4.

668 85 6
                                    

"Hei, Jung Hoseok!!!!" Panggil seseorang dengan suara melengkingnya.

Hoseok yang baru saja datang ke kelas,  langsung duduk ditempatnya. Pria mungil yang berteriak tadi seketika duduk di sampingnya. Pria itu adalah Park Jimin. Bisa dibilang teman sekaligus sahabat satu-satunya yang Hoseok punya. Hoseok memang agak malas datang ke sekolah hari ini, tetapi karena masih ada ayahnya dirumah ia enggan berlama-lama dirumah. Walaupun tadi pagi mereka sarapan bersama, namun tak ada obrolan diantaranya.

"Yakk!!! Kau kemana semalam,Hah??? Aku panik saat Bibi Kang menelpon ku. Cepat jawab! Kau pergi kemana??? Dan- "

Jimin melihat wajah Hoseok aneh. Ia mengulurkan tangannya, menyadari bahwa pipi Hoseok terdapat Luka bakar.

"Aawwww... hentikan."

"Luka apa lagi yang kau dapat? Ayah mu? Lagi??" Tanya Jimin.

Namun Hoseok tak kunjung menjawab pertanyaan yang ia berikan. Hoseok tetap melakukan kegiatan membaca buku pelajaran yang akan dipelajari hari ini. Bukan Park Jimin kalau menyerah, ia menarik buku yang dibaca temannya itu. Memaksa Hoseok untuk melihatnya.

"Ini bukan apa-apa. Hanya Luka kecil. Jadi jangan membesar-besarkan." Jawab Hoseok datar.

"Bukan apa-apa katamu? Iya, kau masih  bisa menutupi semua luka yang ada di tubuhmu dari semua orang, Jung Hoseok. Tapi tidak dengan ku." Jimin geram. Ia tahu semuanya tentang Hoseok, sampai Hoseok yang pernah kritis dan hampir mati. Kalau saja dulu Jimin terlambat, entah apa yang terjadi pada Hoseok sekarang. Sebab itu, Jimin sangat marah bila Hoseok mendapatkan luka baru di tubuhnya. Dan jawabannya pun tepat, ayahnya Hoseok.

"Sudah lah. Aku lelah, Jim. Aku ingin istirahat."

"Menginaplah dirumah ku. Nanti aku akan mengabari Bibi Kang bahwa kau akan bermalam dirumahku."

Hoseok memijit pelipisnya. Sakit kepala nya yang tiba-tiba menyerang karena kurangnya tidur. Semalam Hoseok menangis sampai menjelang subuh, lalu paginya berangkat sekolah. Walaupun diantar supir pribadinya, namun Hoseok tak bisa istirahat sedikitpun selama perjalanan. Ditambah lagi ia harus menghadapi sahabatnya yang cerewet, keingintahuan yang tinggi, namun Hoseok sangat menyayanginya.

"Terserah kamu saja. Menolak pun kamu juga akan memaksa, bukan? Tapi... Aku ingin mengunjungi ibuku dulu."

"Okey..."Jawab Jimin ceria, dan Hoseok pun tersenyum. Tak ada yang tak bisa tersenyum saat melihat tawa seorang Park Jimin. Hoseok beruntung.

"Baiklah, Anak-anak. Segera kembali ke kursi kalian masing-masing. Karena pelajaran akan segera di mulai."

Suara dari guru Choi menginterupsi semua siswa yang ada dikelas, termasuk Jimin dan Hoseok. Jimin yang kembali ke kursi belajarnya yang berada dua kursi dibelakang Hoseok.

Hoseok yang menoleh ke arah belakang, melihat Jimin yang tersenyum. Perlahan Jimin membuka bibirnya, mengatakan sesuatu yang lirih namun Hoseok mengerti.

"I will stay with you."

Dan senyum Hoseok mengembang seperti bunga Sakura yang bersemi.

♤♤♤♤♤


"Soo Yeon-ssi, bisakah kau buatkan aku segelas cokelat hangat?"

"Oh tentu, Pak. Setelah ini akan Saya buatkan."

"Terima kasih. Dan beritahu pada Pak Han untuk merevisi proposalnya." Lanjutnya. Sang sekertaris mengangguk.

"Baik, Pak."

O N L Y (VHOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang