"Hoseok-ah..."
"Aku mencintaimu."
"Aku akan menjadi pelindung mu. Jika ada yang berbuat jahat, aku yang akan menghadapinya."
"Hoseok-ah..."
"Kita sudahi saja hubungan ini. Maaf..."
.
.
.
.
.
.Malam dingin yang sepi, temaram lampu jalan sebagai penerang sementara. Angin malam bersembunyi sunyi tak bertuan, menjadi cambuk kenangan pahit bagi hati orang yang telah terluka.
Jungkook,
Mata elang yang masih menatap jendela kamar, yang bahkan tak asing untuknya. Kamar yang pernah ia singgahi dan mengucap janji pada si pemilik. Pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam hatinya, "Kau sedang apa?", " Apakah Kau baik selama ini?", atau " Apakah Kau merindukan ku?".
Jungkook terkekeh, mana mungkin si pemilik kamar itu merindukan orang yang mencampakannya. Jungkook menjilat bibirnya yang kering, lalu terkekeh lagi dan...
Ia menangis...
Jungkook menangisi orang yang ia sendiri sakiti hatinya. Rasa penyesalan dan masih cinta, berperang sampai dadanya terasa amat sakit.
Jungkook yang telah berjanji, ia juga yang mengingkari janjinya sendiri. Sampai saat ini, walaupun 3 tahun sudah ia jalani tak ada sedikit pun hilang penyesalan itu. 3 tahun diluar negeri, Jungkook yang tadinya ramah senyum, terbuka untuk berteman dengan siapapun, menjadi seorang introvert. Sulit untuk berdekatan dengannya, berbicara pun seperlunya.
Pada saat itu Jungkook hanya ingin lulus kuliah secepatnya dan kembali pulang. Pulang untuk seseorang yang telah merebut seluruh hatinya, Jung Hoseok.
Ia menyeka airmatanya yang menetes deras tadi. Suatu keputusan yang ia sesali mungkin seumur hidupnya, lalu Jungkook melirik lagi jendela kamar yang ia pantau sejak 3 jam yang lalu. Dan Jungkook mengejap, tiba-tiba lampu kamar Hoseok menyala terang.
Pukul 02.00 KST
Apa Jungkook salah lihat pada jam tangannya? Hoseok tidak pernah tidur selarut ini. Hoseok nya sangatlah teratur, tidak suka begadang. Ada apa?
Sekejap Jungkook melebarkan matanya, Hoseok nya membuka jendela kamar. Akhirnya Jungkook dapat melihat Hoseok nya. Memakai piyama biru langit yang selalu pas dituduh ditubuhnya, dan...
Itu piyama yang pernah Jungkook berikan.
Hampir tidak percaya, Jungkook mempertajam penglihatannya. Benar, ia kenal dengan piyama biru langit motif matahari dan awan itu. Namun tak lama alis Jungkook menyatu, ia melihat sesuatu yang ganjal pada Hoseok nya.
Lebam biru yang hampir menghitam menghiasi wajah cantik Hoseok.
"Itu pasti kelakuan ayahnya!!"
Jungkook geram, tangannya yang diatas pintu kaca mobilnya mengepal keras. Terlihat urat-urat tangannya yang menonjol, Jungkook menahan amarahnya. Tak berubah ternyata tabiat dari ayahnya Hoseok yang ia tahu sering menyiksa sampai lupa diri.
Ingat ketika ia sepulang dari latihan Basket dengan teman kampusnya, Jimin tergopoh-gopoh berlari menghampirinya di aula kampus tempat ia kuliah, mengatakan bahwa Hoseok kritis karena dipukuli ayahnya habis-habisan.
Jungkook yang pada saat itu akhirnya memberanikan diri untuk menemui ayah sang kekasih. Perasaannya teramat sangat sakit melihat kekasihnya diperlakukan bag anak terima oleh orangtuanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
O N L Y (VHOPE)
Fanfiction"Aku hanya ingin menjadi alasan dalam senyum mu. Walau kenyataannya aku hanya debu yang kau biarkan hilang bersama angin." - Kim Taehyung "Karena engkau yang menjadi alasanku untuk tersenyum. Namun aku tidak bisa menerima bila kau menyakiti hati ya...