Brakk
Sebuah pintu terbuka, dengan santai Jennie membuka sepatunya lalu pergi ke dapur meninggalkan Rosé yang kesusahan membawa belanjaan yang mereka beli tadi.
Rosé meletakkan semuanya di meja makan. Dia mengatur nafasnya lalu melihat setruk belanja dan menggeleng tak habis fikir "ini pengeluaran terbesarku bulan ini."
"Rosie, Hubby!" teriak Jennie membuat Rosé berjalan mendekatinga.
"Apa?"
"Dimana tempat Bumbu dan yang lainnya?"
"Disana." tunjuk Rosé.
"Eum bisa kau membantuku?" Jennie menunjuk lengan bajunya yang turun dengan matanya.
Rosé menghampirinya lalu menggulung lengan bajunya, Rosé menunduk melakukan hal itu dengan fokus dan teliti, tidak menyadari jika wajahnya tepat didekat wajah Jennie membuat perempuan itu bisa menatapnya dengan jelas, hidung mancung itu, pipi Chipmunk itu, bibir teb-
"Kau terlalu banyak mengagumiku."
Jennie memalingkan wajahnya, Rosé tersenyum menggoda istrinya lalu menoel dagu Jennie "hayoo ketahuan memperhatikanku. Kenapa? Baru menyadari suami dadakanmu ini sangat berkharisma dan rupawan?"
Jennie mengerlingkan matanya "terlalu percaya diri itu tidak baik. Sudah sana aku ingin memasak." usir Jennie.
"Eoh, kukira kau akan butuh bantuanku untuk sekedar memotong bawang, ternyata tidak. Yasudah.." Rosé berniat lergi namun Jennie menahan tangannya.
"Hubby..."
Rosé berbalik menaikkan alisnya sebelah "siapa yang kau paggil?"
"Tentu saja kau. Kau kan suamiku, apa salah jika aku panggil Hubby?"
"Tidak."
"Tolong... Potong bawang ini untukku."
Keduanya mulai sibuk di dapur, Jennie si pengatur dan Rosé si tukang disuruh.
Jennie mengambil sendok lalu mengambil sedikit kuah dari masakannya, dia meniupinya sedikit lalu menyuapkannya pada Rosé untuk dicicipi. "Enak?" tanya Jennie.
Rosé mengangguk setuju "biasa saja."
"Hubby ih~" perempuan itu nyaris memukul kepala Rosé dengan sendok namun Rosé memeluk perutnya guna mencari perlindungan.
"Haha iya iya enak. Sangat enak."
Tiba-tiba kekesalan Jennie hilang tiba-tiba begitu Rosé memeluk perutnya. Okay Jennie akui Jennie menyukai pelukan itu.
"Enak. Aku janji tidak akan makan diluar lagi."
Jennie tersenyum lembut mengelus kepala Rosé membuat si jangkung terkejut.
Setelah selesai memasak, mereka menghabiskan makan malam dengan mengobrol, membahas diri masing-masing agar lebih dekat satu sama lain.
Kini makan malam telah usai. Jennie langsung mencuci piring dan perabotan yang baru mereka pakai tadi. Dia menyadari Rosé sudah rapi dengan jaketnya dan akan memakai sepatunya. Cepat-cepat Jennie menyudari sesi cuci piringnya lalu menghampiri Rosé.
"Kau mau kemana?" tanya Jennie.
Rosé memakai sepatunya sebelah "pergi kerja."
"Kerja?"
"Iya, kau lupa pekerjaanku?"
Jennie tersenyum kecut, haruskah dia ditinggalkan di malam pertamanya, dia akui jika dia tidak ada rasa pada orang yang sudah menikahinya ini tapi... Haruskah Rosé bekerja di malam pernikahan nya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Utopia
FanfictionI Find Utopia in to you. "Nikahi aku. Tak apa kau tidak mencintaiku. Anggap saja demi kemanusiaan." gadis itu berjongkok membuat dia bingung pasalnya mereka sedang di tempat umum. Akhirnya dia ikut berjongkok "baiklah. Aku akan menikahimu, Jennie...