Bunda Maria layaknya bidadari yang dikirim Tuhan untuk menjaga anak baik seperti jungkook dan ashila.
Beberapa tahun berlalu, mengasuh kedua bocah yang sedang melewati masa remaja bukanlah hal mudah.
Jungkook sering begadang dan ashila sering keluar rumah. Namun mereka tetap menyanyangi bundanya.Jooan sebagai pelatih ilmu bertarung di lenix mulai mengajari jungkook segalanya, mengajarkan seluk-beluk organisasi mafia milik keluarga jeon.
Jungkook sibuk dengan semua kegiatan yang sudah terjadwal, jarang ia bertemu sang adik dan bunda.
Sekolah, latihan senjata, les, dan rapat lenix, menjadi kegiatan nya sehari-hari. Berkumpul hanya saat makan. Hubungan dengan ashila? Ia bahkan tidak tahu keseharian nya.Ashila, remaja 15 tahun yang sedang berkutik dengan lembaran tugas sekolah nya. Hubungannya dengan bunda terbilang biasa saja, ia lebih menyayangi sang kakak. Namun, jadwal jungkook sebagai penerus lenix tidak bisa di ganggu. Istirahat hanya untuk tidur dan makan.
Iba? Tentu saja, tapi tidak mungkin ashila yang menggantikan posisi jungkook. Diperlakukan sebagai bagian keluarga sudah lebih dari cukup.
Suara lembut sang bunda menyapa mereka setiap pagi. Namun belakangan ini, ia akan terdiam jika ada jooan disekitarnya. Kedua anak jeon pastinya akrab dengan beliau, tetapi terdiamnya seorang bunda Maria membuat ashila terheran. Gadis itu memang suka mengamati orang dirumah ini.
"I killed him–" Suara yang tidak sengaja ia dengar saat melewati kamar bunda. Pintunya terbuka sedikit sehingga siapa pun yang melintasi kamar akan mendengar.
Ashila menautkan alisnya,penasaran. Ia mendekat ke asal suara, terlihat sang bunda yang sedang bertelepon. Semua ruangan di mansion ini memiliki desain kedap suara,oleh karena itu mungkin bunda tak pernah memelankan suaranya.
"Pria itu selalu mengacaukan rencanaku, setiap aku berencana mencuci otak jungkook. Untung saja kau mengirimkan beberapa penyusup, jadi aku bisa membunuh si jooan itu"
Terkejut akan informasi yang ia dengar, ashila berusaha untuk tidak membuat suara sedikitpun. Terdengar sang bunda melanjutkan pembicaraan nya, ia kembali menguping.
"Kau tanya penyebab nya? Jooan tahu semua rencanaku,menghancurkan klan jeon dan lenix sebagai pengganti kematian alexander. "
Ingat, ashila masih menguping. Sulit mengartikan maksud dari perbincangan sang bunda, ia pergi ke kamarnya. Berusaha mencerna inti pembicaraan tadi, yang dapat ia simpulkan bahwa sang bunda memiliki maksud buruk sampai ia harus membunuh tangan kanan appa jeonghan.
Keringat menghiasi pelipis, matanya bergetar. Bunda membunuh jooan.
Pembunuh
Pembunuh
Pembunuh
Kata itu memekakkan telinganya. ashila tertekan saat ini, ia takut menjadi target selanjutnya. Bergetar membayangkan sang bunda yang sedang merencanakan kematiannya. Semua pikiran negatif menghantui, kegelisahan yang dirasakan sungguh menguras energi hingga tanpa sadar ia tertidur.
Flashback off
"Dan kau tahu oppa, besoknya kita menemukan mayat paman jooan di dapur. Terlihat seperti kecelakaan yang tak disengaja" Ujar ashila yang sedari tadi sudah menitikkan air mata.
Jungkook tentu saja terkejut akan hal itu dapat dilihat dari raut wajah tak percaya dengan yang ashila ceritakan,
"Ashila-" Hati kecil jungkook masih berusaha mencerna cerita adiknya.
Ashila menggigit bibirnya, gelisah akan tanggapan sang kakak.
"Terserah, oppa percaya atau tidak. Semua sudah terjadi, tapi setidaknya aku sudah memberikan alasanku"
"Kau punya bukti?"
Ashila melenggang dan membuka laci disebelah kasurnya, mengambil kotak kecil dan memberikan nya kepada jungkook.
"Awalnya aku memang tidak percaya, oppa ingat? Kalo dulu aku suka membawa kamera polaroid"
Kotak yang berisi beberapa foto hasil jepretannya ia berikan ke jungkook. Tidak ada yang salah dari foto itu, hanya mayat jooan yang tertimpa beberapa peralatan masak dan pisau yang berserakan. Jungkook yang semakin mengernyitkan dahinya.
Ashila menunjuk tangan paman jooan di foto itu, yang terlihat menggenggam sebuah perhiasan.
"Oppa pasti tidak asing dengan kalung yang di genggam oleh paman" Ujarnya.
Jungkook mengikuti arahan ashila, kalung berbandul matahari yang memiliki desain langka itu hanya dimiliki oleh sang bunda.
"Aku heran. Jika paman mati karna barang barang yang menimpanya, mengapa lebih banyak lebam seperti bekas cekikan dan hasil pukulan daripada luka hantaman benda di sekitar nya" Ashila berusaha untuk tetap tenang.
Jungkook terdiam, memproses semua cerita ashila dan beberapa pertanyaan mulai memenuhi otak nya. Ia perlahan memegangi kepalanya,
"Maaf kalau aku tidak mempercayai hal ini, ashila. Aku akan menghargai keputusanmu, aku tidak akan membicarakan bunda di hadapanmu"
Jungkook beranjak dari duduk, namun pelukan sang adik menghentikan pergerakannya."Oppa tidak harus melakukannya, aku senang ketika oppa membicarakan bunda dengan berbinar dan senyum tulusmu. Aku hanya menempati janjiku. Tapi, bisakah oppa tidak memaksaku untuk menjenguk makamnya?"
Jungkook berbalik menghadap ashila yang tingginya hanya sebatas bahu, mencium pucuk kepala yang sedang tertunduk itu.
"Ok, anything for my sister"
Tak terasa bulan sudah berada di titik tertinggi nya, jungkook kembali ke kamarnya dengan raut wajah kelelahan.
Ashila kembali duduk dan mendekap dirinya sendiri
"Maaf, ada beberapa yang tak harus kau ketahui oppa. Aku tidak ingin kau membencinya sama sepertiku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pearl In The Darkness
RomanceNOT FOR CHILDREN. CERITA INI MENGANDUNG BEBERAPA HAL YANG TIDAK PATUT DITIRU. Menangis tanpa suara, Semua cahaya terkurung di lautan Kakiku melemah, Aku tak bisa mendengar apapun, Kill'in me now, kill'in me now Do you hear me out? Nulis kalau...