21 Januari 2022
•••
"Acil, beli!" Acil, adalah sebutan tante bagi masyarakat banjar, meski bukan tinggal di daerah sana orang-orang memanggil penjual kedai kecil di depan rumah yang bertanda 'Nasi Kuning Acil Laila' tampak di sana. Acil, sebutan khasnya, karena mereka pernah tinggal di sana dari lama.
"Sebentar, ya." Seorang wanita muda nan cantik sambil mengikat rambut mulai berjalan keluar menuju kedai sederhana, bermeja kecil dan berlemari kaca, yang di baliknya terdapat beragam menu tertera di sana.
Tepat di depan, wanita muda itu menemukan seorang anak kecil berseragam SD memegang piring di tangan.
"Cil, beli nasi kuning." Wanita yang dipanggilnya Acil itu mengangguk, ia mencici tangannya.
"Kek biasa ya, nasinya setengah, lauknya mau apa?" tanya sang acil.
Anak itu tampak berpikir seraya menatap lauk berbumbu merah terang menggoda di balik kaca. "Telor aja, Cil."
"Siap, Dek." Adik kecil itu nyengir lebar sebelum akhirnya duduk di kursi panjang yang tersedia di sana, ia duduk sambil menggoyang-goyangkan kaki khas anak-anak sementara wanita itu mulai menyiapkan pesanan.
"Cil, lontong dua bungkus, ya!" Seorang ibu-ibu datang. "Lauknya pisah aja, ayam keduanya."
"Oke siap, Bu." Pembeli demi pembeli pun mulai berdatangan mengisi hari yang masih sangat pagi itu, laris manis kedai nasi kuning tersebut. Entah makan di rumat atau makan di tempat.
Seorang wanita dewasa tampak melangkah keluar dari rumah sederhana mereka. "Laila, pembelinya banyak ya? Maaf Ibu telat bantu."
Laila, sang acil, menoleh ke belakang. Sambil tersenyum ia menjawab wanita dewasa tersebut, "Gak papa kok, Bu. Laila bisa, kok." Ibunya balas tersenyum, menghampiri sang putri dan berdiri di sampingnya, mulai membantu.
"Kamu kuliah pagi kan hari ini? Ya udah kamu berangkat aja sana, nanti telat, Ibu aja yang ngurus warung." Ibunya berkata.
Laila menggeleng. "Masih lama, sih, Bu. Jam 9. Kalau Laila berangkat eh kampus sepi senyap." Keduanya tertawa hangat.
"Oh gitu." Ibunya mengangguk paham.
"Cil, nambah dong!" Seorang pria menyodorkan piring kosong ke mereka.
"Oke siap!" Kegiatan mereka terus berlanjut, warung kecil itu selalu ramai pengunjung, bahkan dari pihak ojek online juga, sampai akhirnya pelanggan semakin berkurang seiring mereka harus melaksanakan pagi masing-masing entah sekolah, bekerja, dan hal lain.
Laila dan ibunya mulai beres-beres, agar pelanggan berikutnya yang datang merasa nyaman dengan keadaan warung, ketika tiba-tiba ....
Sebuah suara ngeongan mengalihkan perhatian mereka, Laila yang tengah menyapu menatap kakinya yang terasa diusap-usap sesuatu berbulu dan benar saja, seekor kucing jingga ada di sana. Kucing itu kembali mengeong kemudian menatap tepat ke wajah Laila seraya memohon.
"Eh, Oren, kamu dari mana aja? Bentar ya, aku ambilin makan buat kamu." Laila tersenyum, mengusap kepala kucing jingga itu dengan sayang, sebelum akhirnya siap pergi. Ibunya yang memperhatikan itu begitu terharu karena kebaikan sang anak.
Namun, alihan matanya tertuju pada kucing lain, kucing hitam legam yang tiba-tiba melompat naik ke meja dan mengeong menatap sendu ke arahnya.
"Eh? Kok?" Laila menatap ibunya sekilas yang sama-sama bingung. "Oren, ini temen kamu? Baru liat ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY KUCING [Brendon Series - M]
Romance18+ Om-om cogan kalem, murah senyum, ditambah dia penyayang kucing ... damage-nya gak ngotak!