19. Interogasi

548 61 7
                                    

Haii panggil saya xoxo, texo, atau Cher 💗

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian!
...
Satu Vote = Satu kebucinan
Satu komen = satu semangat

Happy Reading
...

Plak! Satu tamparan keras lolos dari tangan kanan Naya. Tamparan itu melesat ke pipi kiri Dika. Dika meringis pedih kala pipinya di tampar oleh Naya.

"Masih berani pulang?" Dengan suara lantang dan tatapan yang terus menatap Dika sebal, Naya mengeluarkan pertanyaan sedikit menohok.

"A-aku butuh kamu nay, aku ga sengaja tadi," cicit Dika pelan.

"Kalo kamu bisa sama Qilla-Qilla itu. Aku juga bisa tanpa kamu!" Balasnya sengit.

"Ga gitu maksud aku nay. Maaf,"

"STOP! udah cukup. Udah, sekarang kamu mau masuk? Atau di luar sama Qilla?" Tanya Naya sedikit terengah-engah. Jantungnya naik-turun tak terkontrol.

Dika merunduk. Menjawab pelan pertanyaan Naya, "Masuk."

Naya masuk ke dalam meninggalkan Dika yang masih berdiri di ambang pintu. "BURUAN MASUK. GUE GA SUKA BASA-BASI." teriak Naya dari dalam.

Menghembuskan napasnya kasar, lalu berjalan masuk ke dalam menyusul Naya yang berjalan menuju ke arah dapur.

"Nay?"

"..."

"Naya,,"

"..."

"Ayy?? Maafin,," Dika terus merengek. Meminta maaf kepada Naya, yang sibuk mengambilkan makanan di meja.

"Lo mau makan kan? Habisin. Gue mau ke kamar. Lo tinggal di kamar sebelah, ga usah tinggal sekamar lagi sama gue." Katanya penuh penekanan di setiap akhir kalimat. Setelah mengatakan itu, Naya berjalan melewati Dika. Namun tangannya di cekal, Dika menoleh ke arah Naya yang tidak memandangi dirinya.

"Dengerin aku dulu nay,"

"Ga usah. Gue udah tau, lo masih suka sama Qilla-Qilla itu. Iya gue tau,"

"Lepasin!" Pintanya tajam. Naya sedang tidak bermain-main dengan Dika, dirinya sekarang sudah tidak bisa mengontrol emosi yang sudah memuncak.

"Gak. Kamu dengerin aku dulu, baru aku lepasin," balas Dika dengan wajah yang menatap mata Naya.

Naya tidak menjawab. Dirinya masih mengingat dimana, Dika mengatakan kata-kata yang membuatnya sakit hati. Apalagi, membawa nama wanita yang seharusnya tidak di katakan.

"Oke gue dengerin. Lepasin dulu?"

Dika mengangguk, lalu melepaskan cekalan nya. "Ja-" belum mengatakan satu kalimat, Naya sudah pergi lebih dulu. Buat apa mendengarkan penjelasan yang sudah jelas?

"Nay, maaf."

****

Cuaca malam ini sangatlah dingin. Derasnya hujan dan juga terpaan angin sepoi-sepoi, membuat angin-angin malam masuk melalui celah-celah yang ada di kamar Naya. Sedari tadi dirinya sibuk dengan buku dan juga bolpoin yang ada di atas pangkuannya. Dirinya tengah mencatat barang-barang yang habis di cafe yang ia kelola selama tujuh bulan ini.

"Loh, si Gelis keluar? Duh, gimana nih. Ga ada penggantinya pula," Naya cemas. Saat melihat daftar pelayan cafe yang kurang.

Mencari akal. Mencari pengganti untuk si Gelis ini, tetapi tak mendapatkan juga. Jika Bulan penggantinya, maka Bulan bisa keteteran. Kedua temannya? Mana sanggup, karena Annisa yang sering pergi ke Turki bersama Ibundanya. Agatha, dia juga tengah mengurus masalah Clay bukan. Alhasil Naya turun tangan untuk menggantikan Gelis.

"Oke. Gue aja yang gantiin."

Naya menutup kembali bukunya. Lalu mengembalikan ke tempat asalnya. Ketukan pintu terdengar, Naya sudah mengetahui jika itu adalah Dika. Rasanya ingin sekali Naya tidak membukakan pintu.

Memutar bola matanya malas, benar sekali Naya tidak membukakan pintu itu. Malah dirinya kini tengah membaca sebuah artikel di sosial media. Sambil bersandar di punggung kasur, Naya tak menghiraukan ketukan pintu yang masih terdengar.

"Naya? Aku tau kamu denger. Buka nay," pinta Dika dari luar kamar. Tak kunjung dibuka, Dika membuka pintu itu. Ternyata tidak di kunci.

Sedikit bingung dengan sikap Naya, karena yang Dika lihat pertama kali, adalah Naya yang tengah bermain handphone di atas kasur. Seperti tidak memiliki dosa.

"Kenapa ga dibukain, pintunya tadi?" Tanya Dika sedikit bingung.

"Lo punya tangan, digunain buat apa? Lagian juga kamar lo ga di sini lagi." Balasnya sengit. Naya beranjak dari kasur, lalu berdiri berhadapan dengan Dika.

"Lo yang keluar, apa gue yang keluar?" Kata Naya dengan wajah yang datar. Ini bukan bumil! Tapi Naya si gadis remaja.

Sifat Naya kepada Dika tidak seperti ini, ini adalah sifat yang Naya miliki di masa-masa pubertas kala itu. Wajah datar, jutek dan bodo amatan.

"Aku mau, kita disini aja. Kasian Bj nay, dia pasti kangen sama aku,"

"Hh, masih inget Bj? Terus tadi di club' itu kenapa ga sampe nanti jam 12 malam aja hah? Kenapa pulang? Bukannya hidup kamu buat Qilla aja, terus katanya aku itu ga penting. Kamu ga butuh aku, yang kamu butuhin cuma Qilla aja kan?" Naya mengintrogasi Dika. Yang di interogasi malah kebingungan mencari jawaban. Karena dirinya tak menyangka, jika Naya berkata hal seperti ini. Dika tau bahwa dirinya salah, tapi semua itu hanyalah salah faham.

"Dasar, ga tau malu! Ga bersyukur banget lo, punya istri kek gue. Malu lo hah? Apanya yang mau di maluin, gue yang ga bisa masak jadi bisa masak gara-gara lo pengen masakan gue. Lo ga minta anak, gue kasih anak. Double malah," Naya membanggakan dirinya. Senyuman tipis terukir di bibir Naya. Namun senyuman itu hanya sesaat sebelum di tarik kembali.

"Oke. Aku salah, aku minta maaf," Lagi-lagi Dika meminta maaf. Naya itu sudah memaafkan hanya saja dirinya gengsi, toh istri juga punya rasa cemburu bukan.

"Udah ah, males gue." Naya menunjuk tepat di wajah Dika. Dengan jari telunjuk yang mengarah ke wajah Dika, Naya memberi satu peringatan untuk lelaki yang ada di hadapannya sekarang.

"Gausah ikutin gue. Kalo lo mau gue maafin, kita tinggal beda kamar."

Seperti biasa, Naya selalu melengos pergi sebelum Dika menjawab perkataannya itu. Berbeda dengan drama-drama rumah tangga yang lain, bukannya menjelaskan kepada istri Dika justru diam seperti anak TK yang di marahi ibunya.

Entahlah, Dika tidak suka melawan. Apalagi masalah yang dihadapinya, adalah masalah yang ia buat. Jadi dirinya harus bertanggung jawab.

"Cafe," Kata Dika, pelan. Sebelum kembali menutup pintu kamarnya kembali.



To be continued,,

Yang lagi puasa Rajab, semangat kalian👋👋 tetep puasa walaupun greget yang melanda diri anda. Hahaha, gimana chapter ini? Iya, Dika diem mulu kan? xoxo jua gregettt😫 tapi ya udahlah, gitu aja. Kita lanjut di part selanjutnya aye ayeee


• Terima kritik/saran
• Terima koreksi nya
• Kalau ada yang salah kata, mohon dimaafkan yaa

jangan lupa follow akun Ig/@neshyanabilaa_

Makasiii
VOTMEN NYA DONGHH BANHH

Posesif Husband [END, DAN SUDAH TERBIT✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang