18. Can I kick it?

1K 189 29
                                    

Malam ini suasana terasa hangat, di meja makan ada beberapa orang yang sedang makan, "Jadi... Kalian akan Benar-benar menetap disini?" tanya Eomma Kim.

"iya eomma, kami memutuskan untuk tinggal dan memulai usaha baru disini," jawab Rosé.

"Baguslah, eomma jadi tidak kesepian lagi."

Rosé mengangguk "iya, dan sepertinya Jennie juga akan berhenti bekerja."

"Mwo? Kenapa? Apa gajinya terlalu kecil? Atau bos nya terlalu galak?"

Semua atensi beralih pada gadis Jepang yang ikut duduk disana "kau bos nya, menurutmu bagaimana?" tanya Jennie balik.

"Aku rasa biasa saja."

"Cih, pemegang anak perusahaan saja bangga," desis Jennie.

"Tentu harus bangga. Ini prestasi,"

"Tidak, tidak ada yang dikeluhkan dati pekerjaannya," ujar Rosé tak lupa membelai kepala istrinya "hanya saja... Aku ingin dia dirumah, mengurus rumah dan jadi istri yang baik, menyambut saat pulang kerja, ahh indahnya."

"Ahh begitu... Baiklah, lagipula kontrak kerjanya sudah akan habis." tutur Mina.

"Tapi Hubby, aku ingin bekerja..." rengek gadis itu membuat Mina bergidik.

"Tidak. Sudahlah ini kan baru rencana."

"Eonnie menyeramkan dengan rengekan itu." celetuk Ella.

"Aku setuju." Ella dan Mina ber tos ria.

*
*
*

"Hubby, kau dimana?"

"Disini."

Jennie mendekati sumber suara dimana Rosé sedang duduk disamping Jendela yang mengarah langsung ke halaman belakang.

Jennie meletakkan teh hangat di meja rias yang berada tepat disamping Rosé.

"Jadi... Apa yang akan aku lakukan setelah kehilangan pekerjaan hmm?" tanya Jennie berkacak pinggang.

Rosé menyeruput minumannya "lebih baik temani aku, duduklah."

Jennie mengambil kursi lain yang berada disana. "Lihat, bintangnya berkedip genit padaku" adu Rosé menunjuk langit.

Jennie tersenyum tipis "kau mau saja dikedipi dia, sudahlah tutup jendela nya, biar aku saya yang berkedip genit padamu."

Tawa Rosé pecah juga, dia mengangguk menutup jendela, sedangksn Jennie merapikan tempat tidur untuk dia tiduri.

"Wifey,"

"Hmm?" Jennie merasakan pelukan dari belakang.

"Besok aku akan mulai membangun Kafetaria ku. Jadi bangunkan aku Pagi-pagi ya?"

"Iya hubby, dan sebaiknya kau segera tidur agar bangun pagi, hmm?"

Rosé mengangguk setuju, dia berbaring diatas kasur lalu merentangkan tangannya meminta Jennie memeluknya.

Jennie hanya menggeleng namun dia ikut juga kedalam pelukan Rosé. "Nah sekarang tidurlah."

Rosé mendongkak karena posisi tidur Jennie yang lebih tinggi darinya karena dia menopang kepalanya dengan tangan.

"Kira-kira ini yang dilihat anakku saat tidur denganmu nanti." ujar Rosé tiba-tiba.

Blush

Pipi Jennie memerah saat mendengar kalimat itu "hey kenapa membicarakan itu?"

"Tidak ada." Rosé bergerak mencari posisi ternyaman dengan menyembunyikan wajahnya didada Jennie. "Ini empuk dan nyaman, selamat tidur sayang,"

Kau tahu? Jantung Jennie sedang tidak baik baik saja sekarang, dengan posisi seintim ini Rosé bisa saja menerkam Jennie, namun dia tidak melakukannya, karena dia tahu Jennie belum siap dan terlebih Jennie belum Benar-benar mencintainya.

"S-selamat tidur s-sayang."

Jennie mendengar kekehan kecil dari mulut Rosé "hey, apanya yang lucu?"

"Ada yang sedang berpesta didadamu sayang."

Pipi Jennie kembali memerah, dia ketahuan jika jantungnya sedang berdebar kencang karenanya.

"Jantungmu... Aku menyukainya. Ini seperti lagu dikepalaku."

Entah dapat ilham dari mana, tangan Jennie terangkat mengusap kepala Rosé yang berada tepat didepan dadanya.

"Tidurlah Hubby, besok kau bangun pagi."

Tak lama Jennie merasakan nafas teratur dari hidung Rosé, dia menghela nafasnya menatap langit langit kamarnya.

Okay, mulai sekarang dia akan menerima Rosé sebagai teman hidupnya, dia berjanji pada dirinya sendiri agar dia menjadi istri yang baik iya, dia berjanji.

"Rosie, kau datang dipuncak kegelisahanku, kau datang membantuku dan menjadi tumpuan disaat aku susah, menjadi hujan dihatiku yang gersang. Aku yakin akan menjadi istri yang baik untukmu."

"Rosie... Kau selalu menutupi keburukanku didepan keluargaku, kau menjadikan kekuranganku sesuatu yang membuatmu lebih tertarik kepadaku lagi, entah untuk keberapa kalinya kau membuat jantungku berdebar, ternyata aku tidak membutuhkan siapapun lagi. Kini aku yakin jika yang aku butuhkan itu kau. Bukan yang lain."









"Hubby...






saranghae."











~The end~














Gaada konflik. Iya, daripada cari masalah mending cari perhatian Mas crush.

UtopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang