CHAPTER 8

2.1K 145 3
                                    

"Benar ini kan alamatnya?"

Ara memperhatikan gedung besar yang memiliki 10 lantai tersebut. Lalu, setelah meyakinkan kalau alamatnya benar, dia memasuki apartemen tersebut dan naik lift ke lantai 5. Sesampainya di lantai 5 Ara berjalan menyusuri lorong, biar bagaimana pun saat di lihat dari luar tadi apartemen ini sangat mewah Ara hanya bisa tercengang. Akhirnya Ara berhenti di depan sebuah pintu dengan nomor 13.

"Nomor...13," Ara terdiam sebentar, lalu menekan bel. Rasa gugup mulai menghantuinya. Apakah benar ini apartemen Aarav? Jika bukan apa yang akan dia lakukan? Jika memang benar siapa yang akan dia temui? Aarav? Elios? Atau Nathan? Ara berharap yang membuka pintu adalah Aarav.

Bunyi pin password terdengar, lalu suara pintu terbuka. Menampilkan sesosok laki-laki tampan berpakaian kasual, kaos hitam lengan pendek serta celana joger hitam panjang, rambut laki-laki itu juga setengah basah dan terlihat beberapa bulir air yang menetes di ujung rambutnya, dia pun menggosok rambutnya dengan handuk kecil di pundaknya.

"Ara? Cepat sekali, maafkan gue. Gue bahkan belum siap-siap, ini sedikit memalukan," ucap laki-laki itu yang Ara kenali sebagai Aarav. Benar, Ara datang lebih awal dari jam yang di janjikan yaitu pukul 11.50, 10 menit lebih awal. Tentu saja karena Ara takut dengan Nathan.

"Hehe, iya."

Aarav hanya tersenyum kecil, seperti memahami kalau Ara takut di marahi Nathan kalau telat.

"Ayo masuk."

Ara pun memasuki apartemen Aarav. Lagi-lagi Ara tercengang, dia memang orang yang berkecukupan, namun tidak seberada itu, Ara lumayan jarang melihat hal-hal mewah seperti ini. Apartemen Aarav bertipe 1BR, yaitu apartemen yang memiliki 1 kasur ukuran king size, sebuah lemari besar dan memanjang disertai dengan cerminnya, lalu ada rak buku, satu meja belajar,dan 1 kamar mandi, berada dalam 1 bagian ruangan yang dibatasi dengan kayu yang Ara tidak tahu jenisnya tetapi kayu itu bergaya minimalis, seluruh ruangannya bergaya minimalis dengan warna hitam abu, lalu ada ruang tamu yang berhadapan dengan kayu pembatas tadi, di hadapannya ada TV besar yang di sekitarnya ada banyak kaset DVD maupun kaset game lalu ada play station dan speaker berukuran sedang di setiap sisi tv nya, lalu di sebelah ruang tamu ada dapur yang bergabung dengan meja makan, Lalu di balkon ada dua kursi dan 1 meja serta beberapa tanaman hias.

"Duduk saja di sofa," ucap Aarav sambil membuka kulkas, Ara menurut saja. Berselang beberapa menit setelah mengagumi apartemen Aarav, Ara berniat membantu Aarav memasak, dia juga sedikit penasaran seperti apa Aarav memasak.

"Aarav, ini," Ara menyerahkan bingkisan yang sejak tadi ia pegang. Aarav yang sedang mencuci sayuran menengok, "Hm? Apa ini?"

"Cupcake."

Aarav menghentikan kegiatannya lalu mengambil bingkisan yang Ara serahkan, dia pun membukanya dan mengambil satu cupcake, "Ya ampun, kenapa lo bawa oleh-oleh juga? Seharusnya kan gue yang menjamu lo."

"Aku gak enak, gak bawa apa-apa."

"Lo datang saja gue hampir tidak percaya," ucapnya, lalu Aarav memakan cupcake yang dia ambil, "Hm.. Ini enak, buatan lo?"

Ara sedikit blushing, sebenarnya itu bukan buatannya, tetapi ibunya, dia tidak pandai membuat kue jadi dia hanya membantu menghias cupcakenya, "Bukan, buatan ibu."

Aarav tersenyum, pantas saja Elios selalu menggoda Ara setiap bertemu, melihat Ara yang blushing adalah another thing of happiness.

"Ekhem," Aarav berdeham pelan berupaya menghilangkan pikirannya yang mulai hilang kontrol, takutnya Elios akan mengambil alih dirinya, bisa-bisa bukannya Ara memakan masakannya, malah Elios yang memakan Ara, Aarav mengusap wajahnya, gawat, pikiran macam apa ini? batinnya.

INARA AND THEM(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang