19. For Readersnim

1.1K 180 14
                                        

Walaupun sy gatau endingnya mo gimana, tapi tetep lanjut lah biarin semuanya berjalan dengan apa adanya, berlalu dengan semestinya dan berakhir dengan seharusnya.

🔞nya dibawah jadi adek adek masih bisa baca yang diatasnya doang ya yang diatasnya doang. Kalo udah mulai panas mending udahan bacanya.

Sudah seminggu ini Rosé sibuk pergi pagi pulang malam untuk menata dan membangun kembali tempat yang akan dia jadikan kafetaria.

Semuanya masih berjalan lancar, hanya saja Jennie jadi merasa sedikit kesepian. Rosé yang biasanya terus menggulungnya pagi dan malam kini selalu bangun Pagi-pagi dan pulang larut.

"Kenapa dulu aku selalu mendesaknya bekerja? Aku tak pernah tahu jika dia pergi aku se kesepian ini." gumamnya.

Dia sedang berada di kamarnya, membereskan barang-barang Rosé yang belum sempat mereka bereskan.

Jennie mengangkat alisnya sebelah "oh? Aku tidak tahu jika suamiku yang menyenangkan itu Sarjana Hukum." gumamnya membereskan beberapa dokumen lain.

Hari sudah sore, namun rumahnya masih sepi. Ella masih sekolah, dan karena ada les dia bisa pulang malam.

Eomma Kim sedang berada di kebun kecil di halaman belakang tempatnya menanam beberapa sayuran.

Tak lama suara pintu terdengar menyapa gendang telinga Jennie. Awalnya Jennie kira itu ibunya, tapi dia sadar jika dia masih bisa melihat punggung ibunya dari jendela kamarnya.

Dengan segera dia bangkit dan melihat ke depan, benar dugaannya, "Hubby? Sudah pulang?"

Rosé mengangguk, meletakkan kemejanya diatas sofa lalu mendekati Jennie untuk memberi kecupan di pipi kiri dan kanannya.

Sebenarnya itu rutinitas, saat pulang kerja Rosé selalu mencium pipi istrinya bagaimanapun keadaannya.

"Pulang cepat? Ada apa?"

"Tidak ada. Hanya saja pekerjaannya tinggal sedikit lagi dan kita akan segera membuka kafetaria kita." jawab Rosé dengan senyumannya.

"Oh ya? Secepat itu?"

Rosé mengangguk "aku membayar orang lebih."

"Ihh Hubby, apa kau tidak bisa sabar dan menghemat tabunganmu?"

"Hasilnya sama saja. Menambah orang akan memperpendek waktu dua kali lipat dari pada dilakukan dengan orang yang aku bayar sebelumnya. Jika aku membiarkan Orang-orang sebelumnya sampai habis bayarannya sama saja."

"Wah suamiku pintar sekali. Oh ya ingin makan?"

"Ahh, aku sangat lapar."

Jennie tersenyum menarik Rosé ke meja makan "hari ini aku memasak Tangsuyuk untukmu."

Rosé duduk "Tangsuyuk? Itu membuatku DejaVu."

"Oh ya?" Jennie meletakkan semangkuk kecil nasi dan sepiring Tangsuyuk untuk suaminya.

"Ini mengingatkanku pada saat kita belum menikah dulu."

Jennie mengernyitkan keningnya "oh itu... Kau ini."

Rosé tertawa kecil "akhirnya kita kembali menikmati hidangan yang sama, dengan orang yang sama, namun keadaannya berbeda."

"Aku bersyukur untuk itu."

Keduanya duduk dengan tenang "kau sendiri sudah makan?" tanya Rosé.

"Sudah, aku makan dengan eomma tadi. Aku tidak tahu kau pulang cepat hari ini. Jika tahu mungkin aku lebih memilih makan denganmu saja."

"Itu dia, makanya aku tidak memberitahumu, jika kau tahu kau pasti melewatkan jam makanmu dan lebih menungguku. Tidak apa."

Senyuman terbit begitu saja dibibir Jennie, entah kenapa dia merasa hidupnya semakin baik.

UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang