30

41 3 0
                                    

Ps : 'Baca dengan jarak aman dan kondisi terbaik'

Happy Reading'

Ellena terbangun dari tidurnya. Ternyata sudah jam 7 malam,dia belum mengabari bunda nya. Setelah mengirim pesan kepada Zayn,Ellena mencari Alastair. Sepi sekali markas ini,pikirnya.

Ellena menyusuri dapur sampai ke halaman belakang,dia tidak menemukan Alastair. Ingin menembak,tapi sudah larut. Jadi dia naik ke lantai 2,mencari Alastair dikamar nomor satu juga tidak ada.

Lalu tepat dipintu kamar nomor dua,sebelum masuk dia ketuk pintu dulu. Ellena mendengar suara 'Masuk' lalu dia masuk ke kamar gelap,tanpa cahaya lampu pun,hanya ada penerangan dari bulan karena pintu balkon yang Alastair buka,dia disana,menyanggahkan satu tangannya ke pagar balkon kamarnya dan satu tangannya lagi dia gunakan untuk mengapit putung rokok. Masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana jins panjang. Rambut berantakan tanda dia sedang stress. Ellena mendekati Alastair,ikut menyanggahkan tangannya ke pagar balkon kamar laki laki itu. Menatap bulan,fokus sekali.

Keduanya masih terpaku pada keindahan bulan,dinginnya angin lebih dingin aura Alastair dan Ellena.

"Masuk gih,dingin disini Zhoey". Alastair membuang putung rokok yang sebelumnya dia matikan. Menatap siluet Ellena dari samping. Tersenyum manis.

"Lo yang harusnya masuk,bisa sakit kalau lo terusan disini". Jawab Ellena masih fokus kepada bulan dilangit.

"Lo perhatian sama gue ternyata ya,takut gue sakit?" kata Alastair lalu dia masuk ke kamar,memakai bajunya dan kembali lagi ke balkon dengan membawa selimut untuk memberi kehangatan gadis yang dia sayang itu.

Ellena hanya bergeming,dia sekarang menatap Alastair. Menghembuskan nafas pelan lalu tangan nya terulur untuk membelai wajah Alastair. Tangan dingin Ellena menyentuh wajah dingin Alastair.

Alastair menikmatinya dan Ellena menarik kepala laki laki itu untuk ditenggelamkan ke bahunya. Memeluk Alastair dan mengusap tenguk bertatto matahari itu dengan lembut. Alastair membalas pelukan Ellena dan dia mencengkeram kuat baju gadis itu. Alastair merasa melankolis,dia menggertakan kuat giginya dan menutup matanya. Ellena tersenyum kecil,masih terus mengusap tenguk laki laki itu.

"Zhoey,gue kangen mom sama dad". Rahang Alastair mengeras.

"Gue juga kangen Tuhan gue". Pertahanannya roboh di depan gadis itu. Alastair tidak menangis,hanya saja saat ini dia benar benar rapuh.

"Gue gak tau salah gue ke mom,dad sama Tuhan.". Lagi lagi Alastair membuka suaranya. Kali ini suaranya bergetar. Sesak sekali sungguh. Ini yang dia rasakan,bagaimana dengan perasaan lembut kakaknya?.

Ellena melepas pelukan mereka. Melepas selimut yang sangat membatasi ruang geraknya. Ellena menyugar rambut laki laki didepannya. Alastair menunduk dalam.

"Kehidupan lo nggak akan serumit ini jika lo masih memiliki keyakinan." Ellena mengatakan itu sambil memegang kalung salib terbalik milik laki laki itu.

"Ini yang lo percaya. Ngebuat lo hidup dan ngebuat lo ada didunia yang kejam ini". Ellena mengelus bandul kalung itu,lalu dia melanjutkan kalimatnya,

"Tapi dia yang lo yakini ini bakal ngasih lo petunjuk Alastair Maximillan". Ellena menatap dalam Alastair yang juga tengah menatapnya.

"Gue gak percaya sama Tuhan,tapi gak menutup kemungkinan buat gue kembali percaya sama dia lagi setelah gue berada ditengah tengah keluarga Bunda Arumi.". Dia mengusap pelan alis Alastair.

"Lo hanya tinggal nemuin pembimbing langkah lo,jangan stuck ditempat dan coba buat nyari kembali keyakinan lo". Kali ini Ellena mengelus dada kiri Alastair,"Temukan itu disini dan jangan coba untuk lari dari keyakinan lo". Ellena baru mengatakan kalimat panjang kepada orang asing ini. Yang bahkan kata kata motivasi itu tak pernah dia katakan untuk dirinya sendiri.

ALASTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang