Sepasang mata terbuka, tangan terangkat meregangkan tubuh jangkungnya yang merasa sempit diatas ranjangnya yang minimalis.
"Sempit!" dia berusaha meregangkan otot selebarnya hingga tidak menyadari jika seseorang disampingnya terdorong kebawah.
Brugg
"Akhh! Yak!"
Rosé dia beringsut bangun dan melihat kebawah ranjangnya dan menemukan sosok gadis tengah terduduk memegangi bokongnya.
"Kenapa kau mendorongku! Sakit tau!"
"Heh, sedang apa di kamarku?"
Alih-alih mendapat jawaban, dia hanya merasakan wajahnya dilempar oleh bantal "dasar pikun! Aku tidak percaya punya suami sepertimu Roseanne."
Rosé mulai loading, mengumpulkan nyawa dan ingatannya hingga... "Oh iya aku sudah menikah."
Dia menatap istrinya yang keluar kamar, mungkin pergi ke kamar mandi. Rosé mengedikkan bahunya lalu membuka bajunya. Dia mengusap rambutnya ke belakang lalu pergi ke dapur mencari makanan tanpa membereskan tempat tidurnya terlebih dahulu.
Setelah selesai dengan mandinya, Jennie keluar dengan baju lengkap tapi dia malah dibuat kaget setengah mati dengan penampakan tupai yang berkeliaran hanya memakai kolor ijo.
"Yak! Pakai bajumu!"
Dia menatap Jennie dari atas sampai bawah "kok ngator?"
"Tentu saja, kau tidak ingin diatur istri mati saja sana!"
"Galak sekali."
Jennie mengerlingkan matanya menatap si tupai yang sedang memakan roti tawar. Dia berjalan kebelakangnya, jantungnya berdebar melihat punggung mulus Rosé, belum lagi rambut pirangnya yang dia kedepankan.
"Ingin nasi goreng?" tawarnya.
"Boleh."
Jennie mulai menyiapkan bahan-bahan untuk membuatkan apa yang suaminya minta, dimeja makan, Rosé mencuri pandang pada Jennie dibelakangnya. Tangannya mengepal, kenapa wangi sabunnya candu sekali?
Dia pergi mengambil minum, disisi lain, Jennie yang sedang mengambil bumbu kembali gugup melihat Rosé yang ketumpahan sebagian air minumnya ke dada dan perutnya.
"Shit..."
Kini mata keduanya bertemu. Rosé mengusap bibirnya meninggalkan senyuman miring menatap mesum sang istri.
"Apa yang kau lihat Roseanne?!"
Alis Rosé naik sebelah, dia berjalan mendekati Jennie lalu mencolek dagunya "My beautifull Wifey."
Jennie menepis tangan Rosé dan lanjut memasak. Tanpa diduga si jangkung malah memeluknya dari belakang.
"Sayang," panggilnya dengan nada rendah dan sedikit serak.
Tiba-tiba tenggorokkan Jennie ikut kering "A-apa? Belum selesai."
Rosé memperhatikan Jennie dari samping, dia menyibakkan rambut hitam tergerai Jennie kebelakang lalu menghirup aroma dilehernya yang memabukkan.
"Mmhh,"
Jennie jadi merinding, sebenarnya dia tidak masalah soal posisi ini, mereka kan sudah menikah. Masalahnya tujuan mereka menikah bukan untuk ini.
"Ekhem. Sorry about that." bisiknya.
Jennie mematikan kompor, dia berbalik menatap manik mata Rosé "ada apa denganmu?"
Rosé mengangguk "bisa aku mengakui sesuatu?" dan dibalas Jennie dengan mengangguk mengusap rahang Rosé dihadapannya.
"Aku... Suka memelukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Utopia
FanficI Find Utopia in to you. "Nikahi aku. Tak apa kau tidak mencintaiku. Anggap saja demi kemanusiaan." gadis itu berjongkok membuat dia bingung pasalnya mereka sedang di tempat umum. Akhirnya dia ikut berjongkok "baiklah. Aku akan menikahimu, Jennie...