____________________
• Camaraderie •
Bagian 16. Ungkapan
_______"Oh.."
"Ohh.."
"Kami memohon maaf" seseorang tersebut segera menutup pintu kamar mandi dan berjalan keluar kamar. Atsumu menatap mereka berdua dengan kesal, lengannya berkacak pinggang seolah memberi tatapan 'Sudah kukatakan bukan?'
"Maaf tuan, kami meminta maaf. Sebelumnya kami telah salah mendengar berak menjadi beranak, kami memohon maaf"
"Ya, pergilah" Atsumu mengusir petugas hotel dengan kibasan tangan sebelum kemudian ia menutup pintu dengan kencang. Gebrakan kasar cukup mengejutkan petugas itu.
Atsumu kembali membuka pintu kamar mandi. Mendapati Sakusa yang menahan suara dengan susah payah. Memunculkan banyak keringat di wajahnya sampai menetes ke kemeja putihnya.
"Udah keluar?" Tanya Atsumu penuh harap.
"Palalo. Ayo buruan bantuin!" Sakusa menyentak Atsumu dan mulai bangkit dari kloset, kembali ke posisi sebelumnya.
Atsumu sebenarnya mulai menyerah. Terbersit pikiran untuk pergi ke rumah sakit saja sekarang juga. Namun nampaknya Sakusa tidak menyerah, jadi mau tak mau Atsumu tetap melanjutkannya saja.
"Mi, kalo sakit ngomong ya"
Peringatan dari Atsumu agaknya membuat Sakusa cukup merinding. Meskipun ia sudah merasakan sebelumnya, tapi teetap saja kalimat Atsumu membuatnya sedikit ngeri. Ia khawatir rantainya benar benar tak bisa dikeluarkan.
"Iya" Jakun Sakusamulai naik turun menelan salivanya dengan susah payah.
Atsumu meludahi empat jarinya lalu mulai memasukkan dalam lubangnya perlahan lahan. Merogoh kembali lubang Sakusa dan mencari cari rantai yang tadi sore telah dimasukkan. Ahhh sialan, ujung jari Atsumu sudah menyentuhnya. Tetapi tetap saja Atsumu belum bisa menggapainya.
"Omi, tahan dikit ya. Lo siap?" Sakusa mengangguk. Kali ini nyalinya cukup kalah melawan ketakutannya, ia menyambar handuk terdekat dan menggugitnya dengan kuat.
"Hngkhhh—" suaranya terbungkam begitu kepalan tangan Atsumu masuk ke dalam lubangnya. Tangan Atsumu berhenti sejenak sebelum kemudian kembali masuk lebih dalam untuk mengambil rantai itu.
Belum sempat Atsumu menariknya keluar, Sakusa mencekal pergelangan tangan Atsumu. Kepalanya menoleh ke arah Atsumu yang berlutut di belakang tubuhnya. Atsumu menatap wajah Sakusa yang memerah dengan kedua mata yang mulai meneteskan air mata. Atsumu cukup terkejut, namun ia memilih untuk tidak bertanya lebih banyak.
"Ng–ahhhh" mulutnya melepas gigitan pada handuk itu. Kedua tangannya yang menyangga tubuhnya gemetar pada wastafel, kepalanya tertunduk.
"Udah dapet, tahan dulu"
"Hnfff huft huft hngkkkh—"
Engahan nafas dari Sakusa membuat ruangan kamar mandi terasa panas. Atsumu perlahan lahan mulai menarik tangan yang sudah mencekal rantai di dalam tubuh Sakusa. Sebelah tangan Atsumu mengelus pinggang belakangnya, menyalurkan rasa nyaman agar Sakusa tidak terlau merasakan kesakitan.
Beberapa detik kemudian Atsumu berhasil menarik keluar rantai tersebut. Terjatuh negitu saja di lantai kamar mandi.
"Shh– Uh Uh Uh Uhhmmg!" nafas Sakusa tersenggal senggal, ia nampak berusaha untuk mengatur mafas dengan baik.
"Maaf"
"Maaf"
Keduanya meminta maaf dengan serentak tanpa sadar. Atsumu mendapati wajah pucat Sakusa melalui pantulan cermin. Yah meskipun Atsumu tetap ingin mendapatkan maaf dari Sakusa akibat kasus perselingkuhan sebelumnya itu, tapi rasanya ia juga bersalah karena sudah membiarkan Sakusa menderita sendirian beberapa jam yang lalu.
"Boleh keluar lagi gak?"
"Hah?"
"Lanjutin bentar Tsum"
Atsumu heran, apakah sensasi sakit yang sebelumnya itu mengundang hasrat Sakusa kembali?. Kepala Atsumu sedikit menoleh untuk memastikan, dan benar saja. Penis Sakusa sedang berdiri tegak, dibasahi dengan cairan praejakulasinya.
"Engrhhhh– boleh nggak?" katanya kembali meminta izin.
"Boleh" Atsumu mulai merangsang Sakusa kembali, kali ini satu tangannya yang semula berada pinggang Sakusa itu mulai mengicok lembut kepala penis Sakusa. Sesekali akan memilin milinnya dengan lembut kepala penis Sakusa yang membengkak memerah seperti buah stroberi.
"Akhh, cepetin Tsumu"
"Gue gaakan nyepetin temponya, buruan keluarin sendiri" Atsumu menghentakkan setiap kocokan tangannya ke pangkal penis Sakusa, mengurut batangnya dari ujung kepala sampai pangkal.
"Mnhhffff—" suara Sakusa mendadak melengking saat ia mengeluarkan spermanya di lantai. Kedua telapak tangannya menutup mulut, menahan teriakan dari mulutnya sendiri. Tangan Atsumu mulai mengurut penisnya dengan perlahan, membiarkan batangnya memuncratkan sisa sisa sperma.
Tubuh Sakusa kembali lemas karena ia belum makan sejak kemarin malam. Atsumu segera bangkit untuk membantu mengendorkan dasi hitam yang dikenakan oleh Sakusa dan melepas kancing teratas kemeja putihnya. Dia hanya diam, menerima semua perlakuan Atsumu padanya.
Atsumu juga nampak memungut handuk baru untuk dibasahi dan mulai membersihkan tubuh Sakusa perlahan lahan dengan telaten sebelum kemudian ia melepas seluruh pakaian Sakusa dan membantunya mandi sebentar.
Membutuhkan waktu setidaknya 15 menit sampai akhirnya keduanya selesai dengan kegiatan membersihkan tubuh. Atsumu segera menarik tubuh Sakusa keluar dari kamar mandi dan segera membantunya untuk tidur di ranjang.
Atsumu juga sempat mengatur suhu kamar dan menyelimuti tubuh Sakusa yang hanya mengenakan kimononya. Tepat sebelum Atsumu akan pergi, pergelangan tangan Atsumu dicekal oleh Sakusa dengan kuat.
"Jangan kemana mana.." katanya dengan suara yang parau. Ada apa ini? Apakah hati moengilnya sudah luluh terhadapku?.
"Gak"
"Jangan jadian sama kak Kita dulu"
"Kalo gitu lo mending cari pacar duluan sebelum gue jadian sama kak Kita"
Atsumu tersenyum, tapi nampaknya jawaban Atsumu tak memuaskan Sakusa. Maksudnya untuk mencegah Atsumu berpacaran dengan kak Kita adalah ia ingin mendahului kak Kita. Bukan malah diperintahkan untuk mencari yang baru terlebih dahulu. Ini semua salah.
"Gak gitu Atsumu— please"
"Udah malem, tidur dulu" Atsumu enggan membahas hal ini lebih jauh. Ia sengaja mengecup bibir Sakusa sekilas agar ia berhenti bertanya dan membahas masalah ini lebih lanjut. Atsumu juga ingin beristirahat, kepalanya terasa sangat berat.
***
Ayok vote nya di pojok kiri sini ↙️ <3.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie [AtsuSaku]
Fanfiction[SELESAI - REVISI] Camaraderie (n.) Keinginannya untuk memiliki hubungan sekadar sahabat berubah ketika perasaannya menolak. Sangkalan perasaan tidak bisa diganggu gugat ketika ia kembali jatuh cinta dengan orang yang sama. The lust of love. He will...