CHAPTER 7

2.2K 135 6
                                    

"Ara lo benar-benar tidak mau berubah pikiran?"

Saat ini Ara sedang berjalan di koridor yang sepi karena sekarang masih dalam waktu pembelajaran, Ara sedang izin ke toilet namun malah bertemu dengan Aarav, alias Elios yang sedang mengambil alih.

"Berubah pikiran tentang apa?" tanya Ara masih tetap berjalan tanpa mengalihkan wajahnya dari jalan di depan.

"Gue gak mau jadi teman lo, tapi gue mau jadi pacar lo," ucap Elios, sudah lewat 1 hari sejak kejadian di perpustakaan, Aarav dan Ara menjadi lebih sering berinteraksi, walaupun masih sembunyi-sembunyi di karena kan Ara tidak mau terlihat menonjol ketika ketahuan berinteraksi dengan Aarav yang notabenenya The Most Wanted di sekolah ini.

Ara menghentikan langkahnya, begitu pula Elios. Kemudian Ara mengarahkan badannya menghadap Elios yang sedang senyam senyum gaje.

"Elios, kita belum terlalu kenal, dan aku juga gak tahu apa alasanmu mau pacaran denganku."

"Gak perlu ada alasan buat pacaran sama lo."

Ara mengerutkan keningnya, mau berucap lagi namun tidak jadi karena tiba-tiba Aarav menarik tangannya lalu masuk ke sebuah ruangan kosong.

"Hei ngapain kam," ucapan Ara terpotong karena di bungkam oleh tangan Aarav, "Sst, ada orang lain di luar," ucapnya.

Ara segera mengangguk paham. Elios mendongakkan kepalanya memperhatikan keadaan di luar lewat jendela kaca di samping pintu ruangan tersebut. Ada beberapa siswi yang tampak mondar-mandir, dan sedikit terdengar beberapa percakapan kalau siswi tersebut melihat Aarav di sekitar sini tadi bersama cewek. Namun selagi seperti itu, Ara yang wajahnya memerah karena baru saja mengetahui posisi mereka sekarang, Ara sedang duduk di sebalah paha Elios yang terangkat dan punggungnya yang menempel di pintu ruangan badan Elios juga terlalu dekat dengannya, mengingat sifat Elios tidakkah dia sedang modus, terlebih lagi karena Elios mendongak otomatis wajah Ara berhadapan dengan jakun Elios yang terlihat, Ara sedikit malu mengakuinya tapi dia baru tahu kalau jakun seorang cowok benar-benar terlihat seksi?

Ara segera menggeleng-gelengkan kepalanya menghilangkan pikiran kotornya itu.

Ya ampun Ara, sejak kapan kamu bisa berpikiran seperti itu? batin Ara meringis.

"Sepertinya lo menikmatinya juga, ya? hehehe," Elios menatap Ara yang segera mengangkat pandangannya, wajah Ara benar-benar seperti kepiting rebus, dan Elios menyukainya. Membuatnya semakin ingin mengerjai gadis ini, "di luar sudah aman."

"Oke, sekarang lepasin aku," Ara berusaha mendorong Elios, namun Elios tidak bergeming, dia malah semakin menatap Ara lama. Dan hal itu semakin membuat Ara malu.

"Gak, lo harus bilang, 'pleasa Elios, lepasin Ara' dulu," goda Elios. Ara merengut, dia menjadi kesal karena ini sangat memalukan ditambah lagi melihat wajah Elios yang menyeringai sambil menaik turunkan alisnya, menyebalkan, tapi Ara akui Cowok ini sangat tampan. Hei, bukankah Ara sudah beritahu kalau dia juga lemah terhadap cowok tampan.

Melihat Ara yang masih diam dengan wajah merengut, membuat ide lain muncul di pikiran Elios, "If you don't wanna say that, maybe i can kiss you?" Elios mendekatkan wajahnya, namun segera di bungkam oleh tangan Ara, jarak mereka hanya terhalang oleh tangan Ara.

"Please Elios, lepasin Ara..." ucap Ara terdengar pelan dan malu-malu, membuat Elios menjauhkan wajahnya dan berbalik membelakangi Ara, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, "Damn, she's so cute!" gumam Elios. Telinga Elios memerah, dia benar-benar tidak tahan dengan gadis ini.

Lalu di dengarnya suara pintu ruangan yang terbuka lalu tertutup, Elios berbalik dan ditemukannya Ara yang sudah tidak ada lagi, dia pun terduduk lalu berucap, "Sialan lo Aarav, masa terima jadi temannya."

Di kelas XI IPA 3...

"Ara kamu dari mana saja?" Aya mendekati Ara yang sedang membereskan alat tulisnya, setelah Ara kembali dari toilet beberapa menit kemudian kelas di bubarkan karena bel pulang sudah berbunyi.

"Ke toilet," jawab Ara, wajahnya tiba-tiba sedikit memerah ketika mengingat kejadian tadi.

Aya yang peka terhadap sikap Ara curiga, "Apa ada sesuatu yang terjadi?"

Ara terdiam sebentar, lalu menjawab dengan sedikit canggung, "Tidak ada, kok. Kenapa?"

"Sikap kamu akhir-akhir sedikit berbeda, kau tahu?"

"Berbeda dari mananya?"

"Seperti tiba-tiba hilang."

"Eh? Memangnya aku seperti itu?"

"Jangan-jangan Ara punya gebetan, ya?"

Ara membulatkan matanya, "Heh, mana ada yang seperti itu."

"Ada! Pasti ada, ayolah Ara ceritakan... siapa? Hm? hm?" tanya Aya sambil menggandeng tangan Ara mereka berbincang sambil berjalan keluar kelas.

"Aku gak punya gebetan, Aya.."

Aya cemberut, "Ya sudah, kalau beneran gak ada gak papa, tapi kalau beneran ada, Ara harus kasih tahu aku nanti, kalau sudah siap cerita," Ara tersenyum, inilah salah satu sifat Aya yang dia sukai, tidak memaksakan kehendak, walaupun terkesan manja, Aya ini cukup dewasa di dalam keadaan-keadaan tertentu, dia paham betul kalau tidak boleh memaksakan sesuatu bahkan kepada sahabatnya sendiri.

Maafkan aku, ya Aya. Ini rahasia, aku tidak bisa menceritakannya untuk sekarang, takutnya Nathan akan benar-benar membunuhku, batin Ara, dia menjadi sedikit merasa bersalah dan merinding secara bersamaan.

Di rumah Ara...

Ara baru saja selesai mandi, dia merebahkan tubuhnya di kasur lalu membuka ponsel, di sana dia mendapati sebuah pesan dari orang yang tidak di kenal, namun saat membaca pesannya dia mengetahui siapa yang mengirim pesan tersebut, yaitu Aarav.

"Kenapa dia ngirim pesan? Dari mana dapat nomorku?"

Aarav : Sore Ara, ini Aarav.

Aarav : Maaf sebelumnya gue minta nomor lo tanpa seizin dari lo

Aarav : Tujuan gue ngirim pesan ini, sebenarnya gue mau ngajak lo makan siang bareng dalam rangka ucapan terima kasih karena sudah mau menjaga rahasia kami, berhubung besok minggu juga. Bagaimana?

"Makan siang berdua?" Ara menjadi malu. Ara pun membalas pesan Aarav.

Ara : Sebenarnya gak perlu seperti itu Aarav, gue ikhlas, kok

Aarav : Ck, repot banget, kalau di ajak ya dateng, sok nolak segala

Ara membatu, lalu meringis pelan, Aarav berganti menjadi Nathan.

Aarav : Cepat balas, gue ada kesibukan.

Ara : Iya, iya aku mau, puas?

Aarav : Besok jam 12 tepat lo sudah ada di apart gue.

Ara terdiam sebentar, jadi mereka tinggal di apartemen? Jadi tidak makan di luar? Ara sebelumnya sedikit ragu, takutnya bertemu orang tua Aarav.

Ara : Apartemen? Gak makan di luar?

Aarav : Aarav masak

Ternyata Aarav bisa masak? pikir Ara.

Ara : Orang tua lo?

Aarav : gue sendirian

Ara jadi sedikit lega, setidaknya dia tidak akan bertemu orang tua Aarav, kan? Eh, itu artinya mereka cuma berdua? Ara menjadi mengingat Elios yang suka menggodanya.

Ara : Eh tapi... kalau cuma berdua..

Aarav : Gue gak nafsu sama lo

Doeng... perempatan urat muncul di pelipis Ara, dia menahan kekesalannya. Entah kenapa jika berhadapan dengan Nathan yang suka sarkas seperti ini hanya membuatnya ingin marah dan sakit hati sendiri, batin Ara meringis.

Bersambung...

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Blueberriesn_

INARA AND THEM(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang