Part 23

1.6K 266 28
                                    

14 Februari 2022

•••

Akhirnya, semuanya beres! Rasanya mereka berempat puas sudah mampu membuat 20 loyang kue bolu dalam satu hari, tinggal minta seseorang nanti membawakan ke kantor.

"Oh ya Lai, dua loyang buat kamu aja ya, buat temen-temen kampus atau rumah," ujar Brendon.

"Eh? Apa gak kurang Pak?" tanya Laila khawatir.

"Enggak, kok." Brendon tersenyum hangat.

Laila tersenyum, ia menerima saja. "Makasih banyak, ya, Pak."

"Enggak, enggak. Saya yang harusnya makasih, makasih banyak ... Laila." Dan adegan saling tatap menatap terjadi lagi, orang tua Laila diam-diam cekikikan melihat mereka berdua.

Kali ini, getaran itu lebih terasa, tetapi keduanya hanya tersenyum malu-malu setelahnya.

"Saya pulang dulu ya, Laila, Bu, Pak." Pria itu pamit, ia tahu ayah Laila akan segera bekerja hari ini.

"Iya, Pak. Dah ...." Brendon pun pergi, menuju rumahnya dan memulai aktivitas seperti biasa, begitu pula Laila. Namun, ada yang tidak biasa sekarang ....

Brendon dan Laila entah kenapa sama-sama senyam-senyum sendiri memikirkan tentang kebersamaan mereka hari ini, bahkan dalam tidur ada mimpi indah yang membuat rasa di dada terasa aneh ....

Brendon membuka mata, memegang dadanya. "Cinta itu abstrak?" gumamnya pada diri sendiri. Kalau benar yang dirasakannya ini cinta, apa Laila akan membalasnya? Apa dia merasakan hal sama? Atau ini hanya kekaguman saja? Rasanya ada yang berbeda ....

Usia mereka jauh ....

Brendon memejamkan mata, entahlah, ia harus fokus ke misi utamanya dulu dan memastikan keabstrakan itu memang sesuai dugaan. Entah siapa nanti yang akan bersanding dengannya. Meski demikian Brendon sadar, Laila ... sepertinya tipenya, terlebih ia selalu mengingatkan Brendon pada sang ibu yang telah lama tiada. Mengingatkannya tentang betapa sayangnya Brendon pada sosok yang melahirkannya, merawatnya sepenuh hati, dan memberikan kasih sayang di antara peliknya memiliki ayah penggila kekuasaan.

Lalu Brendon teringat, Laila pernah bilang, dia mungkin bisa cocok dengan Kimberly? Usia Kimberly mungkin hampir sama dengan Brendon, tapi Brendon tak tahu, bersama Kimberly memang ia banyak mengagumi profesionalitas wanita itu, namun rasanya beda jika bersama Laila. Untuk kali pertama, pria itu merasa keabstrakan perasaannya benar-benar menyebalkan.

Ah, sudahlah, fokus ke misi utama!

Hari ini, Brendon hanya ingin mengadakan pesta kecil-kecilan untuk para karyawan, memberikan bolu terenak secara gratis karena Jumat kemarin ia menjadi pria menyebalkan--cuek dan dingin pada semua orang yang tidak bersalah karena menyalahkan dirinya sendiri. Laila dan ibunya tampak ikut membantu memindahkan kue bolu ke mobil, diwadahi khusus agar tak gampang rusak, isinya sudah dipotong sama besar serta dibungkus rapi, Brendon tersenyum melihat mereka berdua.

Dan matanya terpaku pada Laila, gadis itu memang memiliki pesona, sederhana dan mandiri.

"Udah semua, Pak," kata Laila akhirnya, sedikit merapikan letak kotak kue.

"Dua sama kamu kan?" Laila mengangguk. "Kalau gitu makasih, ya, Laila, Bu."

"Sama-sama, Nak Brendon." Ibunda Laila menjawab hangat.

Dan lagi-lagi, pandangan mata Brendon serta Laila terpaku satu sama lain. Ibunya hanya terkikik geli melihat kefokusan itu seperti masuk ke dunia mereka sendiri.

Sampai, suara orang ingin beli mengagetkan Laila dan Brendon. "Ah, iya sebentar." Ibunda Laila segera menuju ke pembeli.

Laila tersadar dari lamunannya tersenyum malu-malu. "Sama-sama, Pak. Hati-hati di jalan."

DADDY KUCING [Brendon Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang