Haiii vrenn! Maap lama banget hiatusnya 😭.
Terima kasih untuk kalian yang masih setia sama cerita ini. Aku janji setelah ini akan lebih giat lagi updatenya.
Untuk itu jangan sungkan untuk vote dan komen ya vren! sebanyak-banyaknya lebih tepatnya.
Komen disetiap wall lebih baik.
Selamat membaca, Vren!
Lava berjalan menyusuri koridor dengan wajah yang lusuh. Masalah yang terus berdatangan membuat otaknya semakin kacau. Dia terus berfikir kapan masalah yang dia alami akan selesai? kapan semuanya akan usai sebagaimana mestinya. Melihat semua siswa lain yang berlalu lalang disertai tawa di bibirnya membuat dia iri seketika. Kapan dia hidup tanpa menopang beban yang harus dia cari? kapan dia merasakan hidup seperti air mengalir tanpa hambatan? tapi mustahil. Senyum serta tawa yang Lava saksikan bisa saja sebuah kepalsuan yang sedang mereka tunjukan. Setiap manusia pasti memiliki sisi rapuhnya sendiri.
Lava menghela nafas untuk menghilangkan pikirkan yang memenuhi otaknya terus menerus. Sampai dia tak sadar bahwa saat ini dia telah menabrak dada bidang seseorang yang berada di hadapanya.
"Aduh!" Keluhnya kesal.
Namun saat dia hendak marah lebih lanjut bibirnya tiba-tiba kelu ketika melihat sosok yang berdiri di hadapannya sekarang. Seseorang yang membuatnya teringat kejadian malam disaat dirinya menginap di rumah Soka ketika itu. Om Gahar, direktur baru sekaligus Papa dari Soka itu tengah berdiri di hadapannya saat ini.
"Ikuti saya!" Gahar berucap seraya meninggalkan Lava lebih dulu.
Tanpa berfikir panjang langkah Lava pun mengikuti kemana Om Gahar berjalan. Lava dibawah ke sebuah ruangan dimana hanya dia dan Om Gahar berdua.
"Duduk." Titahnya sekali lagi saat sudah sampai ke ruangan yang mereka tuju.
Setelah perintah singkat itu Lava hanya melihat ke arah sekelilingnya. Sebuah ruangan khusus yang sepertinya tidak pernah dia duga ada di dalam lingkungan sekolahnya. Ruangan minim cahaya seakan dia sedang berada di dalam ruang bawah tanah.
"Kenapa Om bawa saya kesini?" Lava mulai bertanya dengan semua kecurigaannya.
Bukannya menjawab. Om Gahar justru mengambil sebatang rokok yang berada di hadapannya, dia nyalakan rokok itu lalu menghisapnya. Ia juga menyemburkan asap rokoknya tepat di depan wajah Lava sehingga perempuan itu terbatuk. Bukannya merasa bersalah, Gahar justru menyeringai senang.
"Kalo saya kesini hanya untuk melihat Om merokok, lebih baik saya pergi!" Baru saja Lava memegang gagang pintu untuk keluar dari ruangan tersebut, Om Gahar mulai bersuara membuat Lava mengurungkan niatnya.
"Sebelum kejadian malam itu, Graha menelpon saya,"
Lava tertegun, bagaimana bisa Om Gahar mengenal Ayahnya.
YOU ARE READING
DELAVA ( On Going )
Roman pour Adolescents"Gue akan bunuh dia dengan tangan gue sendiri!" Delava Angkara. Bagaimana jadinya jika gadis yang terkenal nerd dilingkungan sekolahnya ternyata gadis yang paling di takuti di lingkup yang mengenal sosok kedua dari dirinya. Dia juga, mempunyai satu...