Happy Reading
*
*
*
Tak Terasa sudah seminggu Zelina kembali ke kampung halamannya. Sejak saat itulah ia menonaktifkan poonsel pribadinya dan hanya fokus menemani bundanya yang tengah bolak-balik ke rumahsakit.
Setelah kembali seminggu yang lalu ternyata ia sadar bahwa masalah yang dihadapi oleh keluarganya begitu pelik. Kakaknya yang sangat dipercaya bahkan digadang-gadang menjadi anak yang akan mengangkat derajat orang tuanya melalui kesuksesannya kelak ternyata menghempaskan bahkan meluluh lantahkan harapan orangtuanya dengan berani membohongi dan menipu kedua orangtuanya.
Dengan teganya Zora membohongi bahwa ia akan melanjutkan pendidikannya ke luar negeri tetapi nyatanya ia sama sekali tidak pergi dan membawa uang yang menjadi perbekalannya di negeri orang begitu saja. Tidak hanya itu bahkan Zora meninggalkan setumpuk hutang yang tak main-main nominalnya dan kabur entah kemana.
"Akan gue bunuh dia kalau sampai ayah kenapa-napa!" gumamnya sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
Ia berjalan menuju ruang rawat ayahnya dengan membawa rantang berisi makanan di tangan kananya.
Sayup-sayup Zelina mendengar bundanya tengah berbicara dengan seseorang di dalam sana, tetapi tak urung ia pun membuka pintu di depannya.
"Bund-" suaranya terputus kala mengetahui siapa gerangan yang tengah berbicara dengan bundanya.
"Pak Eron kok disini?" kagetnya lantas mendapat pukulan dari bundanya.
"Kamu itu sama calon suami kok manggilnya masih Pak!" tegur bundanya.
"Hah?" semakin linglung Zelina dibuatnya.
Eron yang melihat kebingungan Zelina hanya tersenyum damai menikmati pemandangan di depannya ini, apa lagi ia sudah sangat lama tak melihat wajah gadisnya. Butuh waktu seminggu Eron menyelesaikan urusannya sebelum menyusul Zelina kemari.
"Bunda kok tau?" tanya Zelina yang masih sangat syok dan masih belum seratus persen sadar akan keterkejutannya.
Bundanya berdecak kesal. "Kamu itu loh ya sudah beberapa minggu di lamar nak Eron tapi masih belum cerita sama bunda, padahal sebelum nak Eron melamar kamu dia sudah minta izin dulu sama kami." jelas bundanya.
"Jadi ayah-?" Pertanyaan Zelina menggantung.
"Iya ayahmu sudah tau, selama kamu di sini kenapa kok belum cerita sama bunda hemm?"
"Zelin pikir kan ini juga bukan waktu yang tepat buat ngomomgin itu." gumamnya pelan.
"sudah tante ndak papa, mungkin Zelin ingin fokus sama kondisi ayahnya." kata Eron yang menengahi pembicaraan tersebut.
Sang bunda hanya menghela nafasnya panjang lantas menoleh ke arah Zelina.
"Kamu bawa sepeda motor kan?" tanya bundanya
Zelina mengangguk lesu.
"Ajak nak Eron keruamah biar dia istirahat sama makan di sana, kasian dia udah jauh-jauh kesini nyetir beberapa jam sendirian!" Pinta bundanya.
"Tapi Zelin baru aja sam-" Ucapnya terpotong kala bundanya mendesis tak suka.
Zelina berdecak kecil lantas beranjak dan mengode Eron lewat matanya menyuruh Eron mengikutinya.
- - -
"Kenapa ponsel kamu mati?" tanya Eron langsung saat mereka berjalan menuju ke arah parkiran.
"Ya supaya Pak Eron enggak nyariin saya." Jawab Zelina dengan intonasi yang sangat datar.
Eron menyadarinya sedari tadi Zelina mencoba menaruh batasan dengan dirinya.
"Apa ada sesuatu selama seminggu ini yang aku lewatkan, yang membuat kamu bersikap dingin sama aku sekarang?" tanya Eron lagi.
"Perasaan pak Eron aja dari dulu saya juga seperti ini, mungkin karena rasa profesionalisme yang membuat saya bersikap hangat karena Pak Eron bos saya."
"Bulshit, kamu tau bukan itu yang kita bicarakan saat ini." Kata Eron yang sudah terlalu lelah mengikuti alur yang dibuat Zelina.
"Lalu apa mau Pak Eron?" ucap Zelina
"Tolong jangan seperti ini Zelina!" pinta Eron memelasa sembari mengulurkan tangannya mencoba menangkup wajah Zelina.
Zelina menghindari tangan Eron dengan menolehkan kepalanya. Eron yang mendapatkan respon tersebut meremat tangannya sendiri dan mencoba meredam amarahnya dengan cara memejamkan matanya sesaat.
"Kita baik-baik saja seminggu yang lalu, jadi apa yang membuat kamu seperti ini. Apa aku melakukan sesuatu yang buat kamu marah hemm." Ditanya seperti itu membuat mata Zelina berkaca-kaca, tetapi ia mencoba sekuat tenaga agar air bening yang berasal dari matanya tersebut tak turun."
"Saya akui kemarin memang saya terbawa perasaan dan belum berpikir jauh, tapi sekarang saya sadar, Pak Eron dan saya tidak bisa melanjutkan hubungan ini." katanya sambil menatap tajam Eron.
"Jadi Pak Eron tidak perlu menunggu jawaban dari saya karena jawabannya sudah sangat jelas, dan saya rasa Bapak sudah mengerti tanpa pelu saya jelaskan lebih lanjut." ucap Zelina lantas meninggalkan Eron yang masih berdiri kaku di belakangnya.
Sebelum Zelina menjalankan motor maticnya, dengan gerakan cepat Eron mematikan dan mencabut kuncinya.
"Ap-"
"Naik Mobil saya!" Kata Eron datar, sepanjang Zelina mengenal Eron baru kali ini ia melihat raut muka Eron yang sedikit menakutkan. Mata tajam serta guratan otot leher yang tampak itu mengatakan bahwa Eron tengah berusaha keras menahan emosinya.
"Saya naik mottor saya!" kata Zelina ta kalah tegas.
"Oke kalau begitu, saya yang nyetir." dengan gerakan cepat Eron menggeser Zelina ke belakang dan menaiki mottor kecil Zelina.
Belum sempat Zelina memprotes tindakan Eron, si pembajak tersebut sudah melajukan mottornya, tidak tanggung-tanggung saat berada di jalanan yang lenggang akan pengendara Eron melajukan mottornya di ambang batas kecepatang dan hal itu membuatnya mau tak mau berpengangan pada pinggang Eron.
Merasakan tangan Zelina di pinggangnya Eron memelankan laju kendaraannya lantas menggenggam tangan tersebut dengan sebelah tangannya.
Air mata yang sedari tadi mencoba ditahan oleh Zelina akhirnya jatuh juga membasahi pipinya. Masalah yang menimpanya ini sungguh pelik dan sudah sepantasnya ia tak melibatkan Eron ke dalamnya.
Ia sudah melakukan hal yang benar.
Tapi apakah itu yang diinginkannya?
* * *
- T B C -
Kaciaannyaa Pak Eron, sini pak saya peluk
Maapkan luama poll manteman, gegara beberapa bulan pusing mikirin skripcii yang jadi pacar baru aku kali ini.
Happy New Year semuaa, semoga ditahun yang baru ini kita selalu diberi kesehatan, panjang umur dan lancar dalam segala hal yang kita harapkan.
sampai jumpa di chapter selanjutnya
Love
antika003
KAMU SEDANG MEMBACA
Tutor In Love
ChickLitZelina yang tengah mengalami masalah finansial terpaksa menerima tawaran pekerjaan menjadi tutor untuk seorang anak berusia 8 tahun yang ternyata merupakan anak dari dosennya sendiri. Ingin mengundurkan niat tapi isi dompet berkhianat. Lalu bagaima...