Part 25

1.6K 288 30
                                    

17 Februari 2022


•••

"Entahlah, sepertinya." Brendon memegang dada, apa benar demikian? Jika benar, apa ini perasaan yang diterima?

"Sama siapa, Pak?" tanya Kimberly, memasang tampang penasaran meski ia yakin itu pasti dirinya.

Brendon tersenyum kecut, ia menatap Kimberly. "Saya merasakan semua hal yang kamu sebutin sama seseorang, tapi seseorang itu sepertinya enggak merasa hal sama, entahlah saya gak tahu perasaannya."

Kimberly girang, utarakan saja Brendon, Kimberly pun hanya pura-pura terkesan jual mahal. Ia pasti akan menerima Brendon, sepenuh hatinya.

"Tapi kami sering bersama sih, dan kalau dilihat mungkin ada kesempatan buat saya, tapi mungkin aja saya harus berusaha lebih keras. Menurut kamu apa saya harus berusaha lebih keras untuk memastikan keraguan saya?"

Oh, menyenangkan juga kalau diperjuangkan.

"Jika Bapak ngerasa demikian, mungkin saja." Kimberly bahagia sekali, meski tak ditembak, setidaknya ia tahu Brendon akan memperjuangkannya.

Brendon tersenyum, semoga saja usahanya berhasil, pelan-pelan saja terlebih ia masih harus fokus ke misi utamanya dengan perusahaan ini.

"Umur kami juga agak beda jauh, dan dia masih harus fokus ke masa depan, sepertinya ... memang seharusnya diperjuangkan ya?" Dan Kimberly terheran, umur mereka sama ... apa Brendon bukan jatuh cinta padanya?!

Seketika, wajah Kimberly kecewa bukan main, ia rasa ... cewek kuliahan anak sekuriti itu yang mendapatkan hati Brendon. Namun dari ungkapan Brendon, mereka masih belum ada hubungan apa pun, kan? Tampaknya metode jual mahal Kimberly saat ini salah ... ia harus lebih perhatian pada Brendon.

Ya, harus.

Saat ini, ia harus suportif saja. "Iya, jatuh cinta harus ada perjuangan." Kimberly berkata yang mana itu ungkapan untuk dirinya sendiri.

"Yah, saya harus fokus kerja juga dulu." Brendon tersenyum hangat dan Kimberly balik tersenyum.

Saatnya Kimberly memulai aksi menarik hati Brendon dengan perhatian lebihnya. Ia bekerja sebaik mungkin, melayani Brendon layaknya asisten pribadi, berharap pria itu memberikan perhatian yang sama. Ya, Brendon memang perhatian, tetapi mata pria itu terasa ... bukan untuknya.

Kimberly tak akan menyerah begitu saja, ini baru satu hari!

Setelah jam kerja selesai, kini saatnya pulang, Brendon pamit dengan rasa bahagia karena lega karyawan dan karyawatinya memaafkan sikapnya kemarin, termasuk kepada Kimberly, rasanya banyak beban terangkat hari ini mulai pengutaraan beban yang ditanggungnya selama ini pada ayahnya, dan soal teka-teki perasaannya. Brendon memang masih agak memikirkan reaksi ayahnya, pria itu penuh misteri, tetapi itu semua bisa ia kesampingkan sekarang.

Kini, pria itu pulang, ia berjalan bersama Kimberly menuju parkiran dan berpisah kala masuk mobil masing-masing. Pun setelahnya mereka mulai menjalankan mobil menuju rumah dengan kecepatan santai. Tak lama, Brendon pun sampai di rumahnya, tetapi ia terkejut karena ada mobil terparkir di halaman rumahnya.

Bukan hanya itu, terlebih ia mengenali siapa pemilik mobil ini, hingga segera Brendon memasuki rumahnya yang benar saja tidak dikunci. Tak mungkin ada orang yang bisa melakukan itu, terkecuali ....

"Kamu sudah pulang?" Brendon mendongak, ia menemukan seorang pria tua berpakaian santai berdiri di hadapannya, tak jauh, Brendon semakin terkejut dibuatnya.

DADDY KUCING [Brendon Series - M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang