Part 16

1.7K 273 10
                                    

7 Februari 2022

•••

Seorang pria dengan gaya bak musim dingin keluar dari sebuah van, seketika itu juga dia yang serba tertutup jadi pusat perhatian dan tatapan aneh orang-orang. Namun, pria bermasker, mantel, kacamata hitam serta banie itu tak menggubris, ia terus berjalan sementara seorang sekuriti menghampirinya, menghalangi jalannya.

"Pak, maaf, Anda tidak bisa memakirkan mobil Anda di sana," tegur sekuriti itu.

Pria itu menurunkan kacamata hitamnya. "Kalau begitu parkiran mobil saya, suruh sopir saya di dalam!" Ia dengan enteng berkata.

Pria itu melangkah lagi melewati sekuriti yang seketika melongo bingung, ia membiarkan pria tersebut masuk dan menjadi pusat perhatian di lobi yang agak ramai itu, dan matanya menangkap wanita yang berdiri di balik meja resepsionis. Segera, ia menghampirinya.

"Saya ingin bertemu dengan Brendon, Brendon Manggala. Dia di sini kan?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Ah, mmm ...." Resepsionis itu kikuk. "Atas nama siapa dan ada keperluan apa Bapak bertamu dengan Pak Brendon?" tanyanya seramah mungkin.

"Jangan banyak tanya, cepat suruh dia ke bawah sini!" Wanita itu terkesiap karena reaksi galaknya.

Apa pria ini ... berbahaya bagi Pak Brendon? Mereka tak mengenalnya sama sekali terlebih penampilannya yang demikian. Apa harus?

"Se-seku--"

"Argh, timbal nelpon doang!" Pria itu merebut telepon genggam dari resepsionis sebelum ia bisa meneriaki sekuriti, ia benar-benar dibuat membeku karena hal itu dan pria itu mulai mengambil sisi di samping resepsionis tanpa babibu, pun menghubungi nomor tertera sebagai nomor atasan.

Tak lama, telepon pun tersambung.

"Woi, turun lu ke sini, Beebo."

Brendon yang ada di seberang telepon terperanjat, pria di seberang sana dengan nada kasar baru saja memanggilnya dengan nama kecil yang tak pernah ia dengar lagi setelah sekian lama. Matanya membulat sempurna, pun menatap Kimberly yang sama herannya.

"Apa apa, Pak?"

"Kim, tolong jemputkan seseorang di bawah." Brendon menyuruh Kimberly, meski heran Kimberly tanpa babibu pun menurut. "Kimberly akan segera ke sana." Brendon berkata di telepon.

"Baik, Pak." Sepanjang jalan, Kimberly dibuat bertanya-tanya siapa yang ingin Brendon jemput di bawah dengan tergesanya.

Orang penting?

Ayahnya? Tak mungkin, harusnya tak perlu telepon dari resepsionis. Dan saat turun, siap menjemput, Kimberly malah dikejutkan dengan pria ala musim dingin padahal hari normal-normal saja. Namun kalau dilihat, ini seperti penyamaran, siapa sosok di balik ini.

"Mana Brendonnya?" Ia bahkan tak menyebut Brendon dengan embel-embel pak, tak sopan, tetapi ia kelihatan lebih tua.

Kimberly tetap ke mode ramah. "Mari ikut saya, Pak."

Kini pria tak sopan itu mengikuti Kimberly menuju atas, Kimberly berusaha melayani sebaik mungkin takutnya ia siapa Brendon--jika mengadu pada atasannya karena sikapnya buruk pasti Kimberly terkena kartu merah. Tak lama, mereka sampai di ruangan Brendon lagi, dan tanpa disangka ....

"Weh, ni bocah udah gede aja!" Pria itu memeluk Brendon tanpa aba-aba, ia memeluk erat bahkan sampai mengangkat pria itu. "Weh, berat juga, lebih tinggi dari gue lagi."

Sebenarnya dia siapa Brendon?!

"Ka-Kak David?" tanya Brendon akhirnya setelah pelukan terlepas, ia memperhatikan penampilan sosok yang dipanggilnya Kak David itu, berusaha meneliti penampilan tertutupnya sedang Kimberly bertanya-tanya.

DADDY KUCING [Brendon Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang