CHAPTER 2

3.2K 158 0
                                    

"Huhuhu... Tanganku pegal gara-gara hukuman meresume materi," keluh Aya di samping Ara yang sedang makan batagor sambil bengong, mulutnya menganga dan sesendok batagor yang melayang tak kunjung masuk ke mulutnya. Aya yang melihat hal itu kebingungan.

"Ara," panggilnya, namun tidak ada sahutan.

"Hiiish... kenapa bengong, sih? Rasain, nih!" ucap Aya sambil memasukkan secara paksa batagor yang tak kunjung dimakan tadi, membuat Ara tersadar dan memicingkan matanya ke Aya.

"Kenapa? Lagian kamu juga dipanggil-panggil gak nyahut!"

Ara tak membalas hanya memakan kembali batagornya.

"Kenapa, sih?"

"Dengar baik-baik, lo adalah cewek yang kemarin, iyakan? Lo sudah melihat dan mendengar sesuatu yang tidak seharusnya lo ketahui, setelah ini jika kau menceritakan ke orang lain apa yang lo lihat dan lo dengar, kita lihat apa yang akan gue lakuin ke lo."

Bisikan si ketua osis itu tiba-tiba saja terlintas di pikiran Ara, dan saat tiba-tiba terdengar suara riuh kecil dari arah pintu masuk kantin Ara melihat si ketua osis yang masuk bersama teman-temannya. Dan mata mereka bertatapan, Ara langsung menundukkan kepalanya saat tiba-tiba si ketua osis menyeringai ke arahnya.

Aya yang berhadapan dengan Ara merasa aneh dengan tingkah Ara, "Kamu kenapa, Ra?"

Ara menggeleng sambil mengintip lagi ke arah ketua osis dan lanjut memakan batagornya. Aya membalikkan badannya melihat ke arah 2 orang siswa yang sedang memesan minuman.

"Kamu lagi liatin Aarav?"

"Uhuk!" Ara tersedak.

"Betul, ya... Aduh, aduh... pelan-pelan Ra, ini minum dulu," ucap Aya sambil memberikan minuman Ara.

"Ekhem, jadi namanya Aarav?"

"Nah betul kan...Hahahah. Ara kamu naksir ketua osis?" Bisik Aya.

"Enggak, emang kalau ngelirik artinya naksir?" tanya Ara datar, membuat Aya menyipitkan matanya penuh selidik. Ara cuma menatap datar ke arah Aya, dan Aya menegakkan kembali tubuhnya dan berbicara.

"Hmm, Aarav itu memang ganteng, pakai banget malah. Terus karena dia baru pindah saat masuk semester 2 kelas 10 langsung jadi ketua osis saat kelas 11 keren banget, gak sih?supel dan baik, pintar, kaya, dan banyak fans, perfect, deh! Tapi biar bagaimana pun, My Sweatheart Enzi tak ada duanya heheh..." celoteh Aya panjang lebar, kemudian menatap ke arah pacarnya yang sedang makan bersama Aarav. Enzi adalah wakil ketua osis sekaligus cucu pemilik sekolah dan pacar Aya.

Seperti yang Ara pikirkan pandangan orang-orang tentang Aarav adalah laki-laki yang perfect, supel, ramah, dan baik. Lihatlah sekarang, Aarav dengan mudahnya tertawa dan bercanda dengan orang-orang disekitarnya, ada beberapa siswi yang memberikan bekal makanan yang langsung diambilnya dengan senyum menawan, bagaimana seseorang tidak meleleh melihatnya? Dia terlihat seperti matahari yang dikelilingi planet-planet dan ribuan bintang. Tapi kejadian di ruang seni membuat pemikiran Ara tetang Aarav berubah 180 derajat.

Apa jangan-jangan pertemuan mereka di klinik psikologi dan kejadian di ruang seni itu adalah hal yang harus tidak diketahui Ara?

"Ara! Haloooo!" Aya menjentik-jentikkan jarinya di depan wajah Ara.

"Ha?"

"Bengong terus, sudah mau bel masuk, ini! Yuk ke kelas, sebelumnya aku mau bertemu Enzi dulu, mau ikut? di sana ada Aarav juga..." goda Aya.

"Nggak, aku mau ke toilet," Aya menghela napas, sahabatnya ini padahal cantik dan baik namun tidak tertarik dengan yang namanya pacaran, dan paling anti kalau harus melihat Aya dan Enzi berduaan, bucinnya nggak usah di tanya, membuat Ara mau muntah.

Ara berjalan ke arah toilet, koridor masih sepi karena walaupun bel jam masuk kelas akan berbunyi, penghuni kantin di siang hari sangatlah banyak dan Ara memilih toilet yang agak jauh dari kantin karena pasti toilet dekat kantin penuh. Saat Ara sudah selesai dari toilet dan mau keluar, tiba-tiba seseorang menghadangnya. Ara kaget dan terkejut siapa yang menghadangnya di depan pintu toilet perempuan.

Aarav

"Ha? Apa yang kamu lakuin? Minggir!" Ara mau pergi lewat samping namun tangan Aarav langsung menghadangnya, Ara menatap Aarav lagi lalu ingin lewat lewat samping satunya lagi, namun sekali lagi dihadang oleh tangan Aarav yang satunya dan beginilah akhirnya Ara terkurung dalam kekangan Aarav.

Ara mulai panik, dia teringat dengan kejadian saat di ruang seni, bagaimana Aarav memandangnya dengan tatapan dingin dan mengintimidasi. Terlalu dekat...batin Ara. Karena penasaran dengan orang di depannya yang tak kunjung bersuara, Ara memberanikan diri mengangkat kepalanya. Dan...

Blush...

Wajahnya seketika merona, wajah Aarav yang tampan sangat dekat dengan wajahnya, hei..Ara juga cewek normal, melihat wajah seorang cowok tampan dengan jarak yang dekat sudah pasti membuatnya malu karena pada dasarnya Ara adalah perempuan yang pemalu, dia tidak bisa menahan rona di wajah putih pucatnya.

"Ahahah, manisnya," kekeh Aarav pelan. Rasanya nyawa Ara mau melayang.

"A apa yang k kamu lakukan?" Aduuh kenapa gagap lagi, batin Ara. Jantungnya semakin berdetak kencang. Ara kembali menunduk karena tak tahan lagi menannggung malu.

"Jadilah pacarku."

Doeng

Ara mengangkat kepalanya, rasa malu Ara berganti menjadi kebingungan, "Ha?"

Aarav merasakan ada seseorang yang mendekat, lalu...

Cup

Mencium pipi Ara yang tengah kebingungan. Lalu segera berlalu dan menghilang di belokan, meninggalkan Ara yang ngeblush dan terbengong membeku.

"Araa!" teriak Aya yang muncul di kejauhan sambil berlari.

"Hah, hah, hah, ku cari-cari ternyata di toilet sini, kenapa nggak di toilet dekat kantin aja, sih? Aku kan capek nyari kamu dari tadi," ucap Aya sambil ngos-ngosan,"Lah? Kok bengong, sih? Ara...Aku kesel, ya sejak tadi kamu bengong terus, ih!" bentak Aya sambil menggoyang-goyangkan badan Ara. Ara pun tersadar dan dapat menormalkan kembali jantungnya dan berhasil mengembalikan rohnya yang hampir melayang.

Ding Dong Ding Dong...

Bel masuk kelas jam terakhir berbunyi, Aya langsung menarik Ara ke kelas mereka.

Aarav tengah berjalan santai menuju kelasnya, lalu tiba-tiba seseorang merangkulnya dari belakang.

"Hei Aarav, gue di tinggalin, " ucap Enzi, si wakil ketua osis.

"Lo ngebucin, makanya gue pergi," balasnya.

"Ha elah, cuma ketemu bentar doang dianggap bucin, apa-apa pacaran di bilang bucin."

Aarav menghendikkan bahunya dan melepas rangkulan Enzi.

"Lo habis dari mana tadi?"

Aarav menyeringai. Enzi mengangkat sebelah alisnya.

"Dari toilet, " jawabnya lalu memasuki kelas.

Bersambung...

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Blueberriesn_

INARA AND THEM(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang