12.

528 69 8
                                    

Cerita cinta tak semestinya harus bahagia, dimana harus ada luka, sakit hati atau ditinggalkan menjadi suatu yang biasa dalam hubungan. Namun tidak bagi pria paruh baya ini, Jung Yoojeon. Kehilangan orang yang paling ia cintai dalam hidupnya, merasa dunia dan Tuhan terlalu kejam untuk takdirnya. Wanita yang ia kasihi sepanjang hidupnya pergi terlalu cepat.

Jung Yoojeon masih memandang foto yang ia beri figura besar terpampang indah didinding kamarnya. Wanita yang selalu membuatnya jatuh hati setiap melihat manik indah itu. Senyumnya yang cerah, yang mampu menerangi hati gelap guling miliknya. Duduk di kursi santainya yang menghadap figura besar, sambil mengesap cerutu buatan Amerika ditangannya. Sesekali ia menghela nafasnya, berbicara sendiri Seakan-akan ia sedang berbicara pada sosok yang ada di foto itu.

"Aku melakukan kesalahan, lagi. Entah pengakuan ku ini akan membuat mu bersedih atau tidak, hanya saja aku sangat marah."

"Aku tidak dapat mengkontrol emosi ku, yang aku ingat hanya dia yang menyebabkan kau pergi, Jung Hyeri. Aku tidak salahkan jika aku menyakitinya? Seperti ia menyakitimu malam itu."

Jung Yoojeon kembali mengesap cerutunya yang hampir tandas, lalu meraih gelas yang ber-isikan wine dengan kadar alkohol 70%.

"Yaah, aku menyiksanya tanpa ampun. Aku bisa memuaskan hasrat ku hanya dengan cara itu. Aku puas, Hyeri-a... malah aku ingin sekali membunuhnya sekaligus!!!"

Praaanng

Gelas crystal yang tadinya berisi wine itu pecah. Pecahan kaca itu sekarang berserakan disekitarnya, tak peduli akan terkena kakinya yang nantinya akan terluka. Mata tajam itu kembali menatap foto yang ada difigura besar itu, seakan marah karena takdir yang melekat padanya. Tidak menerima sama sekali akan kematian sang istri tercinta, maka ia lampiaskan semuanya pada anak kandung nya sendiri. Namun niat ingin menghabisi anaknya sendiri itu kandas karena setiap ia menyiksanya, bayang-bayang mendiang istrinya itu pun muncul.

Tak dipungkiri olehnya, wajah dari sang anak sangat mirip dengan mendiang istrinya. Untuk itu mengapa ia masih mau membesarkannya, dan tak lain adalah rasa sayang dan benci itu menjadi satu.

"Kenapa... kenapa kau pergi terlalu cepat, Hyeri-a... Kenapa kau lebih memilih untuk pergi dan mempertahankan anak itu? Karena anak sialan itu hidupku jadi hancur!!!! Argggh!!!!" Kata Jung Yoojeon sambil menarik rambutnya yang terbebas. Depresi karena ditinggal sang istri itu masih kuat, bisa dibilang ia bertahan karena terpaksa.

Hingga akhirnya Jung Yoojeon itu sendiri kembali tenang, dan duduk dikursi kebesarannya. Menarik nafas agar ia bisa mengontrol emosinya sendiri. Tak baik bagi jantungnya jika berlama-lama ia terus emosi.

Tak lama, bunyi ketukan pintu dari ruang kantornya. Siapa lagi yang tidak bukan adalah asisten rumah tangga yang bekerja dirumahnya. Maka mau tidak mau Jung Yoojeon menyuruhnya masuk.

"Ada apa?" Tanya tuan Jung datar.

"Mmm... t-tuan Hoseok sudah 3 hari belum pulang, tuan Jung. Saya sangat khawatir, tuan Hoseok tidak ada kabar. Ponselnya pun juga tidak aktif.   S-saya mohon tuan, tolong cari tuan Hoseok. Dia masih harus sekolah... sebentar lagi akan ujian kelulusan... saya mohon tuan Jung Yoojeon.."

Ia baru menyadari bahwa memang sudah 3 hari dari kejadian itu Hoseok tidak pulang kerumah. Tidak biasanya batin dari pada Jung Yoojeon itu sendiri.

"Nanti juga dia akan pulang sendiri. Tidak perlu dikhawatirkan, lagipula dia sudah besar. Jangan terlalu memanjakannya!"

"Bagaimana saya tidak memanjakannya, Tuan. Anda sebagai ayah kandungnya saja tidak pernah memberikan kasih sayang padanya. Harus kepada siapa lagi tuan Hoseok meminta kasih sayang setelah mendiang nyonya Jung meninggal?" Jawab Bibi Kang selaku yang mengurus Hoseok dari kecil. Dan Hoseok pun menganggap Bibi Kang itu sendiri adalah pengganti ibunya semenjak tiada.

O N L Y (VHOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang