soka melihat jam yang berada di tangannya. "Udah tiga puluh menit lo, Va." keluh Soka yang ikut lelah memperhatikan Lava berdiri dari tadi.
Lava berbinar ketika menemukan baju yang akan dia kenakan malam ini. Dia menunjukkan sebuah kemeja yang akan dia gunakan kepada Soka. "Gue akan pake ini." Soka hanya mengangguk lelah.
YOU ARE READING
DELAVA ( On Going )
Teen Fiction"Gue akan bunuh dia dengan tangan gue sendiri!" Delava Angkara. Bagaimana jadinya jika gadis yang terkenal nerd dilingkungan sekolahnya ternyata gadis yang paling di takuti di lingkup yang mengenal sosok kedua dari dirinya. Dia juga, mempunyai satu...