Part 33

2.1K 290 26
                                    

24 Februari 2022

•••

Ia buru-buru keluar dari sana menuju anaknya. "Lai, Lai, Lai, itu beneran ... itu beneran atau Bapak salah liat?"

"Oh ... David, Pak?" Ayahnya mengangguk.

"Seriusan itu?!"

"Iya, dia kakaknya Mas Brendon." Dan ayahnya langsung girang, malu tapi mau untuk masuk rumah dan menyapa.

Namun, ada hal yang ia heran. "Eh, Lai, sejak kapan kamu ... manggil Pak Brendon pake Mas?"

Laila terdiam sejenak, ia rada kikuk. "Mm disuruh ayahnya Mas Brendon, Pak." Ia agak malu-malu mengakuinya.

"Wah ... calon besan ya yang ngomong gitu! Ugh, gak nyangka punya calon gitu, ada kakak iparnya gitu, ah mimpi apa Bapak kemarin?" Pria itu sangat girang sementara Laila mendengkus pelan, kedua pipinya merah.

Ia pun sudah menyelesaikan pesanan, siap membawanya, tetapi sang ayah langsung mengambil alih. "Bapak aja, Lai! Bapak aja!"

Laila menghela napas dan menyerahkan itu, ia sadar ayahnya pasti keranjingan untuk menemui sang idola. Ah, Laila baru ingat band Dave adalah salah satu band favorit ayahnya.

Dengan senang hati, pria itu menyerahkan pesanan ke tiga pelanggan mereka itu. Ia terus tersenyum dan dengan malu-malu menatap David.

"Silakan dinikmati, sebentar saya ambilkan minum!" Pria itu dengan antusias mengambilkan minum untuk mereka.

"Kakak terkenal banget, ya," ucap Brendon memuji sang kakak.

"Ya gitulah."

"Keknya ayahnya Laila ... fans berat Kakak." Brendon menebak-nebak.

"Entahlah." Pemuda itu hanya menggedikan bahu dan mulai memakan hidangan di hadapannya. "Gila, ni Laila juga yang bikin? Tangannya ajaib banget dah!"

Brendon hanya tertawa sedang Laila yang mendengarnya dari luar terkejut sejenak, sebelum akhirnya tersenyum sipu malu-malu mendengarnya.

Tak lama, sang ayah datang bersama minuman, ia terlihat bahagia melihat pelanggan mereka puas makan. Ia juga memberikan tisu untuk mereka.

"Mau berangkat kerja, Pak?" tanya Brendon, basa-basi agar ayah Laila punya waktu banyak melihat kakaknya.

"Haah, iya, Pak Brendon." Pria itu berusaha sehormat mungkin pada mereka. "Bentar lagi saya berangkat."

Kemudian, ia memberanikan diri mengatakan sesuatu. "Mm ... Pa-Pak Dave."

"Panggil aja Dave." David meralat, ia paling tidak suka dipanggil bapak, beda dengan ayah ataupun adiknya.

"Ah, iya maaf ... bo-boleh minta fotbar?" tanyanya malu-malu.

"Gue mau makan dulu, gue gak suka diganggu pas makan." Dan seketika nyali ayah Laila menciut.

"Ma-maaf ...."

"Kak, jangan galak gitu," tegur Brendon sedang ayah mereka tampak fokus makan saja, malas mengurus yang lain.

"Bukan galak, gue cuman jujur, kalau mau fotbar abis makan aja." Pemuda itu tetap bersikeras.

Brendon hanya bisa miris seraya menatap dengan tatapan bersalah pada sang calon mertua. "Maaf, ya, Pak."

"Gak, gak masalah, saya yang salah. Permisi." Ayah Laila ngacir ke dalam dan menuju kamar, merutuki betapa konyolnya kelakuannya saat ini, ia takut dibenci sang idola.

Kini Brendon dan keluarganya selesai makan, Laila membereskan apa yang ada di sana, dan Brendon membayar.

"Ayah kamu mana, Lai?" tanya Brendon, ia ingat ada janji kakaknya dan pria itu.

"Ah, di dalam tadi Mas? Bapak saya gak ada keluar. Bentar saya panggilkan!" Laila segera menuju sang ayah yang kini memegang sebuah gitar, Laila menghampirinya. "Pak, dicariin Pak Brendon tuh!"

Ayahnya sigap menoleh, ada keraguan untuk pergi, tetapi akhirnya demi tata krama ia tetap ke depan bersama Laila menghadap mereka bertiga. Brendon ramah, ayahnya agak datar, dan David ... oh ternyata David tersenyum.

"Gue emang gak suka diganggu pas makan, maaf ya, Pak." Ungkapan hangat itu membuat ayah Laila berbunga-bunga.

Kini ia pun selfie bersama David, dan meminta tanda tangannya. Semua yang ada di sana senang melihat itu dan tiba-tiba, David membisiki ayah Laila. Laila dan Brendon terheran dengan apa yang dibicarakan, terlebih mata ayah Laila membulat sempurna dan syok, kemudian sangat kegirangan. Sedang ayah Brendon? Terlihat memahami sesuatu.

"Oh ya, konser minggu depan, kalian dateng ya! Gue undang secara VIP!"

"Sungguh, Dave? Terima kasih banyak!" Ayah Laila sangat gembira mendengarnya sementara Brendon dan Laila masih saja terheran.

Ayah Brendon lalu menepuk bahu ayah Laila, sebelum akhirnya mereka keluar dari sana.

"Ngomongin apa tadi sih, Pak?" tanya Laila bingung.

"Cuman konser VIP aja, tu kan udah dikasih tahu." Entah kenapa, Laila tak percaya.

Sedang Brendon, ia menatap keduanya bergantian.

"Kalian sekongkol lakuin sesuatu?" Ia yakin ini berhubungan dengan ia dan Laila tadi.

"Papah gak tahu apa-apa." Ayahnya cuek menggedikan bahu.

"Lah kan udah dikasih tahu, kalian diundanh konser."

Dan seperti Laila, Brendon jelas tak percaya.

Kini mereka pun berpisah, sang kakak pergi kembali mengurus konsernya, ayahnya pulang ke rumah, dan Brendon bekerja seperti biasa. Meski ada hal yang tidak biasa, yaitu berserinya hatinya mengetahui keluarganya sudah berbaikan, dan hubungan cintanya lumayan memuaskan. Brendon masih perlu PDKT tapi ia yakin tak akan lama.

Kimberly sendiri menjadi sekretaris yang profesional tanpa merasa harus menggaet atasannya lagi, bisa dikatakan Kimberly menyerah saat ini.

Lingkungan kerja, lingkungan rumah, semuanya terasa ... melegakan mengetahui apa yang telah terjadi.

Dan juga, lingkungan cintanya ....

Selama ini, Brendon terus berusaha PDKT dengan Laila, ia tak pernah mendustakan perasaannya. Jika ada waktu dan luang, serta kesempatan, terkadang Brendon memberikan Laila jemputan, entah kala ke pasar, ke kampus, atau ke beberapa tempat sederhana lain.

Kadang mereka jalan-jalan berdua, Brendon akan mentraktir Laila di jajanan sederhana seperti layaknya pasangan.

Segala perhatian dan ketulusan Brendon curahkan, tanpa ragu lagi, dan ia merasa Laila merasakan hal yang sama sepertinya. Laila memang merasa bahagia bersama Brendon, diperlakukan layaknya tuan putri, dan favoritnya adalah ketika mereka memberi makan kucing jalanan berdua bahkan hanya berbekal sepeda. Sebenarnya semua tim pencinta kucing Laila ada juga di sana tetapi mereka berpisah dan Laila ditunjuk bersama Brendon.

Rasanya dunia hanya milik mereka saja.

Semua itu, membuat Laila tak bisa lagi menutupi perasaannya, meski ia khawatir semua ini perhatian sekadar antar tetangga bukan lebih karena Brendon belum menujukan kisah mereka ke jenjang serius. Laila tak mau terlalu PD, tapi ia juga tak ingin sakit hati dan digantung, itu sakit.

Ia khawatir, meski dadanya berharap banyak.

Brendon sendiri sebenarnya ingin mempersiapkan matang hubungan mereka, sungguh. Dan setelah sekian lama, akhirnya ia memantapkan hatinya, Laila ... sudah mencintainya seperti ia mencintai gadis itu. Semua itu terlihat dari gerik, serta sorot yang tampak.

Ya, Brendon siap.

Namun, ia perlu bantuan untuk melakukan sesuatu agar semuanya melekat di ingatan Laila.

"Udah gue tebak, lo pasti bakalan minta bantuan gue buat nembak dia. Gue sih udah nebak makanya gue ngasih tahu ke calon mertua lo." Brendon terkejut akan ungkapan kakaknya kala ia meminta tolong. "Gue bakal bantuin lo pas konser nanti! Lo siap-siap aja, ya."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

DADDY KUCING [Brendon Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang