Vren! ungkapin perasaan kalian saat membaca part ini ya.
Spam perasaan kalian juga boleh.
kalo vote dan komen itu harus ya.
Follow yang utama supaya tidak eror saat membaca.
oiya? kalian baca part 22 jam berapa?
Selamat membaca.
****
Setelah sadar dari kejadian yang baru saja menimpa dirinya. Soka langsung di bawa keruang interogasi dengan keadaan yang sangat tidak baik. Wajahnya penuh luka pukulan yang Deo ciptakan.
"Kenapa kamu melakukanya?"
Soka menatap tajam ke arah detektif yang saat ini sedang menginterogasinya. Bahkan dia tidak berniat untuk mengucapkan satu kata pun dari mulutnya.
BRAK!
Detektif didepannya memukul meja dengan sangat keras.
"KENAPA KAMU MELAKUKANNYA? APA MOTIF KAMU?"
"Saya tidak melakukanya." jawab Soka dengan acuh. Membuat seorang detektif di depannya tersenyum miring.
"Pisau yang ada di tangan kamu. Apa kurang meyakinkan untuk menjadi barang bukti?"
"Apakah ada cctv di tempat tersebut?" ucap Soka beralih bertanya.
Detektif tersebut menggeleng.
Soka menunjukkan smirk di wajahnya. "Lalu, bagaimana kepolisian bisa menyimpulkan tindak kejahatan hanya dari satu barang bukti yang terlihat?"
"Kamu meragukan kami? apa susahnya menjawab satu pertanyaan yang sangat mudah untuk kamu jawab!"
"Mudah anda bilang, bahkan pertanyaan yang anda berikan sebenarnya bukan pertanyaan yang harus ada jawabannya." bantah Soka sehingga membuat detektif di depannya tersulut emosi untuk langsung memukulnya.
BUGH
BUGH
BUGH
BUGH
Seorang petugas lain yang saat itu mengamati berjalannya interogasi dari cermin satu arah sangat terkejut melihat adegan yang mereka lihat. Bahkan mereka tidak bisa melakukan hal apapun karena ruangan itu telah di kunci dari dalam oleh seorang detektif yang sedang menginterogasi Soka.
"JAWAB? KENAPA KAMU MELAKUKANYA?" teriak detektif tersebut tepat didepan wajah Soka yang penuh dengan luka.
Soka hanya bisa tersenyum di balik wajahnya yang penuh darah. "Sialan!" desis Soka pelan.
BUGH!
BUGH!
Detektif didepannya tak henti untuk memukul dirinya. Terus menorehkan luka di setiap kujur badannya ketika itu. Soka yang tidak berdaya hanya bisa tersenyum di balik rasa sakit yang dia rasakan.
"JAWAB? APA SUSAHNYA? PEMBUNUH!"
Soka melempar tubuh Detektif tersebut hingga terbentur tembok.
"AAAGHHHHH!" teriaknya frustasi.
"SAYA BUKAN PEMBUNUH! SAYA TIDAK MELAKUKANNYA!" tambahnya dengan sangat lantang.
Kini Soka melihat kearah cermin satu arah yang bisa di saksikan oleh petugas lain disana. "Apa pantas kalian menghakimi saya seperti ini? apa kalian tidak mau mendengar kesaksian dari korban? tentang yang sebenarnya terjadi?"
YOU ARE READING
DELAVA ( On Going )
Novela Juvenil"Gue akan bunuh dia dengan tangan gue sendiri!" Delava Angkara. Bagaimana jadinya jika gadis yang terkenal nerd dilingkungan sekolahnya ternyata gadis yang paling di takuti di lingkup yang mengenal sosok kedua dari dirinya. Dia juga, mempunyai satu...