2 Februari 2022
•••
Saat menerima kabar Brendon akan ke rumah oleh ayahnya, Laila segera memasang badan dengan sigap. Dia juga membuat cemilan, membuat minum terenak, dan tentu saja membersihkan tempat yang nanti akan jadi tempat perbincangan mereka. Ibunya pun membantu cewek itu, dan bergurau.
"Kali aja dia nanti kepincut sama kamu dan Ibu punya mantu Pak Brendon, kan?"
"Ih, Ibu!" Laila merasakan kedua pipinya memerah, memanas. Malu bukan main.
"Udah, santai aja, gak usah terlalu gengges, nanti kehambur nih semuanya kalau salting mulu." Laila hanya bisa merengut dan ibunya menertawakan putri semata wayangnya itu. "Oh ya, kapan dia datang nanti?"
Lalu tak lama, terdengar bunyi mobil melintas di depan. Laila tak menjawab ucapan ibunya dan langsung menengok ke arah jendela.
"Mobil dia, Lai?" tanya sang ibu.
"Iya, tapi ke rumah, keknya ganti bersihin diri dulu." Laila menjawab, ia menoleh ke ibunya. "Orang ganteng ternyata perlu mandi ya, Bu?" Ia nyengir lebar bergurau dengan sang ibu.
"Kada parlu, tetap bungas. Cuma bebau haring." Ibunya mengeluarkan bahasa yang sering mereka bicarakan saat dulu, artinya: enggak perlu, tetap ganteng, cuma badan bau. Begitu kiranya.
Laila hanya tertawa.
Ia lalu terus memantau pergerakan Brendon di rumah seberang sana.
"Lai, udah duduk aja, Sayang. Nanti juga dateng ke sini kok, dibawa santai." Wanita itu menasehati.
"Bu, Pak Brendon ke sini! Siap ke posisi!" Ibunya menghela napas gusar, kayak latihan militer saja mereka. Ia hanya beranjak ke dapur sementara Laila mulai gusar ke sana kemari.
"Oke Laila, tenang, tenang, kalau ngamuk makin bahaya. Kan biasanya Pak Brendon ya ... biasa aja! Santai, santai, huh ...." Laila mengatur napasnya dan kemudian terdengar ketukan di pintu.
"Permisi." Suara Brendon yang dapat ia kenali terdengar, segera Laila membukakan pintu, dan sialnya karena tak mendengar nasihat ibunya dengan baik, Laila gengges, ia berlari untuk membuka pintu, dan saat membuatnya badannya limbung, cewek 20 tahun itu jatuh ke depan dan tepat memeluk Brendon.
Wajah Laila menyentuh bagian bawah dadanya, ia sadari Brendon sangat tinggi dan dia begitu pendek. Namun, rasa dada itu bidang, aroma maskulin khas menyeruak memasuki hidung. Ada detak jantung yang terdengar, detak jantung Brendon terasa lebih cepat, sama cepatnya seperti jantung Laila.
Mereka layaknya kekasih yang lama tak berjumpa, dan kala prianya datang si wanita langsung memeluknya erat. Terlebih, debaran itu. Keduanya merasa canggung.
"La-Laila, kamu gak papa?" tanya Brendon, ia sadar Laila terjatuh, ceroboh memang. Bukan kesengajaan.
Laila segera menarik tubuhnya agar berdiri. "Astaga, maaf, Pak. Saya enggak sengaja. Maaf sekali!"
Brendon menggeleng pelan. "Gak, gak papa." Kemudian, agak canggung.
Brendon tak enak hati saja, karena baru saja dipeluk wanita, ia tak ingat kapan dipeluk wanita selain ibunya beberapa tahun silam sebelum wanita itu meninggal. Sementara Laila, jelas ia malu bukan main, baru saja ia memeluk seorang pria karena dia terlalu heboh.
Huh ... lupakan, ini ketidaksengajaan!
"Maaf ya sekali lagi, Pak." Laila berusaha menetralkan suasana.
"Sudahlah, gak papa. Lain kali hati-hati, Laila." Brendon tampak sudah bisa menetralkan emosinya.
"Mari, Pak, masuk." Laila mempersilakan pria itu, dan Brendon mengangguk seraya masuk rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DADDY KUCING [Brendon Series - M]
Romance18+ Om-om cogan kalem, murah senyum, ditambah dia penyayang kucing ... damage-nya gak ngotak!