"Teman-teman, Bu Susi akan telat masuk," ucap Nayra pada teman sekelasnya, kelas X IPS 1.
Terdengar sorakan bahagia dari penghuni kelas.
"Tapi, tolong perhatiannya, karena kita kedatangan penghuni kelas baru!" ucap Nayra dengan penuh semangat, Nayra memandang keluar kelas, lalu mengangguk seakan memberi persetujuan kepada seseorang yang berada di luar kelas untuk masuk.
Berpasang-pasang mata menatap kedatangan seorang siswa di kelas mereka, diiringi dengan jeritan tertahan para siswi dan tatapan kagum oleh siswa.
Kaki jenjang itu berhenti tepat di depan seluruh murid. Siswa itu memiliki tinggi badan berkisar 187 cm. Badan tegap dan dada bidang, seragam sekolah yang membalut tubuhnya terkesan elegan padahal itu adalah seragam yang sama dipakai oleh seluruh murid.
Dan yang mengejutkan, wajahnya yang tampan.
"Aarav perkenalkan diri lo," ujar Nayra, lalu duduk ke kursinya yang berada paling depan tepat berhadapan dengan Aarav, karena memang itu kursinya.
Aarav berdehem pelan, lalu mengangkat tangannya menyapa, "Hai, perkenalkan gue Aarav. Aku baru saja pindah sekolah dan memasuki kelas ini, jadi mohon bantuannya."
Hening...
Aarav hanya diam dengan senyum menawan menunggu setidaknya sebuah suara ketika suasana kelas yang awalnya gaduh itu menjadi tenang. Tidak lama siswi kelas X IPS 1 berteriak dan maju ke depan ingin berkenalan langsung dengan Aarav.
Dan akhirnya Aarav hanya tersenyum canggung, kemudian matanya tak sengaja bertatapan dengan mata seorang siswa yang menatapnya dengan mata mengantuk, sepertinya siswa itu terbangun akibat kericuhan kelas.
"Ngapain bergerombol di depan kelas?"
Suara Bu Susi, wali kelas mereka menginterupsi kegaduhan.
"Duduk ke tempat masing-masing!"
Seluruh penghuni kelas kecuali Aarav duduk ke tempat mereka masing-masing.
"Kalian ini, langsung menyerang ke depan mentang-mentang ada siswa tampan," ucapan guru mereka itu disahuti dengan kekehan murid, "Apakah Aarav sudah memperkenalkan diri?" tanya Bu Susi kepada Aarav.
Aarav mengangguk.
Bu Susi tersenyum, "Nah, karena sudah memperkenalkan diri, Aarav kamu duduk di sebelah Enzi, Enzi! Ibu tahu kamu tidur!"
Terdengar suara cekikian seisi kelas termasuk Aarav yang menahan kekehannya.
Enzi menegakkan tubuhnya, lalu mengangkat tangan, "Iya, bu..."
"Nah, Aarav itu Enzi, dia teman sebangkumu, silakan duduk."
"Terima kasih, bu."
Kursi Aarav berada di tengah-tengah dan teman sebangkunya adalah...
Enzi Ranedra, alias cucu kepala sekolah.
"Hai, bro," sapa Enzi dengan wajah yang tertelungkup, kemudian dia menguap.
Aarav tersenyum, "Kurang tidur?"
Enzi menampilkan cengirannya, lalu mengangguk dengan mata sayu.
"Bu Susi sedang berjalan ke sini," ujar Aarav.
"Mana ada," ucap Enzi tidak peduli.
Puk!
Sebuah buku menimpuk pelan Enzi.
"Sudah ibu bilang, buka halaman 204!.
"Hehehe," Enzi hanya terkekeh dan menuruti perintah gurunya.
Aarav yang melihat tingkah teman barunya itu hanya mengulum senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA AND THEM(END)
RomanceRate T+ Bijaklah dalam memilih bacaan Author sudah memperingatkan, dosa tanggung sendiri, ya:) Bagaimana rasanya memiliki seorang pacar, tetapi berasa 5 orang? Baik, ekstrovert, flirty, tsundere, sarkas, dingin tapi care, introvert tapi menghanyutka...