Saat ini Eron tengah melakukan sesi wawancara untuk calon tutor anaknya, berbekal rekomendasi dari adiknya dia mengiyakan permintaan Felix. Dia baru mengetahui saat melihat CV gadis didepannya ini ternyata adalah salah satu mahasiswanya, pantas saja sekali melihatnya tadi dia merasa wajah tersebut familiar di pikirannya.
Sambil melihat berkas yang di bawa oleh Zelina ia menanyakan beberapa pertanyaan.
"Sebelumnya pernah jadi tutor?" Tanya Eron
Zelina menggigit bibir bawahnya dia sudah menduga bahwa pertanyaan seperti ini akan dilontarkan kepadanya.
"Belum pak."
"Kalau dilihat dari CV kamu sama sekali belum memiliki pengalaman kerja, betul?"
"I-iya pak betul." Jawab Zelina semakin gugup
"Lalu apa alasan kamu melamar jadi tutor?"
"Emmm.... saya sangat butuh pekerjaan untuk menghasilkan uang saat ini pak."
Eron memahami maksud gadis di depannya ini, dia dulunya pernah merasakan hal yang sama saat ia menjadi mahasiswa. Mencari uang tambahan adalah salah satu cara yang dia dulu pernah lakukan untuk menambah pemasukan saat berada jauh dari kampung halamannya.
"Okee, tapi saya tidak mencari tutor yang akan bekerja sementara, saya mencari tutor yang dapat bekerja sangat lama di sini. Apa kamu bersedia jika misalnya kamu diterima?" Jelas Eron.
Dengan mantap Zelina mengangguk menyetujui nya. "Saya bersedia Pak, saya akan melakukan yang terbaik jika saya di terima bekerja di sini."
Zelina tak punya waktu lagi untuk menolak pekerjaan yang sudah di depan matanya ini. Tidak tahu sampai kapan dia dan ayahnya akan berbaikan nanti dan saat ini Zelina sangat membutuhkan pekerjaan untuk membiayai kebutuhan disini.
"Baiklah nanti saya akan kabari kamu untuk kelanjutannya"
"Baik pak terimakasih banyak, kalau begitu saya pamit dulu." Jawab Zelina lantas berdiri dari duduknya.
"Tunggu dulu." Cegat Eron saat Zelina berjalan ke arah pintu.
"Iyaa pak?"
"Kamu besok ada kelas?" Tanya Eron
Zelina yang ditanya begitu sontak saja bingung apa hubungannya ia ditanya tentang ada kelas atau tidak oleh dosennya ini, tapi ia tetap menjawab. "Ada pak kelas pagi untuk besok, ada apa ya pak?."
"Mungkin nanti saya akan mengabari kelanjutannya besok, kalau begitu kamu boleh pergi." Ucapnya
Zelina menghembuskan nafasnya, semoga saja besok ada kabar baik untuknya.
Dia akhirnya dapat bernapas lega setelah melakukan sesi wawancara tadi. Dia tinggal menunggu hasilnya saja apakah diterima bekerja atau tidak. Sebenarnya jika boleh jujur Zelina sedikit canggung jika ia akan bekerja dan akan tinggal satu atap dengan dosennya jika nantinya diterima, apalagi setiap harinya akan bertemu entah itu di rumah ini atau di kampus.
Tapi dia langsung menghapus pikiran negatif itu, niatnya adalah cari cuan untuk membiayai hidupnya saat ini, jadi dia akan mengesampingkan hal itu.
- - -
Setelah kemarin Zelina melakukan sesi wawancara dengan dosennya sekarang dia yang sedang makan bersama Daniel dan Kinan harus dihadapkan dengan kehadiran Eron yang tiba-tiba berdiri di depan meja mereka.
Sontak saja seluruh mata di ruang kantin ini tertuju pada mereka bertiga.
Dengan sendok yang masih menggantung di mulutnya, Kinan yang berada di samping menyikutnya pelan seakan bertanya kepadanya apa gerangan dosen killer ini menghampiri meja mereka.
"Zelina." Panggil Eron
"I-iyaa pak." Jawabnya masih terkejut dengan kedatangan Eron saat ini.
"Ke ruangan saya sebentar." Titahnya setelah itu melenggang pergi meninggalkan kebingungan di benak mereka semua.
"Whaaat the f**k." Umpat Daniel seketika.
"Lo buat masalah apa Zel." Ucap Kinan dengan raut mukanya yang horor.
"Gilak sih, lo buat masalah apa sampai pak Eron sendiri manggil lo di sini, langsung ke kantin cuk dia." Kata Daniel.
Mata Zelina menyipit memandang kedua temannya itu.
"Heh lo pikir kudu buat masalah dulu biar di panggil Pak Eron." Jawab Zelina mendelik kesal.
Zelina pun berdiri dari tempat duduknya. Sebelum melangkah dia menghembuskan nafasnya terlebih dahulu.
Ia tahu tujuan Eron menyuruhnya untuk datang ke ruangannya tapi apa perlu langsung di depannya seperti tadi, kenapa tidak lewat email atau chat pribadi mungkin, Zelina sampai tidak habis pikir.
"Masuk." Sahut Eron dari dalam ruangannya.
"Ada apa ya pak?" Tanyanya langsung.
"Duduk." Titah Eron yang masih melihat Zelina berdiri kaku di depannya.
"Tujuan saya memanggil kamu adalah ini." Kata Eron sambil menyerahkan lembaran kertas pada Zelina.
"Ini..?" Tanya Zelina menggantung
"Kamu diterima." Jawab Eron singkat
Zelina pun terkejut saat Eron menerimanya ia menatap lembaran tersebut yang ternyata adalah surat kontrak kerja.
"Kamu boleh baca dulu kalau setuju dengan syarat yang ada di kontrak itu kamu bisa tandatangani."
Zelina masih tak percaya bahwa ia diterima kerja saking tidak percayanya ia bahkan menampar pipinya sendiri saat itu juga.
"Kenapa kamu?" Tanya Eron yang kaget saat melihat Zelina menampar dirinya sendiri.
Zelina sontak mendongak menatap mata Eron sambil cengengesan. "Saya pikir tadi cuma mimpi Pak." Ucap Zelina yang kelewat senang.
Eron yang melihatnya pun sontak mengulum senyum di bibirnya tapi saat sadar dia langsung berdehem dan kembali lagi menampilkan wajah datar andalannya dan menatap gadis di depannya yang masih fokus membaca kontrak tersebut dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.
* * *
-T B C-
Hai gess gimana kabar kalian, semoga selalu baik ya...
Yukk gimana nih chapter 5 kali ini boleh dong kasih tau aku di sini hehehe...👉🏻Dari kemarin kurang mood buat nulis gegara sakit gigi huhu...😭
Bener banget ga si sakit gigi tuh lebih sakit daripada sakit hati. Kalian semua harus selalu jaga kesehatan ya bestii...
Mungkin cuma segitu dulu hari ini sampai ketemu di chapter selanjutnya hari senin depan, insyaallah....
Jangan lupa komentar, kritik dan pendapat kalian sangat membantu untuk jalannya cerita ini jadi jangan ragu" ya 🤗
25 Juli 2022
Love
antika003
KAMU SEDANG MEMBACA
Tutor In Love
ChickLitZelina yang tengah mengalami masalah finansial terpaksa menerima tawaran pekerjaan menjadi tutor untuk seorang anak berusia 8 tahun yang ternyata merupakan anak dari dosennya sendiri. Ingin mengundurkan niat tapi isi dompet berkhianat. Lalu bagaima...