"Ara," panggil seorang wanita yang sudah lumayan berumur namun masih terlihat cantik.
"Iya, ma?" jawab seorang gadis yang dipanggil Ara tadi.
"Ini kue ulang tahun yang diminta tante kamu, antarkan ke klinik." ucap Mama Ara sambil menyerahkan kotak yang berisi kue ulang tahun.
"Oh.. kue ultah Nala, ya? Oke, ma." balas Ara mengambil kotak tersebut.
"Nanti telepon tantemu dulu kalau sudah di klinik, siapa tahu tantemu masih ada pasien. Oh iya, kata tantemu jangan dititip di resepsionis, langsung kasih ke tante saja."
"Oke."
Amalthea Inara atau biasa dipanggil Ara, gadis itu pergi menggunakan kendaraan roda duanya rambut hitam legam sedadanya melayang pelan selama berkendara di jalan. Kulitnya yang putih pucat tampak berwarna jingga terkena matahari sore. Sekarang masih jam 3 sore sudah hampir jam tutup klinik psikolog milik tantenya. wajahnya yang cantik memiliki ekspresi yang tenang.
Sesampainya di klinik Ara memasuki area resepsionis, petugas resepsionis yang sudah mengenal Ara tersenyum ramah dan menyapa, "Selamat sore, Ara. Bu Tania masih menangani satu pasien terakhir."
"Oh iya, Ara cuma mau ngasih ini, langsung katanya jadi gak bisa nitip," balas Ara.
"Kalau begitu biar saya telepon, Bu Tanianya."
"Terima kasih."
Setelah beberapa saat...
"Kata Bu Tania, Ara bisa langsung masuk ke ruangan beliau."
"Baiklah."
Ara pun menaiki lift ke lantai 3 di mana ruangan tantenya berada.
Tok, tok, tok Ara mengetuk pintu ruangan tantenya.
Klak, pintu terbuka dan munculah tantenya.
"Ini tante, kuenya."
"Waah sudah jadi, Nala pasti suka. Ingat, ya malam ini jam 7 ke rumah tante untuk merayakan ultah Nala."
"Iya, tante," jawab Ara, kemudian tanpa sengaja Ara melihat seseorang yang tengah duduk di kursi pasien di dalam ruangan, di sana ada seorang laki-laki yang Ara kenal sebagai ketua OSIS di sekolahnya sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Ya sudah, tante masih ada pasien, hati-hati pulang ya Ara."
Ara tersadar dari pandangannya, "Ah iya, tante. Baiklah Ara pulang dulu."
Ara pun pulang dengan pikiran yang penuh dengan tanda tanya.
Mengapa Ketua OSIS sekolahnya ada di ruangan tantenya yang notabenenya seorang Dokter Psikologi?
Dan mengapa laki-laki itu menatapnya seperti itu?
Daripada Ara kecelakaan karena memikirkan hal itu, lebih baik Ara fokus akan perjalanan pulangnya.
Esok harinya hari Selasa, Ara sudah bersiap pergi ke halte bis untuk pergi ke sekolahnya, Keluarganya bukanlah orang yang berada namun juga tidak terlalu sederhana, bisa saja Ara memakai kendaraannya seperti kemarin, namun Ara lebih suka duduk di bis sambil menikmati pemandangan di luar jendela.
Kelas XI IPA 3 adalah kelas Ara, tempat duduknya ada di bagian paling belakang dekat jendela, Ara bukanlah anak yang dikucilkan, hanya saja Ara lebih suka menyendiri, namun heranya...
"Ara! Mana Ara my cutie beautiful girl?!" teriak seorang gadis cantik di depan pintu kelas.
Bagaimana bisa Ara memiliki sahabat yang berbanding terbalik dengan kepribadiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA AND THEM(END)
RomanceRate T+ Bijaklah dalam memilih bacaan Author sudah memperingatkan, dosa tanggung sendiri, ya:) Bagaimana rasanya memiliki seorang pacar, tetapi berasa 5 orang? Baik, ekstrovert, flirty, tsundere, sarkas, dingin tapi care, introvert tapi menghanyutka...