Ara merasakan Elios menjauhkan wajahnya, saat dia membuka mata, dia melihat aura cowok di depannya ini terlihat berbeda, seperti bukan Elios lagi.
"Bibir lo bengkak," ujarnya sambil mengusap pelan bibir Ara.
Ara mengerjapkan matanya, "Aciel?" tanya Ara.
Sebuah senyum menenangkan muncul dari bibir cowok di depannya ini, tidak salah lagi sekarang Aciel lah yang berada di hadapannya. Aciel mendekatkan wajahnya lagi, kemudian mencium kening Ara lembut, membuat jantung Ara berdesir menghangat.
"Sudah jam 6 lewat, ayo kita makan malam," ajaknya, kemudian mengambil beberapa hasil foto yang sudah tercetak, di lihatnya sebentar, seringai kecil muncul di sudut bibirnya.
"Elios memang benar-benar," ucapnya, sedangkan Ara yang sempat melihat foto itu wajahnya bersemu merah.
"Foto itu memalukan," ucap Ara, Aciel menatap Ara, "Tapi aku suka, kok," sela Aciel, membuat Ara semakin malu.
"Ayo keluar," ajak Aciel. Ara mengangguk.
Setelah keluar Ara berucap, "Aciel, aku mau ke toilet dulu."
Aciel mengangguk lalu membiarkan Ara ke toilet, dia ingin mengantarkan namun di tolak Ara, khawatirnya banyak cewek-cewek yang akan kaget kalau melihat Aciel berada di depan toilet wanita.
Di toilet wanita...
Setelah keluar dari bilik toilet, Ara membasuh kedua tangannya dengan sabun, lalu mencuci mukanya.
"Hah, rasanya segar," gumamnya, toilet sedang kosong sekarang.
Ara hendak kembali mengikat rambutnya, namun tersadar saat mengetahui kalau ada tanda kepemilikan yang dilakukan oleh Elios tadi, pipinya merah padam.
Akhirnya Ara mengurungkan niatnya mengikat rambutnya, karena merasa malu kalau tanda itu kelihatan orang lain, setelah melakukan sedikit touch up, Ara keluar dari toilet. Dan kembali menemui Aciel.
"Sudah?" tanya Aciel ketika Ara berada di hadapannya.
Ara mengangguk.
"Mau makan di mana?" tanya Aciel. Ara berpikir, dia tidak ingin makan di tempat ini, terlalu ramai.
"Bakso," ucap Ara.
Aciel mengangkat alisnya bingung, "Bakso?" Ara mengangguk.
"Tapi, di luar, bukan di sini."
Aciel mengusap rambut Ara sambil mengangguk mengiyakan, apa sih yang tidak untuk Ara?
"Kakimu masih sakit?" tanya Aciel saat mereka berjalan di basement parkiran.
"Tidak, kok," Bohong, tentu saja. Kakinya sedikit nyeri dan badannya pegal karena terlalu asyik bermain bersama Elios tadi.
Akhirnya mereka mencari bakso di pinggir jalan, setelah menemukannya, di sana lumayan banyak pembeli, namun karena tempatnya yang lumayan besar sehingga tidak terlalu sesak.
Saat mereka sampai, banyak pasang mata yang memperhatikan, seperti bukan hal yang wajar menemukan orang seperti mereka akan makan makanan sederhana di tempat sederhana.
Ara menunggu di meja selagi Aciel memesankan bakso dan minuman mereka. Setelah selesai memesan, Aciel duduk di depannya.
"Bagaimana hari ini?" tanyanya.
"Hari ini?" Ara berpikir sebentar mencari kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan senangnya hari ini.
"Senang, sangat senang, hehe," jawab Ara, Aciel tersenyum, "Tapi ada dengan kalian hari ini? Kalian seperti sudah berencana seperti ini, kalian seperti membuatku ingin bersenang-senang," tambahnya, ya tentu saja Ara menjadi berpikir seperti itu karena sejak pagi, Aarav sudah memasakkannya makanan yang enak, Arvin yang mengajaknya piknik, Elios yang mengajaknya bermain, dan sekarang dia penasaran apa yang tengah di rencanakan Aciel, dan mungkin saja setelah Aciel adalah Nathan.
"Hari ini adalah hari apresiasi Ara," jawabnya.
"Apresiasi?"
"Hm, kami ingin berterima kasih denganmu dengan cara membuatmu senang seharian, jadi apakah benar kamu senang seharian?"
Ara mengangguk senang, "Iya, hari ini benar-benar penuh dengan segala hal, baik yang terencana maupun yang tidak terduga."
"Baguslah."
"Terus, Aciel rencana kamu apa?"
"Rencanaku?" Ara mengangguk.
"Ra ha si a," jawabnya.
Membuat Ara makin penasaran. Tidak lama pesanan mereka tiba. Mereka pun makan dengan nikmat.
Setelah makan Aciel dan Ara kembali menaiki mobil, dan Aciel mulai mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, hingga 30 menit kemudian mereka masih dalam perjalanan, Ara yang awalnya bingung dan bertanya mau ke mana menyerah bertanya saat Aciel hanya menjawab rahasia, dan memintanya untuk tidur.
"Tidurlah, kamu pasti lelah. Setelah sampai akan aku bangunkan," ujarnya, akhirnya Ara pun memilih tidur, memang benar dia mulai mengantuk akibat kelelahan.
.
.
.
"Ara," Aciel membangunkan Ara.
"Hm?" Ara mulai terbangun.
"Bangun, kita sudah sampai," ucapnya sambil menuntun Ara keluar dari mobil.
Dan betapa terkejutnya Ara saat setelah keluar dari mobil dan berjalan menaiki tangga, sebuah pemandangan perkotaan yang penuh kerlap-kerlip cahaya kemilau tersuguh di depannya.
"Woah.."
Aciel tersenyum melihat reaksi Ara, "Bagaimana?"
"Indah sekali."
Angin dingin berhembus pelan, menerbangkan rambut dua insan tersebut, walaupun anginnya dingin, tapi bukan dingin yang Ara rasakan tetapi perasaan sejuk dan menenangkan. Ara bertumpu pada pagar pembatas di sana dan Aciel menyandarkan punggungnya pada pagar sambil menatap Ara.
Rasanya dia semakin jatuh cinta dengan gadis ini.
"Langitnya juga indah," tambah Ara, Elios ikut menatap langit yang terbentang luas di atas mereka, kerlap-kerlip bintang yang sangat banyak terlihat sangat cantik.
"Terima kasih," Ara bersuara, Aciel menatap Ara lagi yang di balas dengan Ara dengan senyuman.
"Terima kasih sudah membuatku senang hari ini, aku senang bisa mengenal Aciel dan tentu saja Aarav, Arvin, Elios, dan Nathan, bertemu kalian memang merupakan hal yang tidak terduga dan pertemuan itu membuat semua hal tidak terduga terus bermunculan di hidupku yang monoton, oleh karena itu, aku bersyukur bertemu dan bisa bersama kalian," ucap Ara masih dengan senyumannya.
Aciel terdiam, masih menatap Ara dalam.
"Sepertinya aku semakin dalam jatuh cinta padamu," ucap Aciel.
Ara merasakan wajahnya bersemu merah, dia menunduk malu. Aciel mendekat lalu memeluk Ara erat.
"Berjanjilah terus bersama kami, karena aku sudah jatuh kepadamu," ucapnya sambil menghirup dalam aroma favoritnya, aroma vanilla Ara.
Ara membalas pelukan Aciel, "Hm."
Aciel melepaskan pelukan mereka lalu menarik dagu Ara.
Ara yang mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya mulai menutup matanya, tidak lama dia merasakan bibir Aciel yang mencium bibirnya lembut.
Angin yang dingin itu tidak bisa mengalahkan kehangatan mereka di malam itu.
Bersambung...
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Blueberriesn_
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA AND THEM(END)
عاطفيةRate T+ Bijaklah dalam memilih bacaan Author sudah memperingatkan, dosa tanggung sendiri, ya:) Bagaimana rasanya memiliki seorang pacar, tetapi berasa 5 orang? Baik, ekstrovert, flirty, tsundere, sarkas, dingin tapi care, introvert tapi menghanyutka...