Jam menunjukkan pukul sebelas Eron sudah tampak segar dan rapi. Sekarang adalah weekend saat dimana ia akan selalu mengosongkan waktunya dan meluangkan waktunya untuk istirahat dirumah, tapi untuk weekend ini sepertinya ia memiliki sedikit jadwal yang mengharuskannya keluar rumah.
Sampai di meja makan ia melihat roti panggang yang sudah disiapkan sejak tadi pagi, seharusnya ini sudah masuk jam makam siang karena ia bangun kesiangan ini akan menjadi jam sarapannya.
"Daffin, Zelin, belum turun Dell?" Tanya Eron pada Della yang sedang di dapurnya
"Kalau Daffin tadi sudah turun minta sarapannya diantar ke atas kalau Zelina saya belum lihat dia turun Pak." Jawabnya
"Bapak ada perlu sama Zelina, atau mau saya panggilkan Pak?" Lanjut Della menawarkan.
"Oh enggak usah biar saya aja yang panggil." Kata Eron
Setelah Eron beranjak dari ruang makan Della menatap bosnya dengan heran karena tidak biasanya dengan sikap bossnya. Tak mau memikirkan lebih lanjut akhirnya Della melanjutkan kembali pekerjaannya.
Eron sudah sampai di depan kamar Zelina dia berniat mengetuk pintunya tapi saat dia akan mengangkat tangannya tiba-tiba pintu didepannya sudah terbuka.
Dihadapannya Zelina kaget bukan main.
"Pak Eron." Katanya
Untung saja ia tadi tidak sampai keluar dengan mengenakan piyamanya dan menunjukkan muka kucel habis bangun tidurnya.
"Saya kira kamu masih tidur." Kata Eron seketika membuat Zelina meringis kecil tidak enak.
Sebenarnya perkataan Eron tidak salah memang benar ia baru saja bangun.
"Karena ini weekend Pak, kalau hari biasa saya bangunnya pagi kok." Sambil berkata begitu Zelina juga menampilkan senyum meyakinkan pada Eron.
"Okee sekarang kita sarapan dulu lalu nanti kamu ikut saya!" Ucap Eron lalu melenggang pergi menuju ruang makan. Zelina pun hanya bisa ikut berjalan di belakang Eron seperti anak ayam.
"Kita cuma berdua aja ini Pak?." Tanya Zelina saat setalah mereka berdua di mobil.
"Keberatan?" Tanya Eron
"Ah engga gitu Pak." Kata Zelina cepat-cepat karena takut jika bosnya ini tersinggung.
"Saya kira tadi sama Daffin gitu." Lanjut Zelina.
Setelahnya tidak ada pembicaraan lebih diantara mereka berdua.
Setelah kurang lebih tiga puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di salah satu mall.
"Bapak mau belanja?" Tanya Zelina sambil mencoba mengejar langkah Eron, dan dia sudah terlalu bingung dengan ajakan Eron kali ini.
"Bukan saya, kamu." Kata Eron
Zelina mengernyit bingung. "Lah kok saya Pak, saya gak ada uang buat belanja disini." Katanya setelah berhasil menyeimbangi langkah lebar Eron sambil memperhatikan stan-stan di mall tersebut. Sungguh ini bukanlah mall yang biasanya dia jajaki. Mall ini lebih mengarah untuk orang yang berdompet tebal.
"Buat persiapan perayaan sekolah Daffin nanti, kamu lupa?" Tanya Eron
Benar Zelina lupa akan hal itu.
"Saya engga.... Ehh." Katanya terputus saat Eron tiba-tiba menarik bahunya saat akan menabrak orang.
"Makasih Pak." Ucapnya.
"Kamu jalan liat ke depan bukan liat ke saya." Zelina langsung bungkam tapi jantungnya langsung loncat saat Eron menarik pergelangan tangan nya dan menggenggam tangan kananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tutor In Love
ChickLitZelina yang tengah mengalami masalah finansial terpaksa menerima tawaran pekerjaan menjadi tutor untuk seorang anak berusia 8 tahun yang ternyata merupakan anak dari dosennya sendiri. Ingin mengundurkan niat tapi isi dompet berkhianat. Lalu bagaima...