Tidak ada yang lebih terasa lega saat mampu bangkit dari keterpurukan, perasaan yang ringan ketika mulai mampu menerima diri sendiri ketika dulu ingin membunuh diri pun kehidupan yang mulai berkurang beban ketika bersyukur dengan apa yang dipunya.
Aarav sempat tidak mempercayai kalau kehidupan itu seperti roda yang berputar diakibatkan seumur hidupnya, kehidupannya tidak seperti orang lain yang bahagia bahkan tanpa punya segalanya seperti dirinya, namun ternyata dia lupa kalau dia tidak mengayuh sepeda itu, rodanya tidak akan pernah berputar, begitu pula dengan kehidupan. Dia harus berusaha untuk bangkit walau sulit, tapi ketika tidak mampu mengayuh sepeda, dorongan kecil pun mampu menggerakkan rodanya, dorongan itulah yang dia dapatkan dari Ara. Gadis yang tidak sampai 3 bulan lalu ditemuinya, tentunya dengan tidak normalnya seperti dirinya.
Benar, Aarav menerima kalau dia tidak normal. Tapi bukan berarti dia adalah kesalahan, dia hanya berbeda, dia akan mempercayai perkataan Ara bahwa dirinya, spesial.
"Bisakah kamu berhenti menatapku seperti itu?"
Suara halus itu membuyarkan pandangannya menatap sosok bidadari di depannya yang saat ini sedang menyembunyikan wajah jelitanya di balik buku sejarah.
"Aku mengganggu?" tanya Aarav.
"..." diam tidak ada sahutan.
Aarav terkekeh pelan, dia menyukai sifat Ara yang pemalu ini, karena sudah lebih satu bulan semenjak mereka resmi pacaran, Ara tidak pernah absen merasa malu saat Aarav dan kembarannya melakukan atau mengatakan sesuatu seperti gombalan atau bahkan hal yang sebenarnya bukan memalukan tapi Ara tetap merasa malu.
She's cute as always, batin Aarav.
Ara mengintip dari balik buku, namun segera kembali ketika dia mendapati Aarav yang menopang dagu sambil tersenyum ke arahnya. Jika ini sebuah animasi, mungkin di balik buku itu, keluar asap, karena Ara yang benar-benar sangat malu ditatap seperti itu. Ara tekankan lagi, Aarav itu sangat tampan, bukankah Ara sudah menjelaskan kalau dia juga lemah terhadap cowok tampan?
Ara menyesali menerima tawaran Aarav untuk belajar bersama sehabis ujian pertama selesai, akibatnya dia tidak fokus menghapal buku sejarah di tangannya ini, dipikirannya sekarang hanyalah wajah tampan kekasihnya yang tersenyum.
Tuk tuk
Ara terkejut ketika merasakan bukunya diketuk, menggeser sedikit bukunya untuk melihat apa lagi tingkah Aarav.
Oke, meledak.
Ara meledak!
Aarav dengan senyum menawannya yang diberi background bunga-bunga mekar, sparkle dan shimmering manja.
tengah menatapnya dengan tangan terlipat menjadi tumpuan separuh wajahnya.Uuugh, kenapa dengan Aarav hari ini? batin Ara gereget.
Puk
Ara menutup wajah Aarav dengan buku.
"Eheheh," membuat Aarav terkekeh kembali."Sudah kubilang jangan menatapku seperti itu!"
Aarav bangkit, lalu menarik tangan Ara dan mencium telapak tangannya.
Jadi batu.
Ara, jadi batu.
Aarav malah semakin terkekeh, menggoda Ara benar-benar kesenangan tersendiri.
Setelah puas menggoda kekasihnya, Aarav bangkit berdiri dan berjalan keluar perpustakaan, sebelum itu dia berucap, "Kasihan ada yang terganggu belajarnya, aku ke kelas duluan, semangat ujian jam keduanya sweetheart," ucapnya setelah mengusap pucuk kepala Ara.
Ara masih terdiam selama satu menitan, mencerna semua kejadian yang berlangsung kurang dari satu menit tadi.
Bruk
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA AND THEM(END)
RomanceRate T+ Bijaklah dalam memilih bacaan Author sudah memperingatkan, dosa tanggung sendiri, ya:) Bagaimana rasanya memiliki seorang pacar, tetapi berasa 5 orang? Baik, ekstrovert, flirty, tsundere, sarkas, dingin tapi care, introvert tapi menghanyutka...