SPECIAL CHAPTER, Bagian 1 (Kecoak)

1.2K 87 1
                                    

Ara membuka matanya karena merasa silau. Setelah sadar sepenuhnya dia terkejut ketika melihat wajah kekasihnya, calon suaminya? Ekhem.

Ara menjadi blushing mengingat malam tadi ketika Nathan melamarnya.

"Tidurmu nyenyak, tuan putri?" tanya Elios dengan duduk bersila di lantai, sedangkan kedua tangannya menopang wajahnya di kasur. Menatap Ara yang baru bangun dengan wajah yang sudah memerah.

Ara segera bangkit diiring Elios yang berdiri lalu duduk di tepi kasur, merapikan rambut Ara sambil berucap, "Sudah jam 8, Ara mandi lalu sarapan, ya. Bajumu sudah ada di kamar mandi."

Ara hanya mengangguk, lalu terperanjat kaget ketika Elios memberinya kecupan singkat di bibirnya, "Morning kiss, hehe."

Membuat Ara kembali blushing, kemudian melihat kepergian Elios menuju keluar kamar untuk memberinya waktu mandi.
.
.
.

"Aaaa!"

Elios yang asik memainkan ponselnya di meja makan terperanjat kaget ketika mendengar suara teriakan Ara. Meletakkan ponselnya, Elios segera  membuka pintu kamar mereka namun dia tiba-tiba ditubruk Ara yang keluar dengan tergesa-gesa dengan menggunakan mantel mandi dan badan yang masih basah.

"Au," Elios mengusap belakang kepalanya yang terhantuk lantai. Ara yang tersadar segera menopang tubuhnya agar tidak menindih Elios yang meringis kesakitan.

"Astaga! Elios maafkan aku!"

Elios hanya diam sambil menatap Ara, sebuah seringai terbit di bibirnya, bersiul pelan kemudian ia berucap, "Pemandangan yang indah."

Ara yang awalnya bingung tiba-tiba blushing parah ketika memahami maksud Elios yang saat ini masih memandangi tubuhnya yang sedikit terekspos.

Plak!

Tamparan itu tidak terlalu kencang tapi karena refleks tentu saja tetap terasa sakit.

"Au..." Elios meringis memegangi pipi serta hidungnya yang terjamah tamparan Ara.

Ara kembali terkejut, "Huwa! Maafkan aku!" Ara duduk dan membantu Elios duduk juga.

"Kenapa teriak, hm?" Elios masih dengan mengusap wajahnya pelan bertanya.

"Ada kecoak."

Elios terdiam sebentar, lalu pandangannya sempat teralih ke arah lain, lalu kembali menatap Ara.

"Kecoak?"

"Hm!"

"Kecoaknya yang bisa terbang?"

"Iya! Tadi dia hampir hinggap di hidungku."

"Sekarang kecoaknya di kepalamu," ucap Elios dengan polosnya membuat Ara merinding dan segera mengibaskan rambutnya sambil menjerit kecil.

"Elios! Tolong aku! Aku gak suka!"

Elios tertawa, "Tapi bohong!"

Ara terdiam, menahan amarahnya seakan ingin mencakar Elios.

"Maaf, maaf! Ahahaha. Kecoaknya pasti masih di kamar mandi, aku akan membunuhnya."

"Jangan dibunuh."

"Hm? Katanya gak suka?"

"Iya, tapi jangan dibunuh, tangkap lalu buang saja."

Elios mengangguk-aggukan kepalanya, "Benar juga, kasihan kalau ku bunuh, harusnya aku berterima kasih pada kecoak itu, berkatnya pagi-pagi aku sudah disuguhi pemandangan yang indah."

"Elios..."

"Ahahaha!" Elios segera masuk kamar dan mulai melakukan aksinya meninggalkan Ara yang blushing dan menahan amarah.

Pagi yang sangat random untuk kedua pasangan itu.

.

.

.

Bersambung...








INARA AND THEM(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang