24.

345 26 7
                                    

Tidak....

Hoseok ingin menutup semua kenyataan nya. Hoseok ingin menutup mata dan telinganya sekali lagi. Peristiwa yang tak pernah ia inginkan ini terjadi pada akhirnya.

Hoseok ingin egois...

Untuk kali ini saja...

"Hyung..."

Kini airmata nya kembali berjatuhan. Memikirkan kenyataan yang ada bahwa orang yang menetap dihatinya itu sudah ada terikat dengan wanita lain.

Hoseok tahu semuanya.

Jimin pun sudah memperingatkan dirinya. Tapi, sekali lagi...

Hoseok ingin egois...

"A-aku... aku..."

Disisi lain, Hoseok merasa sangat malu dihadapan Jungkook. Apa yang sedang ia pikirkan, sampai-sampai melakukan hal bodoh sedemikian rupa.

Mencintai milik orang lain.

"Kau tidak mengetahui apapun tentang Tae Hyung, Hoseok-ah?" Tanya Jungkook. Memastikan lagi kepada Hoseok, bahwa dia tidak mengetahui apapun tentang seseorang yang tinggal bersamanya itu.

Dan Jungkook melihat keraguan pada Hoseok.

"T-tidak... Hyung..."

"Apa kau yakin? Kau benar-benar tidak mengetahui apapun?"

Hoseok terdiam. Kini ia kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang terus menerus diulang.

Tangan Hoseok kini mulai bergetar,dan itu tak luput dari penglihatan Jungkook.

Jungkook paham. Sangat paham semua tentang Hoseok. Dan Jungkook pun yakin, ada hal yg disembunyikan darinya.

Lalu Jungkook mengambil langkah perlahan untuk meraih tangan yang pernah ia genggam sebelumnya. Tangan favoritnya, yang selalu ia genggam dan enggan ia lepaskan.

"Hoseok-ah..." Panggil Jungkook namun dengan nada lembut. Seperti dulu ia memanggil nama itu.

Hoseok yang merasa dirinya terpanggil, kini mengangkat dari tunduknya. Melihat Jungkook miliknya yang dulu.

Hoseok menyiratkan matanya, mengatakan sesuatu yang entah apa namun Jungkook mengerti.

Hoseok ketakutan.

Jungkook berusaha menahan dirinya sendiri untuk tidak memeluk Hoseok dirumah Taehyung. Ia pun butuh kejelasan yang konkrit untuk memastikan semuanya.

Tangannya kekarnya yang penuh darah terulur untuk meraih tangan orang yang sangat ia cintai. Hoseok pun tidak menolak, lagi-lagi Jungkook memberanikan diri agar lebih dekat dengan Hoseok.

Kini Hoseok sudah ada di hadapannya, sangat dekat. Jungkook merinci semua wajah milik Hoseok yang sedikit lebih berisi. Jungkook tidak peduli, malah lebih baik.

"Hoseok-ah..."

"Hiks...H-hyung... a-aku...hiks ..."

"Kemari, lihat mataku. Jawab aku dengan jujur, Hoseok-ah..."

Bohong jika Hoseok tidak terbuai. Bohong jika Hoseok tidak rindu pada sosok yang dihadapannya sekarang. Bohong jika Hoseok tidak Ingin memeluknya.

Tapi Hoseok masih dengan ego nya...

"Huufftt.... dengar, kau tahu alasanku menyukai dirimu dulu?Ya, aku menyukaimu karena kau pintar. Cerdas dan ceria. Kau penuh dengan perhatian dan sangat baik walaupun orang itu sangat jahat kepada mu. Lalu hatiku berkata kau adalah orang yang tepat. Aku bahkan menyesali keputusan sepihak ku waktu itu. Harusnya aku tidak percaya kepada orangtua ku begitu saja. Aku memilih jalan itu karena aku ingin kau aman, Hoseok-ah. Tidak untuk yang lain. Aku mengejar sekolah ku dan aku mengambil jalur prestasi agar aku bisa lulus lebih cepat. Hanya karena dirimu. Yang aku pikir setelah aku pergi kau akan mendapatkan hidup lebih baik, namun nyatanya sama saja.
Maaf jika aku sangat membenci ayahmu, Hoseok-ah. Sangat membencinya. Ayahmu yang selalu menyalahkan mu atas kematian ibu mu sendiri. Itu tidak adil untukmu. Aku marah, aku sangat ingin menghajarnya. Tapi, kau menyuruhku untuk tidak melakukannya.
Kenapa...
Kenapa kau yang begitu baik, diperlakukan sangat buruk oleh orang lain. Termasuk diriku ini.
Dan stelah aku pulang, aku mengikutimu dari kejauhan. Aku ingin mengetahui bagaimana hidupmu sekarang.
Dan apa yang aku dapatkan?
Aku melihatmu disini. Dirumah seseorang yang akan-"






"Cukup, Min Jungkook!"









"T-tae Hyung..."

.

.

.

.

.

.

"Sudah puas?"

Kini Yoongi sudah berdiri tegak di depan sang ayah yang tengah duduk di sofa ruang keluarga Min. Sejujurnya Yoongi pun sudah muak dengan semua tindakan ayahnya yang begitu seenaknya mengatur kehidupan Yoongi dan Jungkook.

Setelah ia meredam tangis sang ibu, Yoongi kembali keluar dari kamar untuk menemui ayahnya.

"Apakah ibumu sudah tenang?"

"Sudah."

"Bagus. Biarkan dia beristirahat. Dan kau cepatlah kembali ke perusahaan, akan ada rapat direksi tentang kerjasama dengan perusahaan Kim Corp."

Yoongi memejamkan matanya untuk menahan emosi yang hampir mencapai puncaknya. Selama ini Yoongi selalu menuruti perkataan orangtuanya, terutama sang ayah Min Sang Yoon. Untuk menjadi penerus sang ayah adalah bukan dari inginnya. Yoongi sangat mencintai musik. Dari kecil ia sangat menyukai piano dan mulai belajar menulis lagu sendiri secara diam-diam.

Yoongi termasuk anak yang cukup dingin. Ia dikenal sebagai tsundere dikalangan teman-temanya.

Yah, dia termasuk orang to the point dan bermulut tajam. Disamping itu, jika mengenalnya lebih jauh Yoongi sangatlah baik dan perhatian.

Buktinya saja Taehyung bisa akrab dengan Yoongi. Padahal Taehyung hanya sekedar adik tingkatnya.
Mereka mulai kenal saat kuliah di Amerika. Dan mulai saat itulah Yoongi mengenalkan adiknya Jungkook saat liburan musim dingin.

"Mau sampai kapan kau seperti ini, ayah? Tidak kah kau puas dengan semua hasil perbuatanmu kepada Jungkook?"

Min Sang Yoon melirik tajam ke arah anak sulungnya itu. "Apa maksudmu?"

"Jangan berpura-pura bodoh, Ayah. Tidak kah kau seharusnya malu dengan kelakuanmu? Apa kau sama sekali tidak merasa iba sedikitpun dengan Jungkook? Cukup. Cukup aku saja yang menjadi korban ambisi mu. Tidak kah kau puas dengan apa yang sudah aku capai saat ini? Itu semua adalah ambisi mu. Aku sudah mengorbankan apa yang ku cita-citakan hanya demi ambisi bodoh mu itu."

"Jaga mulutmu saat bicara padaku, Min Yoon Gi."

"TAPI ITU KENYATAAN!!!"

Yoon Gi yang secara sudah muak dengan sifat ayahnya. Dari sekolah menengah pertama Yoon Gi sangat menyukai musik, dan gelar memainkan piano dan gitar. Ia pun sering mengikuti kompetisi antar sekolah, dan itu tanpa sepengetahuan ayahnya.

Dan suatu hari ayahnya mengetahui kalau Yoon Gi akan mengikuti kompetisi piano, dan akhirnya Yoon Gi tidak diperbolehkan untuk mengikuti hal yang sangat ia cintai. Ia dikurung dan batal ikut kompetisi.

Dimulai dari situlah kekecewaan Yoon Gi dengan orangtuanya. Khususnya pada sang ayah.

Dan kini, ia memberanikan diri berteriak didepan ayahnya. Selama ini dia selalu diam dan mengikuti kata dari sang ayah, walaupun hati tidak sejalan.

"Aku pikir kau akan berubah, tapi malah semakin memburuk." Kata Yoon Gi. "Aku... Sangat kecewa padamu."

Setelah berbicara seperti itu, Yoon Gi langsung pergi meninggalkan rumah. Dan untuk sementara tinggal di apartemen pribadi miliknya untuk memenangkan diri.

.

.

.

.

.

.

O N L Y (VHOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang