CHAPTER 51

1.2K 112 8
                                    

Ara terbangun dan menyadari kalau dia tidak berada di rumahnya, maupun di apartemen Aarav. Tetapi dia berada di kamar yang Ara kenal sebagai kamar sahabatnya Aya.

"Oh? Sudah sadar?" Aya memasuki kamarnya dengan membawa segelas air putih.

Ara bangkit duduk lalu menampilkan wajah seakan bertanya-tanya mengapa sekarang dia berada di rumah Aya.

"Elios baru saja pergi," seakan paham dengan raut wajah Ara, Aya menjelaskan sambil menyerahkan air putih yang dia pegang kepada Ara.

"Lagi pula kenapa kamu sampai pingsan, aku minta penjelasan pada Elios dia malah tertawa dan bilang Ara akan menjelaskan," tambah Aya sambil duduk di sebelah Ara.

Ara tersedak minumannya. Aya mengelus punggung Ara, "Pelan-pelan kalau minum, ya ampun..."

Aya menerima gelas yang setengahnya sudah Ara minum, lalu menyipitkan matanya ketika melihat wajah Ara yang memerah padam. "Jam berapa sekarang?" tanya Ara.

"Tenang saja, aku sudah telepon ibumu kalau kamu menginap di rumahku."

"Ah iya..."

"Oke, sekarang katakan apa yang terjadi. Selain itu, tandamu banyak," goda Aya sambil mengangkat-angkat alisnya.

"Aya..." Ara menjadi malu.

"Jangan bilang..."

"Bukan! Kami tidak melakukan hal lebih! Sumpah!"

"Ahahahah! Aku tahu, aku tahu... Tenanglah...Sebenarnya aku pernah membayangkan kalau Ara mungkin saja akan pingsan kalau berhadapan dengan lelaki terlebih laki-laki itu Aarav, ditambah Ara juga sangat pemalu, tapi tidak aku sangka akan selucu ini," tawa Aya tidak henti mempermalukan Ara.

"Habis...Elios itu.."

"Yah...Sepertinya Ara kewalahan menghadapi 5 pacar sekaligus. Huwa...Araku yang polos..." ucap Aya sambil memeluk Ara dengan wajah meringis seperti akan menangis. Ara hanya terkekeh.

"Tapi aku benar-benar terkejut Elios langsung membawamu ke rumahku dengan kalang kabut. Ya mana mungkin berani dia membawamu dengan kondisi berantakan seperti ini ke rumahmu, pasti ibumu akan marah, keputusan yang bagus membawamu ke sini."

Ara tersenyum, lalu terkekeh membayangkan bagaimana Elios dengan wajah panik karena membuat Ara pingsan.

"Oh iya, mulai besok kita sudah liburan! Karena Ara sedang di sini, bagaimana kalau kita membuat rencana liburan?! Pasti asyik! Menginap di pantai? Atau di vila di pedesaan yang ada air mancurnya, ya? Atau memancing naik kapal yacht? Atau ke luar negeri?!" Aya benar-benar bersemangat, ya sultan mah bebas. Ara hanya terkekeh melihat antusias Aya.

"Kita bisa double date! Bagaimana, Ra?" tambah Aya lagi.

"Ide bagus."

"Benar juga, kita tidak pernah double date sekali pun sejak kalian pacaran, benar-benar sibuk saat itu."

"Kamu benar. Aya aku mau mandi dan ganti baju dulu."

"Oke," Ara dan Aya yang memang sudah terbiasa saling meminjam barang.

Selesainya Ara mandi dan berganti dengan baju tidur, dia melihat Aya yang tengah berbincang di MacBooknya, "Nah, itu Aranya sudah selesai," ucap Aya sambil mengarahkan kameranya kepada Ara.

"Ada apa?" tanya Ara lalu mendekati Aya dan mendapati kalau dia tengah video call dengan Enzi dan Aarav, Ara yang menyadari itu segera bersembunyi, "Aya, apa yang kamu lakukan? Aku malu bertemu Aarav!" bisik Ara. Membuat Aya tertawa, "Ya, bagaimana ya? Nathan ingin melihat kondisi kekasihnya," ujar Aya.

Duduk di sebelah Aya, Ara. terdengar suara yang memerintah Ara, siapa lagi selain Nathan yang perintahnya tidak bisa Ara bantah. Dengan pelan Ara muncul di layar ponselnya, gadisnya terlihat menggemaskan dengan baju tidur berwarna cokelat bergambar beruang itu.

INARA AND THEM(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang