Warning
18+Pucat pasi dengan tatapan kosong seorang kim namjoon membuat jeonghan penasaran, ia beralih menatap istrinya. Namjoon menaruh yoona ke kursi penumpang di mobil jeonghan sedangkan anak-anak dan hana berada di mobil milik hana.
"Mian... " Kata yang berulang kali namjoon ucapkan ke jeonghan.
Jeonghan membulatkan matanya dan langsung mengecek hembusan nafas yoona. Seketika waktu terasa terhenti.
"Mian... Yoona mengorbankan dirinya untuk anakku. Mian jeonghan"
Namjoon semakin menunduk dengan air mata yang terus mengalir. Jeonghan mendekati jasad istrinya mendekap tubuh tak bernyawa itu. Belahan jiwa yang amat ia cintai, masih tidak ingin menerima kenyataan pahit yang menimpanya. Jeonghan menyuruh Namjoon untuk mengemudikan mobilnya, mencari rumah sakit terdekat guna mengobati yoona dan anak anak. Ia berharap terjadi sebuah keajaiban.
Beruntung, Anak-anak sudah diberikan pertolongan pertama. Sekarang mereka tengah membersihkan luka disebuah ruangan rumah sakit, hana tetap mendampingi mereka. Sedangkan Namjoon dan jeonghan menunggu yoona yang berada di ruang UGD.
Terlalu singkat jika seorang dokter memeriksa pasiennya hanya 15 menit. Tanpa basa-basi sang dokter mengatakan bahwa yoona telah tiada di perjalanan dan bayi di kandungannya juga tidak selamat.
Seperti batu besar tengah menghantam kepalanya, seketika pikiran jeonghan kosong. Ia tak menangis ataupun mengeluarkan air mata, menatap pintu UGD dengan tatapan kosong sedangkan namjoon sudah jatuh berlutut di hadapannya menunduk dan meminta maaf. Kenyataan yang tidak bisa ia terima membuat dirinya sedih hingga tidak tahu apa yang harus ia perbuat.
Jeonghan menatap namjoon yang menunduk, perlahan air matanya keluar. Kesedihan itu mulai terasa sakit, membuat jeonghan susah bernafas, menyandarkan diri dan jatuh terduduk. Menangis,menutup matanya tak kuasa menghadapi kenyataan ini.
Namjoon menyentuh kaki temannya, menempelkan kepalanya. Tidak tahu harus bagaimana, ia bersujud kepada jeonghan memohon pengampunan.
Merapalkan kata maaf setiap detiknya.Bibir pucat itu bergetar,
"Nam–joona, apa yang harus kukatakan pada jungkook"Ia mulai menurunkan tangannya, memandang teman yang sedang bersujud di kakinya. Jeonghan menarik perlahan kakinya untuk menjauh dari namjoon.
Namjoon yang menyadari pergerakan tersebut, mengangkat kepalanya untuk bertatapan dengan jeonghan.
"Aku akan membantumu, karena yoona menyelamatkan anakku. Biar aku yang menanggung kemarahan putramu" Ucapnya dengan yakin.
"Tidak temanku, yoona mengorbankan dirinya sendiri. Aku lah yang bersalah tidak bisa menjadi pelindungnya." Tatapan kosong layaknya raga yang ditinggalkan jiwanya.
"Aku bukan ayah yang baik bagi jungkook dan bayiku, aku tidak bisa menyelamatkan ibu mereka. Aku membuat mereka tidak punya ibu." Bahkan suaranya pun seperti tak berjiwa.
"Aku siap menghadapi jungkook. Aku senang yoona berhasil menyelamatkan putramu joon, jangan salahkan dirimu."
Jeonghan beranjak dari sana menuju ruang perawatan luka yang diisi oleh jungkook, taehyung dan hana.
Membuka pintu dan menyuruh mereka mengosongkan ruangan itu, menyisakan jungkook dan jeonghan.
Tangan mungil yang kini diperban itu memperparah rasa sakit jeonghan.
Ia memandang dengan seksama perban itu."Appa, ada apa? Mengapa appa berantakan sekali?"
"Appa gapapa, nak. Lukamu, apakah dalam sekali?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Pearl In The Darkness
RomanceNOT FOR CHILDREN. CERITA INI MENGANDUNG BEBERAPA HAL YANG TIDAK PATUT DITIRU. Menangis tanpa suara, Semua cahaya terkurung di lautan Kakiku melemah, Aku tak bisa mendengar apapun, Kill'in me now, kill'in me now Do you hear me out? Nulis kalau...